“Saya berasal dari keluarga kurang mampu. Saat saya mengikuti suami saya merintis bisnis di Penang, kehidupan kami sangatlah sulit. Kami harus menjaga anak-anak sekaligus menjalankan bisnis. Setelah bersusah payah selama 3 tahun, kami akhirnya berhasil membangun bisnis kami. Namun, pada tahun keenam, suami saya menyerahkan bisnis kami kepada saudara laki-lakinya,” kata Zhong Bi-juan, relawan Tzu Chi.
“Pada tahun 1979, kami mulai merintis bisnis kedua. Saya tidak mengerti mengapa kami harus memulai segalanya dari awal lagi. Saya sulit menerima hal ini sehingga mengalami depresi. Saya terus menyalahkan orang lain. Saya kehilangan semangat hidup dan bagai berada di antara hidup dan mati. Hingga suatu hari, putra sulung saya meminta relawan mengajak saya menjalankan Tzu Chi. Saat itu, dia sudah menjadi donatur Tzu Chi,” lanjut Zhong Bi-juan.
“Pada tahun 2007, saya bergabung dalam keluarga besar Tzu Chi dan mengikuti berbagai aktivitas Tzu Chi. Setelah menyatakan berguru kepada Master dan mendengar ajaran Master, saya perlahan-lahan belajar merelakan,” pungkas Zhong Bi-juan.
Sungguh, dalam hidup ini, kita membangkitkan banyak kegelapan batin yang tidak perlu. Itu hanya karena sebersit pikiran yang menyimpang. Begitu salah satu langkah, langkah-langkah berikutnya pun ikut salah sehingga kita makin jauh dari hati nurani dan hati Buddha serta berada di tataran awam yang diliputi delusi, ketakutan, kegelapan batin, dan keluh kesah. Semua ini berawal dari sebersit pikiran.
Namun, ada yang berkata, “Master, meski Master berkata demikian, tetapi kehidupan nyata kami memang sangat menderita.” Kehidupan nyata memang penuh derita. Namun, kehidupan nyata tidak bisa ditarik ataupun didorong. Bisakah kalian menariknya? Jika bisa, tunjukkanlah pada saya. Tidak ada apa pun. Inilah kebenaran. Segala sesuatu adalah kosong, inilah kebenaran.
Saat dilanda penderitaan dan noda batin, kita mungkin menggenggam sesuatu dengan erat. Kita terus menggenggamnya dan enggan melepas. Selain itu, kita masih terus mencari ke luar. Tanpa melepaskan genggaman, kita berusaha menggapai lebih banyak lagi. Jika kedua tangan kita enggan melepas, meski sesuatu yang bagus ada di depan mata kita, kita tetap tidak bisa menggapainya. Jadi, yang kita genggam akhirnya kosong, yang kita kejar pun akhirnya kosong karena kita tidak memanfaatkan kesempatan yang ada.
Kita terus mengejar sesuatu, tetapi enggan melepaskan genggaman kita. Lalu, bagaimana kita bisa menggapai sesuatu? Meski tahu bahwa harus menapaki jalan kebenaran, juga mempelajari Kata Renungan Jing Si dan ajaran saya, kalian sering kali berada dalam cengkeraman noda batin sehingga Dharma tidak dapat meresap ke dalam hati kalian.
Jadi, meski Dharma terasa sangat dekat, tetapi selalu berada di luar jangkauan. Kalian semua mengingat ajaran saya. Jadi, Dharma terasa sangat dekat, tetapi tidak pernah dipraktikkan. Kita jelas-jelas sudah ingin mempraktikkannya, tetapi selalu dijauhkan pada momen itu. Jadi, meski Dharma terasa sangat dekat, kita selalu melewatkannya. Demikianlah makhluk awam.
Bagaimana agar kita dapat mempraktikkan ajaran benar? Ajaran benar selalu ada. Hanya saja, hati kita tidak dapat menjangkaunya. Saat pikiran benar tak dapat mengalahkan pikiran sesat, kita akan diliputi kegelapan batin. Intinya, jika pikiran benar sudah berdiri dengan kokoh, pikiran sesat tidak akan terbangkitkan. Yang disayangkan ialah hati kita dihalangi oleh kesesatan dan kekeruhan. Karena itu, meski kebenaran telah datang, mereka tetap dihalangi oleh kekeruhan yang tebal dan tidak dapat menyatu dengan hati kita.
