“Seusai pemeriksaan kesehatan, saya divonis mengidap adenokarsinoma paru-paru dan menjalani operasi. Saya menjalani empat kali kemoterapi. Seusai kemoterapi yang kedua, semua rambut saya rontok. Ini membuat saya lebih sedih dari saat divonis kanker. Saya pun makin memahami bahwa jatuh sakit sangat menyakitkan dan membuat orang tidak berdaya sehingga makin ingin menjadi sandaran pasien,” kata Liao Rui-ying, relawan Tzu Chi.
“Selama lebih dari 30 tahun bergabung dengan Tzu Chi, saya selalu menggenggam waktu untuk mengikuti berbagai kegiatan Tzu Chi. Kini, saya makin teguh menggenggam waktu untuk bersumbangsih semaksimal mungkin selagi mampu,” pungkas Liao Rui-ying.
Buddha berkata bahwa kehidupan penuh dengan penderitaan, kekosongan, dan ketidakkekalan. Setiap hari, kita bisa melihat penderitaan, kekosongan, dan ketidakkekalan di dunia ini. Sesungguhnya, kita sendiri juga mengalami penderitaan, kekosongan, dan ketidakkekalan. Jika tidak bersungguh hati, kita tidak akan menyadari penderitaan, kekosongan, dan ketidakkekalan ini.
Jika bersungguh hati memperhatikan waktu, kita akan menyadari bahwa seiring berlalunya detik demi detik, usia kehidupan kita juga terus berkurang. Enam puluh detik setara dengan satu menit, 60 menit setara dengan satu jam, dan 24 jam setara dengan satu hari. Demikianlah waktu berlalu sedikit demi sedikit. Jadi, kita harus menggenggam waktu yang ada.
Hidup pada momen ini sangatlah bernilai. Kehidupan kita sekarang bernilai. Hari ini, kita duduk di sini untuk menginventarisasi nilai kehidupan kita. Kita menginventarisasi apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita. Saat melakukannya, kita mendapati bahwa kita tidak melakukan hal yang tidak baik ataupun mengucapkan kata-kata yang tidak baik. Semua yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan dapat membawa manfaat bagi orang banyak.
“Saat saya pertama kali kembali ke Hualien untuk bersumbangsih sebagai relawan rumah sakit, suasana di rumah sakit kita membuat saya sangat tersentuh. Menyaksikan begitu banyak ketidakkekalan di IGD sungguh membuat saya terguncang. Saya sungguh beruntung dapat bersumbangsih sebagai relawan di rumah sakit,” kata Chen An-ran, relawan Tzu Chi.
“Kata Renungan Jing Si berbunyi, ‘Orang yang memberi adalah lebih beruntung daripada orang yang menerima.’ Kebahagiaan yang sesungguhnya ialah kemurnian hati yang diperoleh setelah bersumbangsih. Kehidupan sehari-hari dan pekerjaan kita terkadang membuat kita gelisah. Namun, di rumah sakit, saya bisa berinteraksi dengan berbagai jenis orang,” lanjut Chen An-ran.
“Saat mendampingi mereka dan berinteraksi dengan mereka, saya juga mendengar kisah kehidupan mereka yang membawa kemajuan besar bagi batin saya. Karena itulah, saya bisa terus bersumbangsih sebagai relawan rumah sakit selama 28 tahun. Saya merasa bahwa bersumbangsih sebagai relawan rumah sakit telah memperluas dan memperdalam makna kehidupan saya. Jika tidak, saya mungkin hanya akan menjadi orang yang biasa-biasa saja di tengah masyarakat,” pungkas Chen An-ran.
Membawa manfaat bagi orang banyak patut dilakukan dalam kehidupan kita. Kehidupan kita bernilai karena kita bergabung dengan Tzu Chi. Setiap hari, kita menyucikan hati orang-orang dan menyucikan jiwa kebijaksanaan diri sendiri. Meski bersumbangsih sebagai relawan untuk membawa sukacita bagi orang-orang, kita mungkin tetap mengakumulasi rasa dendam, rasa benci, ataupun ketamakan di dalam hati. Singkat kata, kita harus sering membasuh batin kita.
Mari kita berintrospeksi dan bertobat setiap waktu. Saat masih hidup dan bernapas, barulah kita bisa memiliki kesadaran untuk mengenang masa lalu dan bisa menggunakan air Dharma yang murni yang kita pelajari sebagai relawan untuk membasuh batin kita. Dengan membasuh batin sendiri, kita juga membasuh batin orang lain. Inilah manfaat bersumbangsih sebagai relawan.
Bersumbangsih sebagai relawan sungguh telah menciptakan berkah bagi orang banyak. Kita membantu melenyapkan noda batin orang-orang dan mengingatkan mereka bahwa semua orang dapat berbuat baik. Ini termasuk membimbing orang terjun ke tengah masyarakat untuk membawa manfaat bagi orang banyak. Jadi, saya berharap yang kalian lakukan lebih dari sekadar bertanya, “Apa kabar Anda hari ini? Apakah Anda bisa tidur semalam?” Kita bisa berbuat lebih dari itu.
