Tahun ini sudah hampir berakhir. Dalam Pemberkahan Akhir Tahun setiap tahunnya, saya bisa melihat semua orang sangat tertib serta tetap sangat tekun dan bersemangat. Selama puluhan tahun, para relawan senior kita selalu tekun dan bersemangat. Relawan yang baru dilantik hari ini telah resmi bergabung dengan Tzu Chi. Dengan penuh cinta kasih, ketulusan, dan keteguhan, kalian berikrar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa selamanya.
Sulit untuk terlahir sebagai manusia dan jalinan jodoh untuk mengenal ajaran Buddha sangatlah langka. Kalian bukan hanya memasuki pintu Buddha, tetapi juga membangkitkan ikrar agung untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Selama bertahun-tahun ini, kalian sudah sangat yakin terhadap Tzu Chi. Kalian dilantik hari ini dan akan selamanya menapaki Jalan Tzu Chi.
Kita bukan baru menapaki Jalan Tzu Chi di kehidupan sekarang, melainkan sejak kehidupan lampau. Kita telah menapaki jalan ini sejak berbagai kehidupan lampau sehingga di kehidupan sekarang, saat mendengar tentang Tzu Chi ataupun membicarakan Tzu Chi, kita selalu sangat sukacita. Jadi, kekuatan cinta kasih insan Tzu Chi akan selamanya diwariskan dari generasi ke generasi. Saya sangat sukacita.
Namun, waktu dalam kehidupan kita terus berlalu. Hendaklah kita selalu menggenggam waktu. Dalam perjalanan saya kali ini, saya juga sangat menggenggam waktu. Saya merasa bahwa asalkan masih bisa berjalan dan berbicara, saya harus menggenggam jalinan jodoh. Sama seperti saya, kalian hendaknya juga berpikir, “Saya harus tekun dan bersemangat setiap hari.”
Setiap hari, demi masyarakat dan dunia, kita harus bersumbangsih. Inilah nilai kehidupan kita. Belakangan ini, saya sering berkata demikian. Dari lubuk hati saya, saya berharap kalian merasa beruntung bisa bergabung dengan Tzu Chi. Selama puluhan tahun ini, sejak Tzu Chi berdiri hingga sekarang, kalian tetap bersumbangsih di tengah komunitas dan memberikan pendampingan di tengah masyarakat. Ini sungguh tidak mudah.
Lihatlah para Bodhisatwa dari Kinmen. Tidak mudah bagi mereka untuk mengunjungi saya. Namun, tekad dan ikrar mereka tidak berubah. Mereka tetap tekun dan teguh menjalankan Tzu Chi. Terkadang, saat mendengar atau melihat cinta kasih mereka yang penuh perhatian dan tulus, saya sangat tersentuh. Saya bersyukur kepada Bodhisatwa sekalian.
Di era sekarang, televisi ada di mana-mana. Saya yakin bahwa kalian semua menonton Da Ai TV. Memandang ke seluruh dunia, hal-hal yang terjadi membuat kita sangat khawatir. Namun, kita juga merasa bersyukur. Kita bersyukur atas kemudahan berkomunikasi. Meski terpisah oleh jarak yang jauh, dengan menyalakan televisi saja, kita bisa melihat satu sama lain.
Kita juga bisa mengetuk layar ponsel untuk menghubungi orang lain dan saling memotivasi. Di era sekarang, semuanya sangat praktis. Bodhisatwa sekalian, saya berharap kalian dapat bersungguh hati mengerahkan kekuatan cinta kasih.
“Ada perwakilan relawan dari Malawi yang ingin berbicara dengan Master. Dia semula ingin mendaftar sebagai calon presiden, tetapi akhirnya mengurungkan niatnya.”
“Kami akan kembali melanjutkan program pertanian kami, sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2, yaitu Tanpa Kelaparan. Kami sangat menghargai cinta kasih Tzu Chi terkait pendidikan di Malawi karena Tzu Chi adalah satu-satunya yang menyediakan pendidikan prasekolah gratis di Malawi,” kata Mike Kachimanga, relawan Malawi.
“Terakhir, saya ingin mengutip ajaran Master, yakni genggamlah waktu yang ada sekarang. Bersama-sama, kami akan kembali untuk membawa manfaat bagi orang-orang di Afrika Selatan, Afrika Tengah, Afrika Timur, dan Afrika Barat,” pungkas Mike Kachimanga.
Saya sangat bersyukur. Dalam menjalankan Tzu Chi, mereka sama seperti kita, selalu memprioritaskan Tzu Chi. Cinta kasih mereka terhadap Tzu Chi melebihi keinginan terhadap ketenaran dan keuntungan. Para relawan di Malawi juga menjalankan Tzu Chi. Jika hanya mendengar tentang kisah-kisah di dunia, kita mungkin tidak bisa membayangkannya. Namun, kini relawan dari Malawi telah kembali dan duduk bersama kita di sini. Ini sangatlah mengagumkan.
Saya sangat bersyukur kepada orang-orang yang mendedikasikan diri di Tzu Chi dengan cinta kasih. Meski bercerita tentang bagaimana mereka mengerahkan kekuatan cinta kasih setiap hari, itu tetap tidak habis untuk diceritakan. Terlebih, saat bersumbangsih di negara masing-masing, mereka tidak gentar meski harus menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Contohnya, di Afrika Selatan, orang-orang berwatak keras sehingga menjalankan Tzu Chi pun makin sulit.
Saya merasa bahwa kita bagaikan berada di tanah suci. Kita hendaknya tahu untuk menghargainya dan mengerahkan lebih banyak kekuatan cinta kasih agar Taiwan senantiasa damai dan harmonis. Ini bergantung pada apakah setiap orang memiliki cinta kasih di dalam hati dan bersedia melakukan praktik nyata. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian.
Lihatlah, kita semua berhimpun di sini dan bersama-sama melantunkan Sutra Makna Tanpa Batas dengan sangat tulus. Jalan menuju kebuddhaan ada di dunia ini. Ada begitu banyak orang yang melantunkan Sutra dengan kesatuan hati. Kita memikirkan ajaran tersebut, lalu melantunkannya bersama-sama. Bukankah ini menunjukkan kesatuan hati dan ketulusan? Ini sungguh tidak mudah.
Bodhisatwa sekalian, saya sangat tersentuh dan bersyukur. Saya yakin kalian pun demikian. Bodhisatwa sekalian, kita semua adalah Bodhisatwa di dunia ini. Karena itu, mari kita bersyukur dan mendoakan satu sama lain.
Membangkitkan tekad dan ikrar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa
Tekun dan bersemangat untuk membawa manfaat bagi semua makhluk
Merelakan yang sulit direlakan dan menyerap ajaran baik
Mewujudkan keharmonisan di mana-mana untuk menciptakan tanah suci di dunia