Sepanjang hidup ini, saya merasa sangat bersyukur. Puluhan tahun telah saya lalui dan jalan Tzu Chi pun telah terbentang. Jalan Tzu Chi bukan dibentangkan oleh saya seorang diri, melainkan 30 orang ibu rumah tangga yang menyisihkan 50 sen setiap hari. Ini adalah sejarah yang sangat bernilai. Yang tahu harus menceritakannya kepada yang belum tahu. Inilah yang disebut dengan menyebarkan Dharma.

Jika ada yang tidak mengetahui asal mula Tzu Chi, hendaknya kita yang tahu menjelaskannya kepada mereka. Ini juga disebut dengan menyebarkan Dharma. Kita harus ingat donasi 50 sen itu digunakan untuk apa dan apa kasus pertama yang kita tangani. Dari sanalah cerita bersejarah ini dimulai.

Saya mengajari kalian untuk memahami Tzu Chi dan awal mula perjalanan saya. Selama puluhan tahun ini, banyak orang yang terinspirasi untuk bergabung sehingga membentuk barisan relawan yang panjang. Sebagian relawan baru bergabung puluhan tahun kemudian. Mereka terus melangkah ke depan tanpa tahu bagaimana jalan ini dibuka sebelumnya. Jadi, yang tidak tahu harus belajar dari yang tahu, sedangkan yang sudah tahu hendaknya menyebarkan Dharma dan membawa manfaat.

Kisah awal mula Tzu Chi adalah sejarah nyata, bukan sekadar kabar angin. Ketika kalian menyebarkan Dharma, tanggung jawabnya sangatlah berat. Jika tahu untuk menggenggam jalinan jodoh, dalam setiap kata dan langkah kita, kita akan menyebarkan Dharma yang benar. Pikirkanlah, “Apa yang saya sampaikan ini adalah kisah nyata. Kisah nyata ini mengandung benih yang berlimpah.” Saat mendengarnya, orang lain bisa benar-benar memahami.

Di dalam satu kisah terdapat banyak benih. Pada saat yang sama, banyak orang bisa mendengar kisah yang kita bagikan. Jika semua benih memiliki jalinan jodoh untuk ditabur, akan ada banyak benih yang tertanam sekaligus. Dengan demikian, makin banyak orang yang mendengar dan menyebarkan Dharma. Makin banyak Dharma yang disebarkan, makin banyak pula hati manusia yang disucikan dan dunia akan menjadi murni.

Tujuan Buddha membabarkan Dharma ialah menyucikan hati manusia. Buddha memilih hadir di Dunia Saha karena ini adalah dunia yang makhluknya harus banyak menanggung penderitaan. Seperti sekarang, Zhu-zhi mengalami sakit pinggang. Dia tengah menanggung rasa sakit sekarang. Dahulu, dia sangat tekun, bersemangat, dan menapaki Jalan Bodhisatwa dengan mantap.

Begitulah hidup, ada usia tua, ada penyakit, dan ketidakselarasan unsur tubuh. Oleh karena itu, kita pun harus bisa menanggung karena setiap orang pasti akan mengalami sakit. Jangan berpikir, “Saya sakit, saya harus beristirahat. Saya sudah menjalankan Tzu Chi, mengapa malah sakit? Seharusnya semua berjalan lancar. Mengapa saya masih diuji?” Bila tidak tekun, kita tidak akan lulus ujian. Namun, jika bersabar, setiap rintangan bisa kita lewati.

Hidup memang penuh kesulitan, itulah kenyataan menjadi manusia. Terkadang, kita berpikir, “Mengapa menjadi manusia begitu sulit?” Namun, setiap rintangan bisa teratasi selama kita bisa bersabar. Mengertilah bahwa ini adalah akibat dari karma masa lalu. Apa pun benih sebab dan kondisi dari kehidupan lampau, kita hendaknya menerima buah dan akibatnya secara utuh. Dengan demikian, benih sebab ini akan terselesaikan di kehidupan sekarang.

Jika benih sebab yang kita tanam di kehidupan lampau belum terselesaikan di kehidupan sekarang, ia akan berlanjut di kehidupan mendatang. Sembari menuntaskan karma, kita juga perlu menambah dan mengakumulasi berkah. Yang paling sederhana, seperti yang saya katakan bahwa kita bersumbangsih untuk memupuk karma baik, bukan mengikis karma buruk. Bukan berpikir, “Dahulu, saya telah menciptakan karma buruk. Saya memahami prinsipnya. Saya cukup bersabar sebentar dan menunggu karma buruk saya habis terkikis.” Bukan demikian.

Kita harus menciptakan berkah untuk kehidupan mendatang. Meski kehidupan sekarang penuh dengan lika-liku, kita menghadapi setiap rintangan dengan sabar dan telah mengatasinya satu per satu. Kita harus bersyukur kepada diri sendiri karena setiap rintangan bisa dilewati dengan selamat. Hendaknya kita terus menciptakan berkah. Inilah yang disebut sanggup menanggung. Selain itu, kita juga harus tekun dan bersemangat sebab itulah yang mendatangkan berkah di kehidupan mendatang. Jadi, kita berbuat baik untuk mengakumulasi berkah.

Mengakumulasi berkah berarti menciptakan berkah yang berlimpah. Apakah ini sudah cukup? Tidak. Hendaklah kita harus terus melangkah dan tidak menyia-nyiakan waktu. Sama seperti saya yang rela setiap hari berada di sini dan terus berusaha sekuat tenaga. Saya merasa bahwa jika tidak berbicara sekarang, kapan lagi? Hendaknya semua orang menghargai setiap perkataan saya. Saya pun menghargai kalian semua yang menjalankan Tzu Chi dengan tekun dan bersemangat. Kita harus menggenggam jalinan jodoh saat ini.

Hendaknya kalian menjaga hati dan tubuh dengan baik. Ketika bertemu orang lain, kita harus bercerita tentang Tzu Chi karena mungkin saja orang itu adalah benih Tzu Chi di masa depan. Tentu saja, ketika melihat orang di luar, kita harus menaburkan benih. Di sisi lain, apakah anak-anak kita sendiri memahami apa yang kita lakukan di Tzu Chi? Puluhan tahun telah berlalu, apakah anak-anak kita sungguh memahaminya? Jika ada kesempatan, berbagilah dengan anak dan menantu kalian. Ceritakanlah kisah dan nilai-nilai Tzu Chi. Ini haruslah diwariskan.

Keluarga yang memupuk kebajikan akan dipenuhi berkah. Singkat kata, anggota keluarga sendiri juga harus kita inspirasi, bukan hanya orang di luar. Inilah yang sering saya katakan kepada kalian. Menginspirasi orang luar juga harus disertai dengan menginspirasi orang dalam. Inilah yang disebut menginspirasi secara internal dan eksternal.

Melangkah di jalan kebenaran dan mempraktikkan semangat celengan bambu
Menghimpun kebajikan dan cinta kasih serta mempraktikkan Dharma
Belajar menanggung penderitaan di Dunia Saha
Saling menginspirasi dan menciptakan jalinan jodoh berkah