Halo, semuanya. (Halo, Master.) Di luar sangat dingin. Apakah kalian semua sudah berpakaian hangat? (Sudah.) Baik. Karena hidup di dunia ini, kita harus selalu beradaptasi dengan keempat musim. Ini tidak terhindarkan. Namun, di dunia ini, kita semua akan mengalami lahir, tua, sakit, dan mati. Ini juga tidak terhindarkan. Contohnya saya. Sebenarnya, bagi saya, berbicara itu juga sangat melelahkan. Mengapa demikian?

Seiring bertambahnya usia, kemampuan fisik saya kian berkurang. Suara pun terus berubah. Setiap hari, saya mendengarkan ceramah-ceramah saya di masa lalu dan merefleksikan apa yang telah saya bagikan. Saya mendapati bahwa dahulu, ketika berceramah, suara saya begitu lantang. Saya juga teringat akan bagaimana dahulu saya mulai menjalankan Tzu Chi dan bagaimana awal para Bodhisatwa dunia membangun tekad untuk bergabung sebagai relawan.

Sebenarnya, di tengah perjalanan tersebut, ada sangat banyak cerita yang menyentuh hati. Kita melayani bersama sebagai Bodhisatwa dunia dan menjadi bagaikan satu keluarga besar. Jadi, sebagai saudara se-Dharma, kita semua meyakini ajaran yang sama. Buddha datang ke dunia untuk mengajarkan Dharma. Kita disebut sebagai umat Buddha karena mengikuti ajaran Buddha. Kita menjalankan apa yang diajarkan.

Buddha sungguh datang ke dunia untuk membimbing semua makhluk menapaki Jalan Bodhisatwa. Menapaki Jalan Bodhisatwa adalah Dharma yang benar. Inilah tujuan utama Buddha datang ke dunia. Bodhisatwa adalah makhluk dengan cinta kasih berkesadaran. Kita harus belajar untuk memiliki cinta kasih berkesadaran. Berhubung semua makhluk diliputi kesesatan dan kegelapan batin, Buddha datang ke dunia untuk menghalau kegelapan batin kita serta mengarahkan dan membimbing kita ke jalan yang benar, yakni jalan pencerahan.

Waktu manusia terbatas karena adanya faktor hukum alam. Dalam kehidupan ini, mungkin kita mempertanyakan, “Mengapa nasib hidup saya seperti ini, sedangkan nasib orang lain lebih baik? Ada apa dengan diri saya? Mengapa saya bisa seperti ini?” Terkadang, kita mengeluh, “Mengapa mereka bisa memiliki ini, sedangkan saya tidak? Sungguh tidak adil. Saya harus merebutnya.” Dengan pemikiran yang demikian, konflik pun muncul.

Seiring konflik itu muncul, hati akan terasa tidak damai. Kegelapan batin pun terus membelenggu dan pada akhirnya membuat segala yang kita lakukan menjadi salah. Inilah yang disebut kehidupan yang salah. Kesalahan inilah yang menciptakan karma buruk yang seharusnya tidak kita miliki. Kita pun sudah tahu bahwa Buddha datang ke dunia untuk membimbing kita agar memahami hukum sebab dan akibat yang merupakan Dharma yang benar.

Apa itu sebab? Sebelum dilahirkan, kita telah mengakumulasi sangat banyak karma di kehidupan sebelumnya. Entah dahulu kita menciptakan berkah atau menciptakan karma buruk, itu sudah terjadi di masa lalu. Namun, kini jalinan jodoh apa yang memungkinan kita terlahir kembali ke dunia ini? Jalinan jodoh antara kita dengan orang tua. Dengan adanya jalinan jodoh dengan orang tua kita, kita lahir ke dunia ini. Ini ditentukan oleh kekuatan karma masa lalu kita. Lantas apa yang hendak kita ciptakan sekarang? Berkah atau karma buruk? Ini tergantung pada masing-masing dari kita.

Sebagian orang terlahir dari keluarga yang kekurangan. Meskipun demikian, seiring bertumbuh besar, mereka perlahan mulai bisa mengubah nasib mereka. Ada pula yang berasal dari keluarga kurang mampu, tetapi berkat pendampingan orang tua dan jalinan jodoh, mereka bisa mengenyam pendidikan ataupun berbisnis sehingga hidup mereka pun menjadi lebih baik. Jalinan jodoh setiap orang berbeda-beda. Jadi, kita hendaknya ikhlas menerima kehidupan kita bagaimanapun kondisinya.

Beberapa di antara kita mungkin terlahir dari keluarga yang begitu menderita sehingga sulit bagi kita untuk mengubah nasib. Namun, kita tidak perlu mengeluhkan hal ini. Yang perlu kita ketahui ialah sebab masa lalu mengondisikan kehidupan kita saat ini. Benih sebab dari masa lampau berbuah pada masa sekarang sehingga mengakibatkan penderitaan. Di masa lalu, kita telah menciptakan sangat banyak karma, begitu pula pada masa kini. Namun, dahulu kita tidak mengerti hukum sebab akibat.

Kini, berkat jalinan jodoh, kita bisa mendengarkan dan mengerti ajaran Buddha. Kita memiliki jalinan jodoh dengan Tzu Chi sehingga dapat bersama-sama menapaki dan membentangkan Jalan Bodhisatwa. Beginilah Bodhisatwa dunia memperoleh pemahaman dari apa yang dilakukan. Sebagai contoh, saat mengunjungi calon penerima bantuan, kita mungkin akan berpikir, “Mengapa orang ini bisa begitu menderita? Dahulu, saya selalu mengeluhkan hidup saya dan bertanya-tanya mengapa ia tidak berjalan sesuai keinginan saya. Namun, setelah kunjungan kali ini, saya sadar bahwa kondisi saya lebih beruntung.”

Dengan melihat kondisi kehidupan orang-orang, kita belajar sangat banyak. Kita belajar lewat apa yang kita lakukan dan memperoleh kesadaran dari pembelajaran ini. Jika tidak bergabung dengan Tzu Chi, bertemu orang-orang yang membutuhkan bantuan seperti itu. Dengan demikian, kita akan selamanya berjalan di tempat, terus mengeluhkan hidup kita, saling bertikai dengan sesama, bahkan memupuk lebih banyak karma buruk. Dengan bergabung bersama Tzu Chi, kita dapat mendengar Dharma, melihat jalan di depan, dan menapaki jalan itu bersama-sama dengan saling mendukung dan saling menjaga.

Memahami penderitaan dari ketidakkekalan hidup
Mendengarkan Dharma, menyerap manfaat, dan mempraktikkannya secara nyata
Memahami hukum sebab akibat agar bisa menapaki jalan pencerahan
Saling menyemangati, saling menemani, dan belajar lewat aktivitas