Bodhisatwa sekalian, saya sering memanggil kalian dengan sebutan “Bodhisatwa”. Meski saat ini kita adalah “calon Bodhisatwa”, kita sedang dalam proses belajar. Hendaknya kita semua bertekad untuk melangkah di jalan yang benar. Selama kita bertekad mengikuti jalan yang benar, ujungnya pasti kita akan mencapai kebuddhaan, sama seperti Buddha yang mencapai pencerahan. Oleh karena itu, saat ini kita tengah belajar. Tengah perjalanan ini disebut dengan Jalan Bodhisatwa; ujung jalannya disebut dengan pencerahan.
Saudara sekalian, hendaknya kita membangun tekad dan memiliki arah yang jelas. Ingatlah bahwa setiap pikiran harus terarah karena pikiran sangatlah penting. Oleh karena itu, kita harus dekat dengan hati Buddha. Buddha datang ke dunia untuk membimbing setiap orang mencapai kebuddhaan. Kebuddhaan dicapai dengan menjalankan praktik Bodhisatwa.
Praktik Bodhisatwa terlihat sangat mendalam, tetapi sesungguhnya sangat sederhana. Selama arah kita benar dan kita dapat bergerak untuk melangkah, langkah yang diambil akan tepat dan setiap langkah berikutnya juga akan mantap. Hendaknya kita berjalan langkah demi langkah dengan mantap. Jalan yang kita praktikkan adalah Jalan Bodhisatwa. Selama kita berani memulai, Jalan Bodhisatwa tidaklah jauh.
Bodhisatwa sekalian, kekuatan cinta kasih dihimpun tetes demi tetes dengan kesatuan hati dan pikiran. Saat berbicara, kita harus bertutur kata yang baik; saat melangkah, kita harus berjalan di jalan yang benar; saat bertindak, kita harus melakukan hal yang baik. Jika bukan di kehidupan ini kita melatih diri, kapan lagi kita bisa melakukannya? Oleh karena itu, dalam hidup ini, hendaknya kita berterima kasih kepada orang tua kita. Setiap hari, saya selalu berterima kasih kepada orang tua.
Belakangan ini, saya sering memikirkan tentang orang tua saya dua pasang orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan saya sehingga saya memiliki tubuh ini. Saya merasa sangat bersyukur. Saya terlebih berterima kasih kepada guru saya. Guru saya telah memberikan jiwa kebijaksanaan kepada saya. Bekerja “demi ajaran Buddha, demi semua makhluk” hanya terdiri atas enam kata sederhana, tetapi tak akan cukup seumur hidup untuk saya selesaikan. Saya memerlukan kehidupan demi kehidupan.
Bodhisatwa sekalian, hendaknya kita menggenggam waktu untuk menjalin jodoh baik di dunia dan menginspirasi semua makhluk. Masa yang akan datang akan dipenuhi oleh kekotoran dan kekacauan. Dibutuhkan adanya Bodhisatwa yang hadir di dunia ini. Hendaknya kita membangun tekad untuk tidak hanya mementingkan diri sendiri.
Saya ingin memberi tahu kalian bahwa tanpa melatih diri, tidak akan ada hasil yang dicapai. Seperti ungkapan, “Tidak ada makanan yang gratis di dunia,” Kita harus tetap melatih diri dengan sungguh-sungguh melangkah di Jalan Bodhisatwa. Hidup di dunia ini, setiap langkah kita berpijak di tanah sehingga kita harus berterima kasih kepada bumi. Oleh karena itu, kita harus menjalankan pelestarian lingkungan dan tidak mencemari bumi. Kita harus bersyukur atas semua unsur alam.
Hendaknya kita menjaga kebersihan dan terus mencari cara untuk menghemat air. Dengan satu ember air, saya akan mencuci tangan dengan air kotor dahulu dan menggunakan air bersih untuk bilasan terakhir sehingga hasilnya menjadi bersih. Air yang kotor digunakan terlebih dahulu, lalu air bersih digunakan untuk pembersihan terakhir. Dengan demikian, kita dapat membersihkan tangan sekaligus menghemat penggunaan air.
Air adalah sumber kehidupan yang sangat berharga sehingga kita harus menghargainya. Kita juga harus menghargai setiap benda di sekitar kita. Lihatlah, selembar kertas ini saya gunakan untuk menulis berkali-kali. Saya duduk sedikit jauh. Jika tidak, kalian dapat melihat bahwa di kertas ini ada tulisan dari pensil, pulpen, dan pulpen merah. Barang-barang ini tetap saya gunakan dan inilah cara saya berhemat.
Janganlah kita membuang yang lama hanya demi mengganti dengan yang baru. Apa yang masih bisa digunakan, harus kita manfaatkan sebaik-baiknya. Hendaknya kita bersyukur atas budi luhur semua makhluk, bumi, dan unsur-unsur alam. Begitulah cara membalas budi Buddha, orang tua, dan semua makhluk.
Saya berterima kasih kepada Bodhisatwa sekalian karena telah bersama-sama mewujudkan misi Tzu Chi. Semua orang memiliki harapan yang berbeda-beda. Apa pun harapan kalian, saya mendoakan kalian dengan tulus. Semoga apa yang kalian pikirkan dan cita-citakan dapat tercapai dengan sempurna.
Saya juga memiliki harapan. Harapan saya tetap sama dalam setiap detik, setiap menit, setiap tahun, dan setiap hari. Saya berdoa untuk kedamaian dunia; saya berdoa untuk keselarasan empat unsur alam dan dunia yang terhindar dari bencana. Saya juga berdoa agar semua orang dapat membangun tekad dan ikrar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Hendaknya kita membentangkan jalan dengan cinta kasih dan membangkitkan cinta kasih yang murni tanpa noda dengan kebijaksanaan.
Insan Tzu Chi mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Ingatlah untuk melangkah di jalan yang benar, melakukan hal yang baik, dan bertutur kata baik. Hendaknya kita mewariskan dan menyebarkan Dharma. Menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk adalah harapan kita bersama dari kehidupan ke kehidupan.
Di kehidupan masa lalu, kita bertemu karena adanya jalinan jodoh. Di kehidupan ini, hendaknya kita berhimpun untuk memperkuat jalinan jodoh tersebut. Hendaknya kita membangun ikrar bersama-sama untuk terus mempraktikkan Jalan Bodhisatwa hingga selamanya. Itulah yang kita lakukan di masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Mempelajari Jalan Buddha dengan tekad yang teguh
Mengingat budi luhur dan mempraktikkan jalan yang benar
Membina berkah dan kebijaksanaan untuk membimbing semua makhluk
Mewujudkan tekad untuk mencapai Bodhi