“Selama pandemi Covid-19, kepergian mendadak suami saya membuat saya merasakan banyak hal. Saya ingin melakukan bagian suami saya juga. Jadi, saya meluangkan waktu 3 hari dalam seminggu untuk melayani di RS Tzu Chi Taipei bersama putri saya. Sejak bergabung menjadi relawan, saya melihat Kakak Ming-yue dan Kakak Yan yang selalu menyanggul rambut panjang mereka. Saya selalu berpikir, ‘Begitu muda, mereka sudah bisa melepaskan.’ Oleh karena itu, setelah dilantik sebagai relawan, saya pun berhenti dari pekerjaan saya. Saat itu, saya baru berusia 41 tahun. Jika tidak ada yang mendukung dan membimbing saya serta tidak merasakan kehangatan, saya yakin bahwa saya tidak akan bisa melanjutkan perjalanan ini,” kata Shen Bi-hua relawan Tzu Chi.
“Saya bersyukur kepada banyak orang, terutama Master. Saya bersyukur suami saya pergi dengan damai dan tanpa delusi di dalam kesadaran kedelapannya. Itulah momen yang paling saya syukuri. Saya selamanya tidak akan menyesal telah bergabung dengan Tzu Chi. Saya sering berkata bahwa berkat adanya Tzu Chi, saya bisa memiliki banyak saudara. Berkat Tzu Chi, kita bisa memiliki keluarga yang harmonis dan hubungan yang baik dengan anak kita. Saya sangat berharap saya bisa terus melangkah di jalan ini,” pungkas Shen Bi-hua.
Bersumbangsih dengan cinta kasih, bersumbangsih dengan sukarela, dan bersukacita setelah bersumbangsih, inilah praktik dari Dharma. Saudara sekalian, saya percaya bahwa di dalam hati kalian terdapat Dharma yang murni dan tak bernoda. Apa yang kita lakukan setiap hari akan tersimpan di dalam kesadaran kedelapan kita. Berhubung memiliki hati yang murni, kita selalu mengarah pada kebajikan dan cinta kasih.
Setiap hari, kita menabur benih di ladang berkah. Selain ladang berkah, kita semua juga memiliki hati yang sama, yaitu hati Buddha. Dengan hati Buddha, kita dapat membangkitkan hakikat kebuddhaan yang dimiliki oleh setiap orang. Dengan bersumbangsih tanpa pamrih, kita terus menciptakan berkah. Inilah cinta kasih agung tanpa pamrih. Inilah tujuan utama Buddha datang ke dunia. Ketika kalian kembali, pikirkanlah ini dengan baik.
Saya juga ingin memberi tahu kalian untuk senantiasa berpikir dan merenung. Aksara Mandarin “pikir” terdiri dari aksara Mandarin “rupa” dengan “hati” di bawahnya. Saat kita mengenang masa lalu, antara rupa Buddha, rupa Bodhisatwa, rupa makhluk awam, dan rupa semua makhluk, manakah yang paling sering muncul di dalam hati kita? Inilah yang disebut menginventarisasi. Apakah kita selalu bersungguh hati untuk bersumbangsih bagi dunia ini, orang yang menderita, dan orang yang membutuhkan bantuan? Jika ya, berarti kita terus menabur benih.
Benih kebajikan dan cinta kasih telah tertanam di dalam ladang berkah kita karena kita telah bersumbangsih dengan kesungguhan hati. Benih yang kita taburkan adalah benih sebab yang sering saya katakan. Kita jangan mudah menyerah. Kalian semua telah mengemban tanggung jawab dengan baik.
Relawan kita sering berkata, “Selanjutnya, kami akan kembali untuk menjadi relawan ladang berkah. Selanjutnya, kami akan kembali untuk menjadi relawan rumah sakit.” Intinya, kita memiliki Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma Tzu Chi, yaitu misi amal, misi kesehatan, misi pendidikan, dan misi budaya humanis. Inilah yang telah kita lakukan dengan sepenuh hati dari dahulu hingga sekarang.
Semua karma baik yang kalian lakukan di masa lalu dapat membantu melenyapkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Ini bukan ketamakan, kebencian, dan kebodohan dari masa tanpa awal, melainkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan diri sendiri yang kita lenyapkan setiap menit dan detik. Hal yang ingin saya katakan hari ini ialah jika seseorang memiliki noda batin dan kegelapan batin, kehadiran kita hendaknya dapat membebaskannya dari noda batin tersebut.
