“Berkat sebuah buletin Tzu Chi, saya mengenal Tzu Chi. Suami saya bernama Wen-bin. Pada tahun 1997, beliau merupakan angkatan pertama yang dilantik menjadi anggota Tzu Cheng di Kuala Lumpur dan Selangor. Saya dilantik pada tahun 2000. Di tahun itu juga, Malaysia mendirikan Jing Si Book and Cafe pertama dan saya mengemban tanggung jawab di sana. Saya dan suami saya juga membimbing anggota Tzu Ching,” kata Ji Xiang-hua, relawan Tzu Chi.
“Tiga tahun yang lalu, suami saya meninggal dunia di Indonesia akibat Covid-19. Ujian pertama dalam hidup saya ialah saya didiagnosis terkena kanker. Pada tahun 2012, saya terkena kanker ovarium. Setelah mendengar perkataan Master, ‘Hidup ini tidak kekal, tetapi jiwa kebijaksanaan itu abadi,’ saya pun mengubah pola pikir saya. Dengan hati yang tenang, saya menerima pengobatan dan menjalani operasi. Saat itu, kanker saya masih stadium pertama. Kini, 12 tahun sudah berlalu,” lanjut Ji Xiang-hua.
“Master, saya ingin melaporkan bahwa kami adalah relawan Kuala Lumpur dan Selangor angkatan pertama yang menerima rompi relawan. Saat kami melangkah ke hadapan Master dan Master menganugerahkan rompi kepada saya, saya membangun tekad dan ikrar untuk terus mengikuti Master dari kehidupan ke kehidupan,” pungkas Ji Xiang-hua.
“Kami akan selalu mengemban tanggung jawab di Jing Si Books and Cafe dan melayani hingga napas terakhir. Master, janganlah khawatir.”
Hidup ini sungguh penuh dengan penderitaan. Tanpa penderitaan, kita tidak akan memperoleh berkah. Lihatlah, demi melenyapkan penderitaan di dunia, Buddha hadir di tengah masyarakat dan membentangkan jalan bagi kita. Jalan ini telah terbentang selama lebih dari 2 ribu tahun.
Berbicara tentang Tzu Chi, saya sangat berterima kasih kepada guru saya. Beliau hanya mengucapkan beberapa kata singkat, tetapi membekas bagi saya, “Jalinan jodoh kita sebagai guru dan murid sangat istimewa. Sekarang, kamu akan memasuki tempat penahbisan. Ingatlah untuk berjuang demi ajaran Buddha, demi semua makhluk.” Demi beberapa kata dari beliau ini, saya terus berjuang hingga saat ini, tetapi rasanya seperti baru akan memulai perjalanan ini. Namun, seiring berjalannya waktu, saya makin memahami maknanya. Insan Tzu Chi hadir karena adanya Tzu Chi. Berkat adanya insan Tzu Chi, barulah Tzu Chi bisa berjalan hingga saat ini. Hendaknya kita terus berjalan di jalan ini selamanya.
Bodhisatwa sekalian, kalian telah bersumbangsih bagi dunia dan berbuat baik. Hendaknya kita melangkah maju untuk menginspirasi lebih banyak orang membangkitkan niat baik. Para insan Tzu Chi senantiasa berbuat baik. Saya selalu merasa bahwa Tzu Chi berasal dari sebersit niat baik yang muncul karena pesan guru saya, yakni “demi ajaran Buddha, demi semua makhluk”. Guru saya selalu berpesan kepada saya untuk berbuat kebajikan.
Kita harus menggunakan cinta kasih untuk membawa kebahagiaan bagi dunia. Dunia ini penuh dengan penderitaan, tetapi tugas kita ialah mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan. Oleh karena itu, kita harus menyucikan hati manusia dan mengubah noda batin menjadi Bodhi agar Dharma dapat meresap ke dalam hati. Dengan begitu, barulah kita bisa melenyapkan penderitaan dan membimbing orang-orang ke Jalan Bodhi. Sesungguhnya, dalam kehidupan ini, kita sangat dipenuhi berkah.