Di dalam hati, kita tahu bahwa kita harus benar. Namun, pikiran sesat atau menyimpang telah membentuk tabiat buruk. Noda dan kegelapan batin telah tertanam dalam. Kita ingin melakukan hal yang benar, tetapi selalu tidak dapat melakukannya. Namun, kebenaran ini tetap ada dalam diri kita.
“Pada tahun 2021, datang seorang atasan baru di perusahaan saya. Setiap hari, ada pekerjaan yang tak habis untuk dilakukan dan serangkaian tantangan tak terduga. Benih kegelapan batin saya pun perlahan-lahan bertunas saat itu. Mengapa hasil pekerjaan saya selalu tidak memuaskan? Mengapa saya terus disalahkan? Di tengah berbagai ‘mengapa’ itu, terdapat dendam dan rasa benci. Selama beberapa waktu itu, saya sangat menderita. Kehidupan saya menjadi kacau balau. Bahkan, dalam menghadapi orang dan hal, saya juga membangkitkan kebencian,” kata Chen Jia-ling, relawan Tzu Chi.
“Pada tanggal 30 Maret 2023, dalam program ‘Lentera Kehidupan’, saya mendengar Master berkata bahwa kita harus menginventarisasi nilai kehidupan bagai menghitung dengan swipoa. Jika melakukan hal yang benar, kita harus mencatatnya. Jika melakukan hal yang salah, kita harus menghapusnya. Menghapus berarti bertobat; mencatat berarti menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Begitu mendengarnya, saya langsung tersadarkan,” lanjut Chen Jia-ling.
“Segala sesuatu yang saya pelajari sebelumnya muncul satu per satu dalam benak saya. Saya bersyukur atas ajaran Master yang telah membantu saya menaklukkan Mara dalam hati dan melenyapkan kemelekatan,” pungkas Chen Jia-ling.
Saya selalu menaruh harapan pada kalian. Dengan terus menuangkan air jernih ke dalam air keruh, lama-kelamaan, kekeruhan itu akan sirna dan yang tersisa hanya kejernihan. Air jernih ini dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan membersihkan noda batin.
Kita harus sabar. Janganlah kita berpikir, “Saya jelas-jelas telah mendengar ajaran Master dan memutuskan untuk memperbaiki diri. Mengapa saya tidak dapat melakukannya?” Tidak apa-apa. Dengan adanya pikiran seperti itu, air jernih pasti akan masuk lagi dan ajaran saya akan meresap ke dalam hati kalian lagi. Setelah itu, kalian harus segera memperbaiki diri. Jika mendengar ajaran saya hari ini, hari ini juga kalian harus mempraktikkannya. Lama-kelamaan, ini akan menjadi kebiasaan.
Satu hari terdiri atas 86.400 detik. Dengan berpikiran benar satu detik, dua detik, tiga detik, hingga 60 detik, berarti kita telah mempertahankan pikiran benar selama satu menit. Satu menit terdiri atas 60 detik. Artinya, kita telah berpegang pada ajaran benar selama 60 detik. Jika berlanjut hingga 60 menit, berarti kita telah berpegang pada ajaran benar selama satu jam.
Dengan tulus berpegang pada ajaran benar, kita dapat terus-menerus mengeliminasi kegelapan batin atau air keruh dalam batin kita. Namun, ini membutuhkan kesabaran. Jangan melupakan ajaran saya. Cinta kasih berkesadaran masih ada dalam diri kalian. Begitu mengingat hal ini, segeralah memperbaiki diri. Apakah kalian mengerti? (Mengerti.) Apakah kalian memperoleh pencapaian? (Ya.) Baik. Jangan biarkan pencapaian menghilang.
Manusia membangkitkan banyak kegelapan batin yang tidak perlu
Membangkitkan pikiran yang jernih untuk melenyapkan delusi
Giat mempelajari Dharma untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Teguh menjalankan praktik untuk memperbaiki tabiat