“Pada tahun 1997, kami terjun pada pelayanan di komunitas. Saya mengemban tanggung jawab sebagai narahubung survei kasus di 12 area di Taiwan Utara. Kasus yang perlu disurvei sangat banyak. Beberapa tahun itu, bencana alam dan bencana akibat ulah manusia juga sangat banyak. Hal yang paling membekas bagi saya ialah peristiwa gempa 21 September. Saat itu, saya terjun langsung untuk membawa bantuan bencana dan tinggal di lokasi selama 3 hari 2 malam,” kata Hong Jin-que relawan Tzu Chi.

“Setelah Gempa 921 terjadi, Master berikrar untuk membantu pembangunan gedung sekolah. Kami yang berjumlah belasan orang segera menjadi pendukung Master dengan tindakan nyata. Pada akhirnya, Master menandatangani kesepakatan untuk membangun kembali 50 gedung sekolah. Setelah izin mendirikan bangunan diperoleh, komite pembangunan dibagi menjadi 4 tim,” kata Wang Ming-de relawan Tzu Chi.

“Saya dan Zhuo Ming-zheng bertanggung jawab atas 16 gedung sekolah, sedangkan Song Du-zhi dan Konsultan Cai menangani 13 gedung sekolah. Ada pula Jiang Zi-chao dan divisi kontruksi yang turut terlibat. Kami terbagi menjadi 4 tim untuk mengawasi pembangunan. Setiap hari Sabtu, kami mengunjungi lokasi pembangunan. Saat itu, mengenai kualitas bangunan, baik para kontraktor maupun desainer, semuanya sangat bersungguh hati,” pungkas Wang Ming-de.

Kapan tepatnya kita bergabung dengan Tzu Chi dan jalinan jodoh apa yang membuat kita bergabung? Baru saja, kalian membahas tentang Gempa 921. Banyak di antara kalian yang bergabung pascagempa 921. Saat itu, saya bertekad untuk membangun kembali gedung-gedung sekolah dan mendirikan Perumahan Cinta Kasih.

Awalnya, banyak yang bertanya, “Mengapa Master berani untuk menyanggupi permintaan itu?” Sesungguhnya, itu bukanlah menyanggupi permintaan, melainkan kitalah yang berinisiatif untuk mengemban tanggung jawab itu. Sebagian orang berkata, “Itu mustahil.” Namun, saya memiliki keyakinan. Saya yakin bahwa semua orang memiliki cinta kasih dan diri sendiri memiliki ketulusan. Jadi, jika kita bersumbangsih dengan ketulusan, semua orang akan membangkitkan kesatuan hati dan ikrar untuk bersama-sama mempraktikkan kebajikan di dunia. Saya sangat yakin akan hal ini.

Keyakinan adalah ibu dari segala pahala. Dengan keyakinan, kita dapat menumbuhkan akar kebajikan. Meski sangat lelah karena mengemban tanggung jawab yang berat, kita tetap melakukannya dengan kerelaan hati. Kita terus bersumbangsih dengan ketulusan meski sangat lelah dan harus bekerja keras. Seiring berjalannya waktu, ketulusan kita yang tecermin dalam tindakan nyata dapat menginspirasi banyak orang untuk menghimpun kekuatan bersama.

Saat ini, jika kita mengingat kembali masa lalu, begitu banyak kisah yang dapat ditulis. Lebih dari 2 ribu tahun yang lalu, Buddha datang ke dunia dan membabarkan Dharma. Sayangnya, pada masa itu, transportasi sangat terbatas. Dengan berjalan kaki, seberapa jauh jarak yang dapat ditempuh? Buddha juga adalah manusia dan suara manusia terbatas. Jarak memengaruhi seberapa banyak orang bisa mendengar suara-Nya dengan jelas.