“Ibunya pernah berkata kepada saya bahwa beliau tidak tega melihat putranya yang begitu tampan hanya dapat terbaring di tempat tidur akibat penyakitnya. Beliau pernah berpikir untuk mengajak putranya mengakhiri hidup,” kata Chen Chun-ju relawan Tzu Chi.
“Relawan kita mampu memberikan pendampingan dan perhatian jangka panjang yang stabil serta kekuatan kepadanya,” kata Xu Sen-mao Dokter TIMA.
“Saya sangat berterima kasih karena selama ini, kalian datang setiap bulan untuk menjenguk Jun-liang dan merawat kami,” kata salah seorang penerima bantuan Tzu Chi.
Membebaskan orang dari noda batin dapat membawa manfaat bagi semua makhluk. Jika kita berbicara tentang bisnis, akan ada perhitungan untung dan rugi. Namun, dalam mengemban misi Tzu Chi atau menggarap ladang berkah, dengan meluangkan sedikit waktu, kita dapat membawa manfaat yang tak terhingga. Inilah yang disebut menciptakan berkah bagi dunia dan membawa manfaat bagi semua makhluk.
Dengan meluangkan satu menit, beberapa menit, satu hari, atau delapan hari, kita dapat menciptakan berkah bagi banyak orang dan membawa manfaat bagi mereka dalam jangka panjang. Semua ini patut kita renungkan dengan baik. Kita bersumbangsih tanpa kemelekatan dan dipenuhi dengan sukacita Dharma. Kita benar-benar berada di dalam Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk.
Rumah sakit selalu memiliki banyak pasien. Kita dapat langsung menjangkau mereka. Mungkin saja sebelum datang ke rumah sakit, orang itu merasa bingung, tidak berdaya, dan tidak ada tempat bersandar. Terutama di zaman sekarang, banyak orang yang hidup sebatang kara. Ini tidak hanya dialami oleh kaum lansia, banyak kaum muda dan kaum paruh baya juga sering merasa kesepian. Ketika seseorang jatuh sakit, itu adalah sebuah krisis baginya.
Sebagai relawan, kalian telah melihat banyak hal. Makin banyak hal yang kita lihat, makin banyak pula hal yang kita pahami. Berhubung menjadi relawan, kalian menyucikan hati setiap menit dan detik. Setiap saat, kalian terus melihat dunia yang keruh. Yang sering kita lihat itu adalah Dharma. Makhluk hidup yang diliputi delusi hidup di dunia yang penuh dengan Lima Kekeruhan. Ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan adalah penyakit batin yang dapat menimbulkan penyakit bagi tubuh.
Ketika pasien datang ke rumah sakit, kita bersumbangsih sebagai Bodhisatwa. Dokter memberikan pengobatan sesuai penyakit dan Bodhisatwa mendampingi untuk memberi perhatian. Dokter tidak dapat mendampingi pasien sepanjang hari. Sebagai relawan, kitalah yang harus mendampingi mereka dan berbagi Dharma dengan mereka.
Setiap keluarga adalah ladang pelatihan dan memiliki kesulitan masing-masing. Sesungguhnya, saya selalu memuji bahwa kalian sungguh dipenuhi berkah. Saat kalian ingin bersumbangsih sebagai relawan rumah sakit keluarga kalian sangat mendukung. Mereka tidak hanya mendukung, tetapi juga turut serta. Mereka tidak hanya turut serta, tetapi juga memotivasi kalian.
Saat seluruh anggota keluarga adalah Bodhisatwa, inilah ladang pelatihan yang sangat baik. Hendaknya kalian menghargai ini. Jika kita dapat berada dalam ladang pelatihan itu, berarti kita memiliki jalinan jodoh dengan Jalan Bodhisatwa. Jalinan jodoh ini bukan hanya untuk satu kehidupan, melainkan dari kehidupan ke kehidupan.
Bersumbangsih dengan sukarela dan sukacita
Tekun menggarap ladang berkah di dalam kesadaran kedelapan
Mengemban tanggung jawab untuk menyebarkan Dharma
Melenyapkan kegelapan batin dengan cinta kasih berkesadaran