“Bapak Radheshyam tahun ini berusia 55 tahun dan hampir mengalami kebutaan. Dia berkata bahwa dia hanya dapat melihat bayangan hitam. Istrinya, Inarawati, berusia 45 tahun. Awalnya, istrinya normal seperti orang pada umumnya. Namun, setelah dia menikah, orang tuanya meninggal satu per satu. Tetangganya berkata bahwa selama beberapa waktu, dia tidak berbicara dan mengalami depresi. Kemudian, kesehatan mentalnya menjadi tidak stabil,” kata Li Miao-hong relawan Tzu Chi.
“Rumah mereka sangat kumuh dan mereka tidak memiliki makanan yang cukup. Jika pasangan suami istri ini tidak mengemis, mereka sekeluarga akan kelaparan. Jangankan bersekolah, pakaian saja anak-anak mereka tidak punya,” kata Manoj Kepala Pusat Pembelajaran Komunitas.
Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Buddha Sakyamuni yang saat itu dikenal sebagai Pangeran Siddhartha menyaksikan penderitaan di dunia serta mengukur kemampuan-Nya dan memikirkan cara untuk membantu banyak orang. Dengan kebijaksanaan-Nya, Beliau menyadari bahwa bantuan materi saja tidak dapat memenuhi kebutuhan makhluk hidup. Yang dibutuhkan ialah prinsip kebenaran untuk membimbing semua orang mengubah kegelapan batin menjadi kebijaksanaan. Mereka perlu mengubah benih dan kondisi mereka.
Saat ini, mereka telah lahir di lingkungan seperti itu dan sulit untuk diubah. Namun, Buddha berharap mereka dapat mendengar Dharma dan memahami bagaimana cara mengikis habis karma buruk di kehidupan sekarang. Mereka harus rela menanggung penderitaan, membuka hati, menerima segala keadaan tanpa mengeluh, dan menerima ajaran Buddha. Dengan melatih diri, kita akan menerima hasilnya di kehidupan mendatang. Inilah cara seseorang mengubah pola pikir.
Orang yang kaya dan mampu menolong sesama hendaknya bersumbangsih sesuai kerelaan masing-masing. Berapa pun yang dapat diberikan, itu adalah yang terbaik karena mereka telah berusaha. Ini disebut dengan benih kebajikan yang padat. Ketika kita membangkitkan cinta kasih, benih kebajikan akan tumbuh di batin kita dan kita dapat membantu orang lain. Kita membantu orang lain dengan barang bantuan yang berwujud dan kita akan memperoleh sesuatu yang tak berwujud, yaitu berkah. Inilah yang disebut menciptakan berkah.
Ketika kita bersumbangsih, sedikit demi sedikit berkah akan kembali pada kita. Orang-orang sering berkata, “Seusai melantunkan Sutra, Anda harus melimpahkan jasa.” Sesungguhnya, bukan hanya seperti itu. Kita melantunkan Sutra agar kita terus mengingat jalan kebenaran ini.
Ajaran Buddha mengatakan bahwa hidup ini penuh dengan penderitaan, kekosongan, dan ketidakkekalan. Hal ini bisa ditemukan dalam banyak Sutra. Dalam Empat Kebenaran Mulia, kebenaran pertama adalah penderitaan. Mengapa kita menderita? Penderitaan berasal dari karma buruk yang kita ciptakan di masa lalu akibat kegelapan batin. Karma itu menyertai kita ke kehidupan sekarang.
Di kehidupan sekarang, kita dapat melihat dan berinteraksi dengan orang-orang yang menderita akibat kemiskinan dan penyakit; kita juga berinteraksi dengan orang-orang yang penuh dengan kebajikan dan berkah. Jadi, orang-orang yang menderita membutuhkan Bodhisatwa yang memiliki hati yang bajik. Bodhisatwa muncul karena adanya makhluk hidup yang menderita. Bodhisatwa ada karena adanya penderitaan. Kekayaan ada karena adanya kemiskinan. Semuanya bergantung satu sama lain.
Bodhisatwa sekalian, saya selalu menggunakan perumpaan yang sederhana dan kalian harus mendengarnya dengan kebijaksanaan. Setelah mendengarnya, kalian harus merenungkannya saat pulang.
Insan Tzu Chi sekalian, lihatlah relawan senior kita yang telah mendedikasikan diri di Tzu Chi selama puluhan tahun. Berkat bergabung dengan Tzu Chi, mereka memiliki keluarga besar dan saudara se-Dharma yang sungguh banyak. Ketika menghadapi kesulitan dan kekhawatiran yang memengaruhi mereka secara fisik dan mental, saudara se-Dharma akan mendampingi dan menghibur agar mereka dapat berpikiran terbuka. Ketika mengingat ajaran saya, mereka akan membuka hati untuk menghadapi kenyataan, mengatasi kesulitan, dan kembali menciptakan berkah. Inilah yang dilakukan saudara se-Dharma.
Sungguh banyak orang kaya yang kesepian. Di antara saudara se-Dharma kita, sungguh banyak orang kaya yang mampu merendahkan hati mereka dan senantiasa menciptakan berkah. Mereka tidak akan berkata, “Saya kaya. Saya cukup berdana saja.” Jika semua orang hanya ingin mendonasikan uang, siapa yang akan mengerahkan tenaga? Jadi, kita harus bersumbangsih dengan uang dan tenaga. Dengan demikian, barulah kita dapat sungguh-sungguh memahami penderitaan hidup, menyadari berkah, mendengar Dharma, dan memahami bahwa Jalan Bodhisatwa harus dipraktikkan. Dengan demikian, kita akan mempraktikkan Dharma dalam keseharian. Memiliki sekelompok saudara se-Dharma adalah jalinan jodoh yang sungguh luar biasa.
Setiap tahun, saya membagikan angpau berkah dan kebijaksanaan dan berharap semua orang dapat menerima berkah dan mengembangkan kebijaksanaan. Saya juga berharap semua orang dapat membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Ketika saya menyematkan kartu komite dan Tzu Cheng di depan dada para relawan yang baru dilantik, saya merasa bahwa hati saya dan hati kalian telah menyatu.
Bodhisatwa sekalian, kalian sangat dekat di hati saya serta selalu mengungkapkan apa yang ingin saya katakan dan menjangkau orang-orang yang ingin saya kunjungi dan saya kasihi. Hendaklah kalian mengulurkan kedua tangan kalian, baik kepada saudara se-Dharma maupun orang lain, untuk mencurahkan perhatian kepada mereka dan mengasihi mereka. Bersumbangsihlah bagi orang yang menderita.
Bodhisatwa muncul karena adanya makhluk hidup yang menderita. Hendaklah Bodhisatwa mengembangkan kekuatan untuk memikul misi Buddha. Saya berterima kasih kepada semuanya. Inilah harapan saya kepada semuanya. Saya yakin bahwa kalian tidak akan mengecewakan saya. Apa yang ingin saya lakukan pasti akan kalian lakukan dengan sepenuh hati dan tenaga.
Mengubah pola pikir setelah mendengar Dharma
Melenyapkan kegelapan batin dengan Empat Kebenaran Mulia
Membimbing orang kaya untuk membantu orang kurang mampu
Menyebarluaskan kebajikan dengan membina berkah dan kebijaksanaan