Kita semua telah melihatnya dengan jelas. Agar pandemi ini dapat segera berlalu, kita membutuhkan obat mujarab, yakni setiap orang harus tulus bervegetaris. Bervegetaris adalah ungkapan hati yang tulus. Hati yang tulus dapat terdengar oleh para Buddha, Bodhisatwa, dan para makhluk pelindung Dharma. Mereka akan melihat semua makhluk telah bertobat dan menyesal atas kesalahan masa lalu.
Bukan hanya baru belakangan ini, saya telah mengatakan ini sebelum tahun lalu. Saya berbicara tentang pelajaran besar. Pandemi kali ini adalah peringatan yang mengingatkan semua orang untuk segera sadar. Setelah sadar, kita harus bertobat untuk diri sendiri. Setiap orang bertobat untuk diri masing-masing.
Setiap individu harus sungguh-sungguh bertobat dengan tulus. Pertobatan adalah pemurnian. Inilah yang dikatakan dalam ajaran Buddha. Dengan bertobat, barulah kita bisa memurnikan diri. Dalam pandemi ini, kekeruhan begitu tebal. Yang dibutuhkan saat ini ialah setiap orang mengungkapkan ketulusan agar ketulusan ini terasa di dunia.
Harap semuanya mendengar nasihat saya sepenuh hati. Jika para murid saya mendengar nasihat saya, terlebih menghormati saya, mereka harus menyerap Dharma ke dalam hati. Inilah yang disebut meneruskan jiwa kebijaksanaan. Di manakah letak nilai kehidupan?
Apakah yang bernilai dalam kehidupan ini? Saat masih hidup, kita perlu sehat lahir batin. Saat masih hidup, pikiran kita harus sehat, tidak boleh kacau.

Idealisme yang dibabarkan Buddha lebih dari 2.500 tahun lalu harus diwariskan di dunia dari masa ke masa dan dari kehidupan ke kehidupan. Namun, di dunia ini, tidaklah mudah untuk membuat Dharma diserap ke dalam hati manusia dan dipraktikkan. Setelah saya menemukan ajaran yang diwariskan Buddha, saya bertekad untuk menyebarkannya.
Kita sebagai guru dan murid, di dunia ini hendaknya saling mendukung. Guru saya, Mahabhiksu Yin Shun, memberi saya enam kata, “Demi ajaran Buddha, demi semua makhluk.” Sejak saat itu, saya meneguhkan tekad dan menjalankan ajaran sehingga mewujudkan jalan yang lapang. Berhubung guru saya hanya memberi saya enam kata tersebut, saya menganggapnya sebagai misi seumur hidup. Misi ini harus saya tegakkan di dunia. Saya harus membuka jalan yang lapang di dunia.

Kehidupan ini memiliki tubuh yang berwujud. Namun, yang kita cari ialah kehidupan dengan usia tanpa batas. Kehidupan tanpa batas ini berusia sangat panjang, tidak dapat dihitung. Jadi, saat Buddha membabarkan Dharma, di berbagai Sutra sering mengatakan tentang jumlah yang tak terhingga seperti pasir Sungai Gangga. Setiap butir atau setiap genggam pasir Sungai Gangga itu mewakili sebuah dunia. Setiap dunia tersebut juga memiliki waktu yang Panjang seperti banyaknya pasir yang setiap butirnya mewakili satu kalpa.
Bukankah di dalam Sutra Teratai bab Panjang Usia Tathagata juga dibahas tentang berbagai kehidupan dan rentang usia? Sulit menemukan perumpamaan yang tepat untuk ini. Intinya, usia jiwa kebijaksanaan ini tidak terhingga. Berapa pun waktu yang kita miliki dalam kehidupan fisik ini, kita tak perlu merisaukannya. Yang paling nyata ialah detik saat ini.

Demi dunia yang keruh saat ini, kita semua dapat menghimpun cinta kasih. Cinta kasih ini bukanlah cinta yang egois dan tercemar. Cinta kasih kita tidak tercemar, murni, dan tanpa ego. Kita semua bersedia untuk bersumbangsih seganap jiwa raga bagi semua makhluk di dunia. Kita harus berusaha semaksimal mungkin.
Pertobatan membersihkan hati dan menyucikan dunia
Mempertahankan tekad untuk tekun di jalan kebenaran
Menghimpun kekuatan cinta kasih tanpa ego
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 Mei 2021