Buddha adalah manusia. Ketika Beliau berbicara di ruang terbuka, jangkauan suara-Nya terbatas, sama seperti kita sekarang. Jika saya tidak memakai mikrofon ini, orang-orang yang duduk di sudut ruangan mungkin tidak dapat mendengar dengan jelas. Kini, selama ada mikrofon dan internet serta orang-orang tahu bahwa saya sedang berbicara dan mendengar insan Tzu Chi berbagi pengalaman di sini, hanya dengan satu ketukan jari, orang-orang di negara mana pun dapat melihat dan mendengarnya.

Di zaman Buddha, dikatakan bahwa suara Buddha dapat menjangkau seluruh alam semesta. Saat membabarkan Sutra, Buddha telah meramalkan kondisi masa kini. Saat ini, teknologi telah mewujudkannya. Ini benar-benar menakjubkan. Hendaknya kita memanfaatkan kesempatan yang ada. Lahir di era ini merupakan suatu berkah. Terlebih lagi, transportasi kini sangat memadai. Pagi tadi, pukul 8 lewat, saya masih berbicara dengan banyak orang di Griya Jing Si. Setelah selesai, saya langsung keluar. Saat tiba di stasiun kereta, saya dibawa menuju lift. Saat ini, stasiun pun sudah bertingkat. Jadi, saya naik dengan lift.

Saat hendak turun, semuanya berkata, “Master, turun dengan lift saja.” Saya menolak dan memilih untuk turun tangga karena lebih baik berjalan sendiri. Ini juga termasuk berolahraga. Jadi, ketika ada yang berkata kepada saya, “Master, sekarang saya sulit berjalan.” Saya akan berkata, “Berolahragalah untuk melatih kekuatan kaki kalian.” Ya, kita harus menggenggam kehidupan kita. Kini, mungkin ada kondisi-kondisi yang tidak bisa kita kendalikan. Namun, kita tetap harus menggenggam kesempatan yang ada untuk melangkah maju dengan mantap.

Saat tiba di stasiun dan menaiki kereta, saya duduk di sisi yang ada pemandangan pantai dan melihat hamparan luas Samudra Pasifik. Laut dan langit seolah menyatu. Sejauh apa pun pandangan kita, langit dan laut tetap terlihat seperti menyatu. Ini menunjukkan bahwa jarak pandang kita terbatas. Apalagi di usia tua, baik jauh maupun dekat, pandangan kita akan mulai kabur dan tidak jelas. Inilah penuaan, bagian dari empat fase kehidupan.

Kesehatan tubuh bergantung pada diri sendiri dan kesehatan batin adalah yang terpenting. Hendaknya kita menjaga keduanya. Jangan pernah berkata, “Usia saya sudah tua. Tidak ada yang bisa saya lakukan lagi.” Sebaliknya, justru di usia lanjut ini, kita perlu mencari banyak hal untuk dilakukan. Pikirkan kembali semua perbuatan baik yang pernah kita lakukan dan bagikanlah kepada semua orang. Dengan begitu, pikiran kita akan jernih dan kemampuan berbicara kita pun tidak akan menurun. Oleh karena itu, kita harus sering berbicara dan pikiran kita harus tetap aktif dengan mengingat hal-hal baik.

Ketika teringat akan orang yang memperlakukan kita dengan buruk, kita harus segera mengubah pola pikir kita. Kita harus bersyukur kepada mereka yang telah menempa kita sehingga kita dapat memahami baik dan buruk serta tahu bagaimana cara menjadi orang yang baik dan memperlakukan orang lain dengan baik. Rintangan datang untuk mengajari kita dan kelancaran datang untuk mendukung pencapaian kita. Baik tantangan maupun kelancaran, semuanya adalah kesempatan yang baik.

Keyakinan adalah ibu dari segala pahala
Menumbuhkan akar kebajikan dengan tindakan nyata
Mengubah kondisi batin dengan menyerap Dharma
Dalam kondisi apa pun, pikiran bajik akan mendatangkan kesempatan baik