“Kali ini, sebanyak 80 relawan dari Malaysia kembali ke sini. Setiap kali memikirkan Master, saya teringat akan lagu ‘Kerinduan terhadap Master’,” kata Song Ji Hui, relawan Tzu Chi.
Saya sangat bersyukur. Dalam segala hal terdapat sebab dan kondisi. Sebab adalah benih. Semangat dua butir biji saga terus diwariskan. Ini bukan hanya di Malaysia. Kini, di seluruh dunia terdapat semangat dua butir biji saga yang melambangkan berkah dan kebijaksanaan ini.
Setiap kali memberikan dua butir biji saga, saya selalu mengingatkan orang-orang untuk menciptakan berkah bagi dunia dan mengembangkan kebijaksanaan. Yang paling dibutuhkan di dunia ini ialah orang yang menciptakan berkah. Untuk menciptakan berkah bagi sesama, dibutuhkan cinta kasih tanpa pamrih dan kebijaksanaan. Dengan demikian, dunia ini akan penuh dengan Bodhisatwa dan cinta kasih agung.
Saya sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi Malaysia yang terus-menerus menjalankan Tzu Chi dengan antusias. Mereka terus merekrut relawan dan semuanya sangat tulus. Inilah kesan saya terhadap insan Tzu Chi Malaysia. Mereka menjalankan Tzu Chi dengan tulus. Yang lebih istimewa ialah mereka tidak memandang perbedaan agama.
Semua insan Tzu Chi tidak memandang perbedaan agama. Kita semua memiliki pengetahuan dan pandangan benar. Tidak peduli agama apa yang dianut, semuanya memahami Tzu Chi dan mendedikasikan diri dengan sepenuh hati.
Setiap hari, saya menginventarisasi sejarah Tzu Chi. Semuanya berawal dari sebersit niat. Saya hanya berharap dapat mentransformasi benih-benih kecil menjadi satu demi satu Jalan Bodhi yang lapang. Jalan Bodhi harus diwariskan dari generasi ke generasi. Orang yang berjalan di depan hendaknya membantu orang di belakangnya agar dapat turut menapaki jalan yang sama.
“Dalam ritual namaskara dan meditasi berjalan di Griya Jing Si, saya diatur untuk berdiri di barisan terdepan. Sesungguhnya, saya sangat tegang karena khawatir langkah saya tidak tepat. Namun, di bawah bimbingan bhiksuni Griya Jing Si, saya maju selangkah demi selangkah dan hati saya pun menjadi tenang dan mantap. Ini juga membuktikan ajaran Master bahwa asalkan berfokus pada arah yang benar, menapaki Jalan Bodhisatwa tidaklah sulit,” kata Li Wen-xin, relawan Tzu Chi.
“Saya berikrar untuk lebih bersungguh hati merekrut lebih banyak relawan muda setelah pulang ke Kedah. Saya juga berharap para relawan muda kita bisa seperti kunang-kunang yang menghimpun cahaya mereka untuk menerangi lebih banyak sudut kegelapan. Saya juga berharap kawanan kunang-kunang ini dapat membantu relawan yang lebih senior untuk merampungkan lebih banyak misi Tzu Chi. Asalkan sesuatu benar, maka lakukan saja,” pungkas Li Wen-xin.
Kalian telah menapaki jalan kebenaran. Kita juga melihat barisan insan Tzu Chi yang sangat rapi dan melangkah dengan tertib. Ketertiban kelompok menunjukkan keindahan. Semua orang bisa tertib berkat adanya ketulusan. Kita bisa melihat keindahan kelompok.
Saya sering berkata bahwa kunang-kunang memancarkan cahaya. Cahaya seekor kunang-kunang mungkin masih redup. Namun, saat ada sekawanan kunang-kunang yang memancarkan cahaya di tengah kegelapan, kita bisa melihat cahaya mereka dengan jelas dan bagaimana mereka beterbangan. Jadi, janganlah kita meremehkan kekuatan kecil.
Dahulu, bukankah kita hanya memiliki beberapa orang relawan? Namun, kita tetap bisa membentangkan jalan. Tanpa beberapa relawan itu, kita tidak mungkin bisa menabur benih cinta kasih. Kenangan masa lalu masih terbayang jelas dalam benak saya. Saat itu, Shu-mei membimbing Ci Lu. Kita hanya memiliki beberapa relawan saat itu.
Ketulusan adalah inti dari sebutir benih. Meski tampilan luarnya tetap seperti benih pada umumnya, tetapi tanpa inti, benih itu tidak akan bertumbuh. Dalam setiap butir benih, yang terpenting ialah intinya. Jadi, dengan tulus, para relawan kita membimbing sesama. Intinya, kalian harus selalu mengingat saya. Dengan adanya ajaran saya, barulah kalian dapat membimbing sesama.
Hendaklah kalian lebih bersungguh hati. Kalian dapat kembali ke sini berkat adanya orang yang memelopori misi Tzu Chi di Malaysia. Saya bersyukur kepada Ji Hang dan relawan lainnya yang mendapat dukungan dari keluarga mereka untuk mendedikasikan diri di Tzu Chi. Tanpa adanya pelopor, bagaimana bisa kita terus menginspirasi orang-orang? Jadi, kita harus lebih tekun dan bersemangat.
“Dalam ceramah Master, Master sering mengatakan bahwa di antara belajar dan sadar, terdapat Jalan Bodhisatwa. Enam buah ‘Botol Sutra Teratai’ ini melambangkan bahwa murid-murid Jing Si di Malaysia akan mengikuti langkah Master erat-erat, terjun ke tengah masyarakat untuk membimbing semua makhluk, mempraktikkan Enam Paramita untuk membentangkan jalan dan menciptakan berkah, serta giat mempelajari dan mempraktikkan Dharma hingga tersadarkan,” kata Wu Li-ting, relawan Tzu Chi.
“Selama 18 hari mengadakan kebaktian dalam rangka ulang tahun Tzu Chi, setiap relawan yang berpartisipasi akan memasukkan sebutir biji saga. Mereka dapat memenuhi satu botol dalam waktu tiga tahun. Di atas botol ini, terdapat sebuah manik-manik pemberian Master yang bisa bersinar. Ini melambangkan bahwa di bawah bimbingan Master, kami dapat menjadi kunang-kunang yang memancarkan cahaya di Jalan Bodhisatwa,” pungkas Wu Li-ting.
Kita harus memiliki kesatuan tekad. Kunang-kunang harus hidup berkelompok. Menghimpun cahaya kawanan kunang-kunang, ini sangatlah penting. Jadi, saya sangat bersyukur dan berharap semua orang memiliki kesatuan tekad.
“Murid-murid Jing Si Malaysia berikrar dengan hati tertulus untuk mewariskan silsilah Dharma Jing Si serta membuka dan membentangkan Jalan Tzu Chi. Kami akan melakukan pewarisan dari generasi ke generasi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga Kompleks Tzu Chi. Kami akan mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan. Saya bersedia, saya bersedia, saya bersedia.”
Biji saga melambangkan berkah dan kebijaksanaan
Bersumbangsih secara nyata di dunia dan mewariskan cinta kasih
Menjalankan ajaran dengan hati tertulus serta memiliki pengetahuan dan pandangan benar
Menghimpun cahaya dan kekuatan hingga selamanya