Saat semua orang di dunia ini harmonis, dunia akan aman dan tenteram. Empat unsur alam selaras dan iklim bersahabat, inilah yang kita inginkan setiap hari. Namun, jika hanya memiliki keinginan, hidup kita akan sangat menderita.
Kita hendaknya bersumbangsih. Kebahagiaan yang sesungguhnya datang saat setiap orang bersedia bersumbangsih. Bersumbangsih tanpa pamrih merupakan prinsip kebenaran yang hendaknya dijalankan oleh setiap orang. Jika bisa berbuat demikian, barulah hubungan antarmanusia bisa harmonis serta dunia bisa aman dan tenteram.
Setiap hari, rutinitas saya selalu sama. Dari pagi hingga malam, dari tanggal 1 hingga tanggal 15, dan dari awal tahun hingga akhir tahun, saya selalu mengucapkan kata-kata yang sama. Meski saya mengucapkan kata-kata yang sama setiap hari, apakah setiap orang melakukan apa yang saya katakan? Itu agak sulit.
Adakalanya, kita juga memiliki kekurangan yang membuat diri sendiri kecewa. Jadi, bagaimana kita meminta orang lain bertindak sesuai keinginan kita? Sungguh, ini sangat sulit, terlebih meminta orang-orang di luar komunitas kita untuk bertindak sesuai keinginan kita. Itu sangatlah sulit. Apa yang harus kita lakukan? Kita harus memahami kebenaran dan memperluas wawasan kita. Dengan memperluas wawasan dan memahami kebenaran, kita dapat memandang ke seluruh dunia.

Kita juga melihat ketidakselarasan unsur angin. Lihatlah di Filipina, banyak orang yang terkena dampak bencana. Orang-orang dari tempat yang jauh hendak membantu, tetapi akses jalan telah terputus. Baik perjalanan lewat darat, air, maupun udara, semuanya harus menempuh jarak yang sangat jauh. Bagi orang-orang yang menderita, sehari terasa seperti setahun. Orang-orang yang hendak menyalurkan bantuan juga harus berhati-hati.
Mereka juga harus menghimpun tenaga dan barang bantuan. Siapa yang bisa menjangkau lokasi bencana? Bagaimana menyiapkan barang bantuan dan mengirimkannya ke tangan korban bencana? Saya merasa bahwa ini juga membutuhkan banyak waktu. Karena itulah, saya sering berkata bahwa kita harus senantiasa siap siaga untuk menghadapi ketidakkekalan.
Dalam keseharian, kita harus menggalang Bodhisatwa dunia. Di mana pun bencana terjadi, dengan adanya sekelompok orang yang memiliki kesatuan tekad dan menghimpun kekuatan, kita dapat menjangkau dan menolong orang-orang yang membutuhkan. Karena itulah, dikatakan bahwa kita harus sedia payung sebelum hujan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus memahami kebenaran seperti ini. Ini adalah prinsip kebenaran. Prinsip kebenaran seperti ini dilandasi oleh semangat keagamaan. Agama mengajarkan tujuan hidup. Jadi, setiap agama yang merupakan keyakinan benar akan mengajari orang-orang untuk bersumbangsih dengan hati yang tulus.
Di mana pun bencana terjadi, kita bersedia pergi ke sana untuk bersumbangsih tanpa pamrih. Kita mengasihi orang-orang yang belum kita kenal karena memiliki cinta kasih agung tanpa syarat. Cinta kasih yang murni dan tanpa pamrih ini bagaikan udara yang sangat segar. Cinta kasih yang murni dan tanpa pamrih ini hendaknya senantiasa ada dalam hati kita.

Kita membicarakannya dari lubuk hati kita dan bersungguh hati mendengarnya. Kita membicarakan prinsip kebenaran dari lubuk hati kita. Selain membicarakannya, kita juga harus mempraktikkannya. Setelah mendengar prinsip kebenaran dengan telinga dan menyerapnya ke dalam hati, semua orang hendaknya bergerak untuk membantu saat dibutuhkan.
Tanpa membeda-bedakan Anda, saya, dan dia, semua orang bergerak sebagai satu kesatuan. Semua orang hendaknya menghimpun kekuatan cinta kasih tanpa pamrih. Jika bisa demikian, barulah dunia ini dapat terselamatkan dan bencana dapat diredam.