“Saat ini, warga tanpa kewarganegaraan di Sabah, Malaysia berjumlah sekitar 2 juta orang. Sebagai generasi ketiga atau keempat, mereka telah tinggal di Sabah, Malaysia sejak lahir. Namun, kondisi mereka lebih buruk daripada pengungsi karena mereka tidak memiliki kewarganegaraan. Mereka hanya bisa bersembunyi secara ilegal di dalam hutan bakau di daerah rawa dan hidup dalam kesulitan. Mereka tidak memiliki harapan apa pun. Hanya ada relawan Tzu Chi yang dengan tulus hati mengatasi segala kesulitan mereka dan mencurahkan perhatian kepada mereka tanpa henti,” kata Zhang Zhi-qing relawan Tzu Chi.
“Di desa tanpa kewarganegaraan ini, penduduknya tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan mereka terkadang melewati hari tanpa makan. Selama pandemi Covid-19, kami melakukan banyak kunjungan dan menjalin hubungan baik dengan penduduk desa sehingga ketika menghadapi masalah, mereka akan mencari Tzu Chi. Kami menggenggam jalinan jodoh untuk membagikan ajaran Master kepada para penduduk. Kami berharap mereka dapat bersama-sama menanami ladang berkah, mengubah kondisi kehidupan mereka, dan menjadi orang yang mampu membantu sesama. Oleh karena itu, kami mengajak penduduk desa untuk bersama-sama melakukan daur ulang dengan mendirikan banyak depo daur ulang di sana,” kata Gong De-yi relawan Tzu Chi.
“Kami juga mempromosikan semangat celengan bambu dan menginspirasi mereka untuk menjadi donatur. Melalui daur ulang dan praktik celengan bambu, nilai Tzu Chi mulai menyebar dari desa ke desa. Saat ini, kami memiliki 25 anggota yang melakukan penggalangan dana dan lebih dari 2 ribu anggota donatur,” pungkas Gong De-yi.
Sejarah Tzu Chi di Malaysia adalah hasil upaya dari kalian semua. Contohnya, daerah Tawau yang ditakuti oleh semua orang. Saya berpikir bahwa itu bukanlah suatu masalah karena dengan cinta kasih, kegelapan dapat berubah menjadi terang. Kita selalu mendapatkan kasus seperti itu. Baik ke Tawau maupun Sandakan, sulit untuk membawa bantuan. Namun, kalian telah melakukannya. Dengan adanya tekad, tak ada yang sulit untuk dilakukan. Manusialah yang dapat menjadi Bodhisatwa. Kita harus melakukannya dengan tekad sendiri, bukan karena diperintahkan. Hendaklah kita menjadi Bodhisatwa dengan tekad dari diri sendiri.
Buddha datang ke dunia dengan satu tujuan utama, yaitu membimbing semua orang untuk menjadi Bodhisatwa yang terjun ke tengah masyarakat demi menolong mereka yang membutuhkan. Kita lahir di dunia ini juga membawa tujuan besar. Selain mengembangkan karier, hal terpenting ialah meningkatkan nilai kehidupan dengan membantu orang lain dan bersumbangsih tanpa pamrih. Bersumbangsih tanpa pamrih adalah sifat Buddha.
Buddha berkata bahwa semua orang pada dasarnya memiliki hakikat kebuddhaan. Buddha telah mencapai pencerahan. Namun, setiap orang memiliki hakikat pencerahan ini. Semua orang memiliki sifat ini, hanya saja kita belum mendekat pada Buddha. Mungkin kita mengira bahwa beragama berarti hanya perlu memohon kepada Bodhisatwa, dewa, atau Tuhan untuk mendapatkan berkah. Itu jelas tidak benar. Berkah yang sesungguhnya harus kita ciptakan sendiri.
Contohnya, jika Anda ingin menarik uang di bank, tetapi Anda tidak memiliki tabungan di bank tersebut, bagaimana Anda dapat menarik uang? Jadi, hendaknya kita menciptakan lebih banyak berkah. Hendaklah kita menciptakan berkah di tengah-tengah mereka yang penuh kesulitan. Saya sering mengatakan bahwa kita harus bersumbangsih tanpa pamrih dan mengucapkan terima kasih kepada mereka yang kita bantu. Tanpa mereka yang mengalami penderitaan, kita tidak dapat bersumbangsih.