Kita hendaknya membagikan kata-kata baik pada mereka. Jika ada rasa dendam dalam hati mereka, kita hendaknya berusaha untuk membimbing mereka melepas rasa dendam itu. Setelah mereka melepas rasa dendam, barulah air Dharma yang murni bisa meresap ke dalam hati serta membersihkan kegelapan dan noda batin mereka. Sesungguhnya, di sinilah letak nilai kita sebagai relawan.
Kita harus berusaha untuk membuka pintu hati mereka, menyingkirkan rasa dendam di dalam hati mereka, dan memasukkan air Dharma yang murni ke dalamnya. Jika bisa demikian, berarti kita menciptakan pahala. Kita mengerahkan upaya kita agar orang lain memperoleh pencapaian. Orang lain memperoleh pencapaian, sedangkan kita memperoleh keluhuran. Yang orang lain peroleh ialah pencapaian, sedangkan yang kita peroleh ialah keluhuran.
Rasa dendam meninggalkan hati mereka dan hati mereka dipenuhi rasa sukacita. Setelah kita menyucikan hati mereka, inilah yang mereka peroleh. Lalu, apakah yang kita peroleh? Kita telah mewujudkan satu perbuatan baik. Ini disebut menciptakan berkah. Jadi, kita memperoleh berkah. Kita memberikan Dharma yang murni dan yang kita peroleh ialah berkah dan kebijaksanaan. Karena itu, kita harus sangat bersungguh hati.
“Suami saya berkata bahwa dia telah mengamati saya selama 10 tahun dan mendapati bahwa saya telah memperbaiki tabiat saya. Karena itulah, dia mengikuti pelatihan relawan. Kini, dia menjadi relawan dokumentasi,” kata Huang Shui-yue, relawan Tzu Chi.
“Kakak Mei-xiang juga berkata bahwa dahulu saya berbicara terlalu ceplas-ceplos. Saat itu, pemikiran saya kurang matang. Ketika bergabung dalam tim pelayanan dan terjadi sesuatu, saya selalu berbicara ceplas-ceplos. Dia berkata, ‘Selama beberapa tahun ini, saya merasa bahwa kamu banyak berubah. Tabiatmu membaik, kamu juga menjadi lebih lembut dalam berbicara dan lebih bisa berpikir di posisi orang lain’,” lanjut Huang Shui-yue.
“Saya menjawab, ‘Ya, setelah bergabung dengan Tzu Chi, saya terjun ke tengah masyarakat secara langsung sehingga dapat melihat penderitaan dan menyadari bahwa diri sendiri dipenuhi berkah.’ Master juga sering berkata bahwa melatih diri berarti memperbaiki tabiat. Kini, saya tengah berusaha untuk memperbaiki tabiat saya,” pungkas Huang Shui-yue.
Bersumbangsih sebagai relawan sungguh mendatangkan pahala yang tak terhingga. Di sini, saya juga ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memberi tahu kalian bahwa yang kalian peroleh ialah keluhuran yang tak terhingga. Apakah kalian mengerti? (Mengerti.)
“Pencapaian” dan “keluhuran” memiliki pelafalan yang sama dalam bahasa Mandarin. Makin banyak bersumbangsih, makin banyak pula keluhuran yang kita peroleh. Inilah berkah. Memperoleh keluhuran ialah berkah. Ada berkah, maka ada kebijaksanaan. Jadi, kita membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus.
Bersyukurlah kepada para pasien yang telah memberi kita kesempatan untuk bersumbangsih sebagai relawan. Bersyukurlah kepada orang-orang yang diliputi noda batin yang memberi kita kesempatan untuk menyebarkan Dharma. Kita menyebarkan Dharma untuk melenyapkan noda batin mereka. Dengan demikian, kita akan memperoleh keluhuran. Ada keluhuran, baru ada kebijaksanaan. Jadi, dengan adanya berkah dan keluhuran, barulah kita bisa mengembangkan kebijaksanaan.
Keluhuran adalah kebijaksanaan. Jangan merasa bahwa kita sudah lanjut usia. Jiwa kebijaksanaan kita akan bertahan hingga selamanya. Jiwa kebijaksanaan tidak dibatasi oleh usia. Kita harus mempertahankan kebijaksanaan kita. Jika bisa mempertahankan kebijaksanaan, yang kita bawa ke kehidupan berikutnya ialah pikiran yang jernih. Kita bisa memilih ke mana kita hendak pergi. Inilah kebijaksanaan. Pikiran kita tidak kacau. Dalam meneladan Buddha, kita harus belajar untuk tidak tersesat dan tidak melekat.
Menggenggam waktu karena kehidupan penuh dengan ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan
Menginventarisasi kehidupan dan membawa manfaat bagi orang banyak
Bertobat, menyucikan hati, dan melenyapkan noda batin
Memupuk kebajikan, membina keluhuran, menyempurnakan berkah dan kebijaksanaan