“Saat ini, kami berada di Sekolah Internasional Menahel. Yang duduk di belakang saya adalah murid-murid dan Bapak Ali Uslanmaz,” kata salah seorang relawan Tzu Chi di Turki dalam acara pertemuan relawan Tzu Chi Turki secara daring.
Saya sungguh sangat bersyukur melihat saudara-saudara kita di Turki. Meskipun kita dipisahkan oleh jarak yang jauh, tetapi cinta kasih kita tetap terhubung. Meski berjarak ribuan kilometer, mereka seakan berada di sisi kita. Bukankah ini seperti yang dideskripsikan dalam Sutra Surangama? Meski hanya seujung rambut, tetapi dalam seujung rambut itu terkandung dunia yang tak terhingga jumlahnya. Hati kita meliputi seluruh dunia.
Melihat Wakil Gubernur Ali Uslanmaz an Profesor Cuma di sana, saya merasa sangat dekat dengan mereka. Jalinan jodoh dan kasih sayang yang sudah terjalin selama bertahun-tahun ini masih berlanjut hingga sekarang. Kita juga melihat murid-murid di sana sangat antusias dalam membantu orang-orang yang membutuhkan.
Saya ingat saat gempa mengguncang Tainan beberapa tahun yang lalu, murid-murid di Sekolah Internasional Menahel juga ikut berpartisipasi memberikan bantuan dengan menyumbangkan uang di celengan bambu mereka.

Setelah melihat artikel Bapak Hu, saya meminta A-gui untuk segera menghubungi Bapak Hu dan memberitahunya bahwa relawan Tzu Chi sudah tiba di Turki. Mereka pun segera menghubungi Bapak Hu dan memulai penyaluran bantuan bencana di sana. Saat itu, terjadi banyak hal yang menakjubkan.
Sesungguhnya, kita tidak memiliki relawan ataupun koneksi dengan orang-orang di sana, sungguh bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami. Namun, dalam keadaan seperti itulah, jalinan jodoh ini tercipta. Saya sungguh sangat bersyukur. Setiap kali teringat akan Turki, saya selalu merasa bahwa jalinan jodoh ini sangat menakjubkan.
Intinya, jalinan jodohlah yang menyatukan kita. Karena itu, setiap orang hendaklah menginventarisasi kehidupannya. Mari kita mengingat kembali, dalam puluhan tahun kehidupan kita, apa saja yang telah terjadi. Ini barulah kehidupan manusia. Inilah nilai otak manusia. Nilai otak kita terletak pada kemampuan untuk mengingat dan membedakan sesuatu.

Hubungan antarmanusia, antardaerah, atau antarnegara bisa dipererat dari yang tadinya jauh menjadi dekat ataupun direnggangkan dari dekat menjadi jauh. Ini bergantung pada pandangan dan pemikiran manusia. Yang dekat bisa direnggangkan menjadi jauh. Mari kita merenungkannya.
Dua orang yang pada awalnya mungkin dekat, ketika memiliki pemikiran yang berbeda atau berseberangan, mereka bisa saling menolak, bahkan menjadi musuh, dll. Ketika mampu membuka dan melapangkan hati, mereka yang bermusuhan bisa berdamai kembali.
Bagaimana kita bisa memiliki dunia yang penuh dengan kebahagiaan? Demikianlah, tidak peduli seberapa jauhnya jarak yang memisahkan, tak peduli apakah memiliki bahasa dan ras yang sama ataukah berbeda, kehidupan kita saling terkait sebagai satu kesatuan.

Saya juga berharap setiap orang dapat menyerap pelajaran besar ini ke dalam hati dan mengembangkan kebijaksanaan darinya. Ini bukan hanya pengetahuan umum melainkan kebijaksanaan. Mari kita mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan. Hanya ketika kita melakukannya, barulah kita dapat memiliki pandangan kesalingterkaitan dan hidup berdampingan dengan semua makhluk di dunia.
“Perbedaan terbesar dari penggalangan hati dan cinta kasih kali ini ialah kami menganggap semua orang di Taiwan sebagai saudara kami. Selama tujuh tahun ini, kami terus mencari cara untuk berkontribusi kembali,” kata Profesor Cuma Kepala Sekolah Internasional Menahel.
“Seseorang bertanya kepada saya berapa banyak yang saya donasikan. Saya menjawab bahwa tidak peduli berapa banyak, saya mungkin selamanya tidak akan pernah bisa membalas kebaikan insan Tzu Chi di seluruh dunia,” kata Zeker Ya Fustik Guru Sekolah Internasional Menahel.

Hendaklah kita sungguh-sungguh menghargai kehidupan dan menjaga kesehatan kita serta bersumbangsih bagi dunia. Mari kita memperluas cinta kasih agung dan memperpanjang jalinan kasih sayang. Jangan hanya mengasihi diri sendiri atau hanya mengasihi orang-orang di sekitar kita. Ketika mengasihi diri sendiri, kita juga harus memperluas cinta kasih agung dan memperpanjang jalinan kasih sayang ke seluruh dunia.
Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan kita untuk mengadakan konferensi video yang penuh semangat kasih sayang, sehingga kita bisa merasa sangat dekat satu sama lain. Jadi, saya berharap setiap orang dapat memetik pelajaran besar dari pandemi kali ini.
Mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan dan memperpanjang jalinan kasih sayang