Bodhisatwa hadir karena adanya makhluk yang menderita, sama halnya dengan dokter yang hadir karena ada yang sakit. Tanpa ada orang yang sakit, tidak akan ada dokter. Saya berharap kita semua dapat bersumbangsih bagi dunia dengan kebijaksanaan dan kesadaran. Dengan bersumbangsih, kita menciptakan berkah bagi diri sendiri.
Penerima bantuan menerima bantuan dan kondisi kehidupannya membaik, sedangkan kita mendapatkan pemahaman akan kesadaran. Dengan demikian, kita dapat memunculkan cahaya dalam diri kita dan menumbuhkan kebijaksanaan kita. Hal yang biasa kita pelajari disebut dengan kecerdasan. Kecerdasan ialah ketika kita mengajarkan sesuatu, orang lain memahaminya. Namun, itu belum mencapai kebijaksanaan. Untuk mencapai kebijaksanaan yang sesungguhnya, kita harus memiliki arah yang ditunjukkan oleh agama.
Sesungguhnya, saya tidak membedakan agama apa pun. Namun, yang dapat saya babarkan secara menyeluruh ialah ajaran Buddha. Dalam kata-kata yang sederhana, ajaran Buddha mengajarkan kepada kita untuk bersumbangsih tanpa pamrih. Inilah yang disebut bebas dari kemelekatan. Tanpa ketamakan, tidak akan ada noda batin. Kebahagiaan dan kedamaian didapat bukan lewat makanan, minuman, dan hiburan. Ketamakan dalam hal-hal ini hanya akan memuaskan nafsu keinginan kita dan menciptakan karma buruk. Kita tidak seperti itu.
Ketika bersumbangsih, kita akan secara alami merasa bahagia melihat kehidupan penerima bantuan membaik. Inilah yang disebut dengan kebijaksanaan. Inilah cara yang benar untuk membangkitkan hakikat kebuddhaan kita, yaitu dengan menjangkau orang yang menderita, menolong mereka, dan membimbing mereka. Selain membawa bantuan, kita juga harus membimbing mereka untuk keluar dari kebingungan mereka.
Hendaklah kita membimbing mereka secara perlahan hingga mereka mengerti dan meneladan kita. Di 10 desa yang ada, kita telah memiliki lebih dari 2 ribu orang yang menjadi donatur. Mereka bukanlah orang yang berada. Meskipun para penerima bantuan ini hanya bisa memberikan donasi yang kecil baik 50 sen, 20 sen, maupun satu sen, itu memberikan keyakinan diri bagi mereka bahwa mereka juga dapat membantu orang lain.
Saat mereka memberikan sedikit donasi, kalian dapat memberi tahu mereka, “Sumbangan kecil yang kalian berikan dapat bernilai besar ketika dihimpun bersama. Meski Anda menerima uang dari Tzu Chi, ketika Anda mengeluarkannya untuk bersumbangsih, itu adalah uang Anda. Jadi, uang Anda juga membantu orang lain. Ketika Anda hidup dalam kesulitan dan memiliki jalinan jodoh dengan Tzu Chi, Tzu Chi telah memberikan bantuan bagi Anda. Anda juga hendaknya membangkitkan cinta kasih untuk menciptakan berkah dan membantu orang lain. Anda akan dipenuhi berkah ketika membantu orang lain.” Inilah yang harus kalian sampaikan.
Saya sering mengatakan bahwa kita menggalang donatur bukan demi uang, tetapi untuk memperkenalkan mereka kepada Tzu Chi. Saat mengenal nilai-nilai Tzu Chi, mereka akan membangkitkan niat untuk bersumbangsih, sama halnya seperti adonan yang mengembang ketika diberi ragi. Ini adalah sebuah filosofi. Saya sangat berterima kasih kepada kalian semua yang telah menumbuhkan jalinan jodoh di sana. Berkat upaya Ci Lu dan Ji Yu, jalinan jodoh ini dapat terus berkembang.
Saat ini, usia saya telah lanjut dan saya merasa sangat khawatir tentang bagaimana karya Tzu Chi diteruskan. Setiap negara harus memiliki relawan seperti kalian yang memiliki tekad dan ikrar yang besar. Hendaklah kalian juga menginspirasi anak-anak kalian. Inilah yang disebut mewariskan berkah dalam keluarga. Keluarga yang berbuat baik akan dipenuhi berkah yang melimpah.
Menerangi kegelapan dan memunculkan cahaya dalam hati
Menciptakan berkah dengan kebijaksanaan dan kesadaran
Mempertahankan ikrar dan menginspirasi semua makhluk
Bersumbangsih tanpa pamrih dan menapaki Jalan Bodhisatwa