Hubungan antarmanusia tak luput dari kasih sayang. Apakah kasih sayang kita hanya untuk satu keluarga, sekelompok orang tertentu, atau orang banyak? Belakangan ini, saya merenungkan hal ini. Seberapa panjang jalinan kasih sayang insan Tzu Chi? Hendaknya kita merenungkan hal ini. Saat melihat dunia dipenuhi bencana, bagaimana cara kita menciptakan berkah? Bagaimana kita mengubah penderitaan? Untuk mengubah penderitaan dunia, kita harus terlebih dahulu mengubah penderitaan diri sendiri. Kita harus menggunakan kebijaksanaan untuk melenyapkan noda batin. Hanya dengan kebijaksanaan, barulah kita dapat benar-benar menciptakan berkah.
Bodhisatwa sekalian, waktu terus berlalu tanpa meninggalkan jejak. Inilah dunia. Hidup di dunia ini, sebagian orang hanya makan, tidur, dan menikmati berkah. Inilah yang dikejar manusia di dunia. Namun, ada pula yang hidup di tengah penderitaan. Kita harus menapaki Jalan Tzu Chi di dunia dengan mantap untuk menjangkau orang yang menderita dan memetik pelajaran darinya.
Dalam kebakaran yang terjadi di Amerika Serikat kali ini, ada rumah insan Tzu Chi yang juga hangus terbakar. Namun, beliau tetap tenang dan teguh pada tekadnya untuk membantu orang lain. Beliau berpikir bahwa para korban bencana pasti menyelamatkan diri tanpa membawa apa pun. Ditambah dengan cuaca yang begitu dingin, beliau pun segera menenangkan hati para korban dan membantu mereka. Begitulah cara kita menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia.
Kita harus hadir di tengah penderitaan untuk memberikan bantuan tepat waktu. Bantuan yang kita berikan bukan ala kadarnya. Bantuan kita harus benar-benar bermanfaat. Di atas meja saya ada sepasang telapak kaki. Ini senantiasa mengingatkan saya untuk terus melangkah dengan mantap. Kita harus terus maju dan tidak berhenti. Waktu berlalu begitu cepat. Hidup ini penuh dengan ketidakkekalan dan penderitaan.
Hendaknya kita saling menyemangati dan selalu menggenggam waktu. Nilai dalam kehidupan terletak pada bagaimana kita menggenggam waktu dengan baik. Begitu membangun tekad, hendaknya kita sungguh-sungguh menapaki Jalan Bodhisatwa dengan langkah yang mantap dan bersumbangsih secara nyata.
Hendaknya kita menggenggam waktu untuk membawa ketenangan bagi orang yang membutuhkan agar mereka dapat menjalani hidup dengan tenteram. Setelah melalui masa sulit, mereka akan merasakan ketenangan tubuh dan pikiran. Dengan begitu, mereka akan merasa terhibur dan menyadari bahwa dunia ini memiliki cinta kasih dan harapan.
Dengan memberi harapan kepada mereka, kita juga membantu menenangkan hati mereka. Itulah nilai dalam kehidupan. Bantuan yang kita berikan tidak hanya untuk 1 hari, 2 hari, atau 3 hari. Kita memberikan bantuan yang cukup untuk 2 hingga 3 bulan. Kita juga memastikan bahwa mereka memiliki tempat tinggal yang aman dan tenang, baik di penginapan maupun di rumah kerabat mereka.
Kita harus memastikan bahwa mereka dapat hidup dengan tenang selama beberapa waktu. Inilah yang membedakan Tzu Chi dengan organisasi lainnya. Oleh karena itu, saya ingin mengingatkan semuanya bahwa inilah yang harus kita lakukan. Hendaknya kita sepenuh hati menjaga niat baik, cinta kasih, dan arah hidup kita. Inilah yang selalu saya lakukan.
Menyebarkan ajaran Buddha dan mengemban tekad Guru
Melenyapkan noda batin dan mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan
Membentuk kelompok Bodhisatwa untuk membentangkan jalan agung
Membawa kebahagiaan dan mempraktikkan kebajikan bersama dengan cinta kasih