“13 tahun yang lalu, saya mengikuti para relawan Tzu Chi dalam menjalankan misi. Sekarang, saya sendiri yang berdiri di depan, mengibarkan bendera, dan berseru dengan semangat. Selama hati tidak jauh, jalan pun tidak akan jauh,” kata Zhang Hong-cai, relawan Tzu Chi Honduras.
“Saya juga ingin membantu ayah saya karena saya tahu bahwa beliau mulai menua. Saya harus membantunya saat dia membutuhkan. Saat saya masih kecil, beliau terus membantu saya dan melakukan segalanya untuk saya. Sekarang, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu beliau. Beliau adalah orang terbaik yang pernah saya temui. Saya berharap bisa membalas kebaikannya,” kata Marcela, Perez Putri angkat Zhang Hong-cai.
“Karena ada teks dalam bahasa Inggris, saya bisa memahami maknanya. Hal penting yang harus diketahui pasti saya catat. Tahun lalu, ayah saya terkena strok. Ini bukan hanya berpengaruh bagi keluarga saya, tetapi juga relawan di Honduras serta orang-orang yang menderita di sana juga turut merasakan dampaknya. Lebih bagus jika saya dilantik sehingga dapat mengemban tanggung jawab ayah saya,” kata Zhang You-qin, Putra Zhang Hong-cai.
Tzu Chi ada di dunia karena adanya jalinan jodoh yang terhimpun. Terlebih lagi, jalinan jodoh ini sangat berharga karena dapat menghubungkan antarmanusia.
“Semua ini sangat bermakna dan itulah yang membentuk keadaan kita saat ini. Bukankah saya terlihat seperti relawan Tzu Chi profesional? Setiap manusia memiliki sisi kemanusiaan. Ketika melihat orang lain menangis, kita pun akan ikut menangis. Jadi, hal seperti ini tak perlu banyak dibicarakan karena begitu banyak hal yang menyentuh hati,” kata kata Zhang Hong-cai, relawan Tzu Chi Honduras.
Hong-cai telah melakukan banyak hal di Honduras. Belum sempat menginventarisasi kebaikan dalam hidupnya, tiba-tiba kabar duka datang. Hati saya sangat sakit dan merasa seolah saya banyak berutang budi padanya. Beliau telah banyak bersumbangsih. Seorang diri, beliau mampu memikul tanggung jawab yang begitu besar untuk membangun banyak rumah.
Saat kembali ke sini, waktunya selalu singkat sehingga beliau tidak sempat membagikan secara terperinci apa yang telah dilakukan. Namun, tekadnya sangatlah kuat dan selalu berkata, “Apa yang sudah dilakukan tidak perlu dibicarakan.” Segala yang diperbuat, beliau selalu mengatakan bahwa itu untuk Tzu Chi. Kalian tahu bahwa saya sangat tidak rela. Sumbangsihnya begitu besar, tetapi saya belum sempat berinteraksi dengannya dan mendengar langsung bagaimana perjuangannya.
“Beliau pernah berkata bahwa saat menghadapi kesulitan dan berbagai masalah, ia selalu merasa tak sabar ingin pulang untuk duduk di meja kerjanya dan berdialog dengan foto Master. Mendengar hal itu, hati saya sangat sakit. Saya berkata, ‘Hong-cai, inilah pelajaran hidupmu dan jalinan jodoh besar dalam perjalananmu. Tetap semangat. Jalan ini memang tidak mudah untuk dilalui, tetapi jika selalu menempatkan Master di dalam hati, semuanya pasti bisa dilewati’,” kata Ge Ji-jue, relawan Tzu Chi.
Setiap kali memikirkannya, saya merasa banyak berutang budi padanya. Saya berharap kita dapat mengumpulkan dan merapikan semua dokumentasi tentangnya karena itulah kitab sejarah Tzu Chi. Beliau telah membina dan menggerakkan para relawan. Ini semua berkat sumbangsihnya. Saya tidak sempat berterima kasih padanya secara langsung. Namun, saya telah mendengar beliau berterima kasih kepada saya dan melaporkan tentang penderitaan dan kesulitan yang ada di sana secara ringan.
Saat berbicara dengan saya, beliau selalu penuh sukacita. Beliau berkata, “Melihat perubahan hidup masyarakat, kami merasa sangat bahagia. Anak-anak telah bertumbuh dengan baik. Kami telah membimbing mereka.” Begitulah dia. Segala yang dilakukannya menjadi bukti bahwa Tzu Chi selalu peduli. Sesungguhnya, dukungan dari kantor pusat Tzu Chi kepada mereka tidaklah banyak jika dibandingkan dengan sumbangsihnya.
Kini, beliau telah tiada, tetapi saya percaya bahwa jalan Tzu Chi akan membawanya kembali dan menemukan keluarga serta lingkungan yang baik. Di masa depan, dengan segala cinta kasih dan pengalaman yang telah terakumulasi, beliau akan melanjutkan perjalanan menjadi insan Tzu Chi. Saya sangat yakin kepadanya.
Di Taichung, saya juga mendengar tentang relawan bernama Bapak Tian dan istrinya, Ming-hua. Saya bersyukur karena hati mereka selalu dekat dengan saya. Setiap kali saya sampai di Taichung, sekelompok relawan akan terus mengikuti saya. Mereka juga selalu berbagi tentang berapa banyak orang yang telah mereka ajak untuk bergabung di Tzu Chi. Banyak pula yang menceritakan tentang bagaimana mereka menerapkan semangat Tzu Chi di komunitas.
Namun, usia saya sudah lanjut. Tentu saja, mereka pun sudah berusia lanjut. Saya menua, mereka pun menua. Tentu saja, mereka sedikit lebih muda dari saya. Saya mulai melihat bagaimana mereka menua dan beberapa telah pergi. Kehidupan memang tidak lepas dari ketidakkekalan, tetapi kasih sayang Bodhisatwa tidak pernah berubah.
Saya berharap bahwa semua staf dari berbagai departemen dapat memikirkan bagaimana kita bisa lebih peduli terhadap relawan lansia dan mereka yang lemah. Meski mereka aktif di Tzu Chi, ada yang kondisi rumah dan lingkungannya tidak baik. Hendaknya kita memperhatikan mereka. Jika mereka menghadapi kesulitan, kita juga harus memberikan dukungan.
Belakangan ini, kita menjalankan proyek pemasangan pegangan tangan. Saya selalu berkata bahwa ini bukan hanya untuk penerima bantuan yang sudah tua dan hidup sebatang kara, melainkan juga para saudara se-Dharma kita. Kita harus memperhatikan kondisi keluarga dan lingkungan mereka. Waktu terus berjalan dan manusia pun ikut larut dalam arus waktu. Hidup, tenaga, dan segala hal yang kita miliki seperti meluncur di atas perosotan. Begitu masuk, lajunya akan makin cepat. Oleh karena itu, hendaknya kita menggenggam waktu.
Berani memikul tanggung jawab dengan penuh welas asih
Menjadi teladan dalam menapaki Jalan Bodhisatwa
Meski waktu berlalu, tekad harus tetap teguh
Mencurahkan perhatian kepada saudara se-Dharma dan mewariskan kasih sayang