Belakangan ini, kita sering melihat kondisi di Nepal. Setelah mencari tahu, kita baru menyadari bahwa tempat kelahiran Buddha ini diliputi kemiskinan. Jadi, kita hendaknya sungguh-sungguh memahami mengapa muncul seorang bijaksana di lingkungan seperti itu. Itu karena kehidupan di sana sangatlah menderita.
Lihatlah, mereka hidup dalam kondisi serbaterbatas dan menetap di rumah dengan atap yang rentan rusak serta tidak bisa menghalangi air hujan dan sinar matahari. Atap rumah mereka yang sederhana ditutupi dengan rumput kering, kain bekas, dan produk plastik yang mereka pungut. Mereka menutup atap rumah dengan bahan-bahan yang bisa jatuh tertiup angin. Jadi, mereka menyangganya dengan batang bambu. Tembok rumah mereka dibangun dengan tanah liat dan kotoran sapi. Itulah bahan-bahan material yang mereka gunakan untuk membangun rumah mereka.
Beberapa hari ini, saya terus menyaksikan video dan foto dari Nepal. Selama beberapa bulan ini, saya sangat berterima kasih kepada para relawan dari Singapura dan Malaysia. Di antara mereka, ada yang merupakan pengusaha, dokter, dan guru. Mereka membentuk sebuah tim dan membangun ikrar untuk menjalankan apa yang ingin saya lakukan. Setelah mendengarnya, mereka mulai bertindak secara nyata. Para relawan itu mengeluarkan biaya sendiri dan menempuh jarak yang jauh untuk mendatangi Nepal. Semua ini berkat jalinan jodoh.
![](https://www.tzuchi.or.id/inliners/1662082296-2-edt.png)
Insan Tzu Chi bersumbangsih sedikit demi sedikit. Hingga kini, bisa kita lihat bagaimana kekuatan tekad membalikkan kehidupan di sana. Dibutuhkan jalinan jodoh untuk kembali ke kampung halaman Buddha. Untuk itu, kita harus mengumpulkan orang terlebih dahulu. Ketika jalinan jodoh sudah matang, orang-orang mulai terkumpul pada waktunya. Dengan berkumpulnya orang-orang, barulah ada kekuatan. Kekuatan cinta kasih dari orang-orang yang memiliki ikrar tulus juga sudah terhimpun. Jadi, sekarang kita harus menggenggam waktu untuk menghimpun kekuatan cinta kasih orang-orang di tempat tersebut. Saya sangat terharu dan bersyukur melihatnya.
![](https://www.tzuchi.or.id/inliners/1662082349-6-edt.png)
Belakangan ini, panasnya cuaca membuat kita sangat tidak nyaman. Di seluruh penjuru dunia, baik gunung, sungai, laut, hutan, maupun dataran rendah, kini hanya bisa digambarkan dengan satu kalimat, yaitu sedang mengirimkan sinyal darurat. Semuanya jatuh sakit dan sakitnya sangat parah. Alam mengalami kerusakan akibat ulah manusia. Saat ini, manusia mulai merasakan akibatnya, yaitu cuaca panas ekstrem. Kita juga bisa melihat bahwa gunung dan sungai penuh dengan sampah. Semua ini adalah akibat ulah manusia.
![](https://www.tzuchi.or.id/inliners/1662082361-3-edt.png)
Manusia mampu memberi daya hidup kepada alam. Dengan demikian, semua makhluk akan hidup tenteram. Ini adalah sesuatu yang alamiah. Jadi, dengan mengurangi nafsu keinginan manusia, sampah akan berkurang. Dengan bertambahnya orang baik, pohon juga akan makin banyak dan orang yang bisa berteduh di bawah pohon juga makin banyak. Bumi ini akan kembali sejuk. Inilah yang disebut tanah penuh kesejukan para Bodhisatwa.