Bodhisatwa sekalian, kita sangat beruntung dapat hidup di tengah masyarakat yang damai dan sejahtera. Namun, di sebagian negara di Bumi ini, banyak orang yang hidup menderita. Mengingat kondisi kehidupan kita sekarang, bukankah kita hendaknya bersyukur? Kita hendaknya senantiasa bersyukur atas segala hal dan terhadap setiap orang. Hati kita harus dipenuhi rasa syukur setiap detik dan menit.
Saya ingin memberi tahu semua orang bahwa saya sangat bersyukur atas budi luhur orang tua saya. Tanpa orang tua yang melahirkan saya, bagaimana bisa saya memiliki jalinan jodoh untuk bertemu dengan kalian di era sekarang? Mengenai jalinan jodoh di antara kita, saya juga bersyukur atas budi luhur Buddha. Tanpa ajaran Buddha, saya tidak akan menjadi seorang monastik.
Sebagai seorang monastik, saya memikul misi Buddha dan memikul tanggung jawab atas semua makhluk. Karena itu, saya bersyukur atas budi luhur Buddha. Berkat sebersit niat untuk meninggalkan keduniawian, saya bisa bertemu dengan guru saya, Master Yin Shun. Jalinan jodoh kami di Auditorium Hui Ri sungguh tidak terbayangkan.
Hari ini, saya duduk di sini. Saat naik ke atas panggung, saya selalu memberi penghormatan kepada Buddha. Saya bersyukur kepada Buddha, guru saya, dan orang tua saya atas budi luhur mereka. Setelah membalikkan badan, saya juga bersyukur kepada semua makhluk. Berkat adanya jalinan jodoh dan dukungan orang-orang, Tzu Chi dapat melangkah dengan stabil selama puluhan tahun ini. Kini, Tzu Chi telah menjangkau dunia internasional.
Hari ini, kita kembali memiliki jalinan jodoh baik untuk mengadakan upacara pelantikan. Bertambahnya anggota keluarga Tzu Chi juga berarti bertambahnya Bodhisatwa dunia. Bodhisatwa sekalian, saya mendoakan kalian semua dan ajaran Buddha. Saya juga bersyukur atas ajaran Buddha. Melihat makin banyak orang menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia, saya dipenuhi rasa syukur dan sukacita.
Bodhisatwa sekalian, kita memiliki jalinan jodoh untuk berhimpun di sini hari ini. Kalian yang dilantik hari ini hendaknya menyelami Dharma. Dahulu, Buddha menjalankan praktik menyiksa diri. Saat Buddha melihat bintang di langit malam, seketika itu juga hati-Nya menyatu dengan cahaya bintang. Jadi, hati Buddha menyatu dengan seluruh alam semesta. Beliau mencapai pencerahan hingga mengetahui segalanya.
Saya sering berkata bahwa tumbuhan, hewan, dan manusia, yakni semua makhluk hidup di dunia ini, berada dalam pikiran Buddha sehingga ada banyak kebenaran yang dapat dibabarkan. Kita menyebutnya “membabarkan Dharma”. Buddha mengatakan bahwa menakjubkan sekali, semua makhluk memiliki hakikat kebijaksanaan dan keluhuran Buddha. Ini bukan hanya tentang tampilan, melainkan hakikat kebijaksanaan dan keluhuran. Hewan memiliki tampilannya sendiri, tumbuhan juga memiliki tampilannya sendiri. Semuanya memiliki kehidupan dan perasaan.
Di Griya Jing Si, terdapat tanaman putri malu yang ditanam di dalam pot di koridor. Saat berjalan melewatinya, terkadang saya akan menyentuhnya dan daunnya akan menguncup. Ini menunjukkan bahwa ia memiliki perasaan. Jadi, bukan hanya manusia yang memiliki perasaan. Tumbuhan dan hewan pun demikian. Jadi, kita harus mengasihi semua makhluk dan menghargai semua materi. Inilah pelatihan untuk membangkitkan hakikat kesadaran kita.
Pelatihan diri saya berfokus pada ajaran Sutra Bunga Teratai. Saya terlebih berfokus pada Sutra Makna Tanpa Batas karena Sutra Makna Tanpa Batas merupakan esensi dari Sutra Bunga Teratai. Dari kebenaran alam semesta hingga kehidupan sehari-hari kita, termasuk berbagai bidang dan profesi, semuanya terkandung dalam Sutra Makna Tanpa Batas. Jadi, kita harus memandang penting Sutra Bunga Teratai dan esensinya yang terkandung dalam Sutra Makna Tanpa Batas.
Buddha sempurna dalam berkah dan kebijaksanaan. Buddha mengajari kita untuk terjun ke tengah masyarakat. Dharma mengajari orang-orang untuk tak hanya mengejar pencapaian pribadi. Jadi, Saudara sekalian, saat membaca Sutra, kita harus mengerahkan hati dan pikiran. Saat membaca Sutra, kita harus memikirkan bagaimana mempraktikkannya di tengah masyarakat. Kita harus menyerap ajarannya ke dalam hati dan mengingatnya di dalam otak kita.
Di dalam otak kita, ada satu bagian yang mengatur tentang welas asih dan altruisme. Altruisme sama dengan sukacita dan keseimbangan batin. Ini dimiliki oleh semua orang. Inilah yang ingin saya katakan pada kalian hari ini. Ingatlah untuk berlindung kepada Buddha yang sempurna dalam berkah dan kebijaksanaan; berlindung kepada Dharma yang membebaskan dari nafsu keinginan; berlindung kepada Sangha yang mulia di antara orang banyak.
Dengan menyatakan berlindung kepada Dharma, kita hendaknya mengurangi nafsu keinginan dan ketamakan. Makin banyak ketamakan, makin parah pula pencemaran yang ditimbulkan di Bumi. Renungkanlah ini baik-baik. Dengan menyatakan berlindung kepada Sangha, begitu saya menjelaskan ajaran pada kalian, kalian langsung memahaminya. Ini karena semua orang memiliki hakikat kebuddhaan.
Semua orang memiliki welas asih dan altruisme yang tersimpan dalam otak masing-masing. Karena itu, kalian hendaknya menyerap ajaran saya dan bersungguh hati mendalaminya. Apakah kalian mengerti? (Mengerti) Baiklah. Jika mengerti, kalian hendaknya seumur hidup menerima dan mempraktikkan Sutra Makna Tanpa Batas. Selain mempraktikkannya sendiri, kalian juga harus menyebarluaskannya agar bermanfaat bagi orang banyak. Kita harus sering mendengar Dharma agar Dharma senantiasa ada dalam hati kita. Saya selalu berharap Dharma dapat bertahan selamanya di dunia.
Bersyukur atas empat budi luhur dengan ketulusan tertinggi
Menjalankan praktik Bodhisatwa dengan hati Buddha
Sutra Makna Tanpa Batas mengandung esensi Sutra Bunga Teratai
Terjun ke tengah masyarakat dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin