“Sebagian air banjir masuk dari jalan, sebagian masuk dari belakang rumah. Akibatnya, mesin cuci dan perabot lainnya, semua rusak,” kata salah seorang warga yang terdampak bencana.
“Lumpur terus mengalir turun dari pegunungan. Saat saya pergi ke sawah, semuanya terendam banjir setinggi ini,” kata salah seorang warga yang terdampak bencana lainnnya.
“Kami akan terus mencari tahu tentang warga yang kehilangan tempat tinggal, di mana mereka tinggal sekarang, dan di mana mereka akan tinggal kelak. Para relawan setempat juga akan mencurahkan perhatian pada korban bencana dan melihat apakah rumah mereka sudah aman,” kata Chen Su-min relawan Tzu Chi.
“Kita telah menjalin jodoh dengan penerima bantuan ini selama setidaknya 15 tahun. Berhubung kondisi ekonominya termasuk kurang, kita pun meminta orang untuk memperbaiki rumahnya,” kata Li Xiu-chuan relawan Tzu Chi.
Para relawan kita telah membuktikan bahwa bersumbangsih adalah sesuatu yang harus dilakukan. Mengenai sumbangsih kalian, saya sungguh bersyukur pada kalian. Bodhisatwa sekalian, hidup di dunia ini, jiwa kebijaksanaan kitalah yang paling bernilai. Untuk mengembangkan nilai kehidupan kita, kita harus bisa memanfaatkan apa yang kita miliki.
“Ibu saya juga relawan dan pernah berpartisipasi dalam pembersihan di Wulai. Kali ini, ibu saya berkata bahwa dirinya sudah berumur dan mungkin tidak bisa berpartisipasi. Saya berpikir, ‘Saya pun telah menjadi relawan. Saya hendaknya mengemban tanggung jawab ibu saya’,” kata Gao Chuan-qi Dokter TIMA.
“Dengan mendengar tim survei kasus mengobrol dengan penerima bantuan, kita mungkin bisa mengetahui apakah warga lansia mengalami hipertensi atau gangguan kesehatan lainnya, bahkan luka luar. Kemudian, kita bisa langsung memberikan pengobatan. Jika ada relawan yang tidak sengaja terluka saat melakukan pembersihan, kita juga bisa segera memberikan bantuan,” kata Peng Xiu-jing Perawat TIMA.
“Kata mereka, kita akan melakukannya secara estafet,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.
“Tidak, saya tidak Lelah,” kata relawan Tzu Chi.
“Saya tidak lelah. Kita berusaha untuk memulihkan sendi kehidupan warga secepat mungkin,” kata relawan Tzu Chi.
“Saya mengira bahwa membersihkan lumpur sangat mudah. Namun, setelah benar-benar melakukannya, saya baru tahu bahwa sedikit lumpur saja sudah sangat berat,” kata Xue Yu-xin relawan Tzu Chi.
Inilah Bodhisatwa dunia. Melihat sumbangsih mereka, kita akan mendapati bahwa mereka sangat luar biasa. Saya selalu memuji para Bodhisatwa dunia kita yang dapat menjalankan yang sulit dijalankan. Saat membabarkan Sutra, saya sering mengulas tentang menjalankan yang sulit dijalankan. Kita bisa melihat para relawan kita bersumbangsih secara nyata.
Saya sering berkata bahwa kita harus bersumbangsih tanpa pamrih dengan cinta kasih agung. Kita juga membutuhkan partner Bodhisatwa. Dengan adanya Bodhisatwa yang mendampingi kita, kita bisa bersumbangsih dengan sungguh-sungguh. Saat bersumbangsih, janganlah kita berpikir, “Apakah yang bisa saya peroleh dari ini?”
Saya yakin bahwa setiap kali bersumbangsih, kalian yang kini telah sangat senior pasti merasa bahwa semua itu pantas untuk dilakukan. Sesulit apa pun, semuanya pantas untuk dilakukan. Kalian pasti memiliki pemikiran seperti ini. Hanya saja, kalian mungkin tidak menyadarinya. Jika bukan merasa bahwa itu pantas, kalian tidak akan melakukannya.
Ada relawan yang telah bersumbangsih selama belasan, 20-an, bahkan 30-an tahun. Kalian terus bersumbangsih selama ini. Kalian pasti merasa bahwa ini membuat nilai kehidupan kalian berkembang, baru bersedia untuk terus bersumbangsih. Jadi, ada banyak hal yang pantas untuk dilakukan dan kalian telah melakukannya hingga dipenuhi sukacita dalam Dharma.
Dengan menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia, kita memperoleh sukacita dalam Dharma. Kita dipenuhi sukacita dalam Dharma karena menunaikan kewajiban kita dan melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Singkat kata, kita menjadi orang baik yang berbuat baik. Lakukan saja hal yang baik.
“Kali ini, kami datang untuk mencocokkan daftar korban bencana. Kami sungguh bersyukur kepada wali kota yang saat itu dengan hangat menyambut kedatangan kami untuk menyalurkan bantuan bencana di komunitas mereka,” kata Lin He-sheng relawan Tzu Chi.
Para relawan kita telah melakukan hal yang benar sehingga menyentuh hati orang-orang. Bodhisatwa sekalian, terima kasih. Asalkan sesuatu itu benar, kita harus melakukannya. Selain itu, kita juga berjalan dengan langkah yang mantap. Kita harus terus maju selangkah demi selangkah, baru bisa beralih dari kesesatan ke kesadaran.
Saya berharap semuanya dapat senantiasa bersungguh hati menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya berharap semua orang dapat mengingat bahwa mazhab Tzu Chi adalah menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Kita harus membuka pintu ini lebar-lebar untuk menginspirasi lebih banyak Bodhisatwa dunia. Kita juga harus meneruskan silsilah Dharma Jing Si dengan memperpanjang jalinan kasih sayang, bukan hanya di kehidupan sekarang, melainkan dari kehidupan ke kehidupan.
Dalam Sutra Teratai, Buddha berkata bahwa setelah mendengar Dharma, kita harus mewariskannya. Buddha berkata bahwa kita harus mewariskan Dharma kepada 50 orang. Namun, Dharma hendaknya tak hanya diwariskan kepada 50 orang, melainkan 50 generasi. Jadi, kita harus membangun tekad dan ikrar agung.
Di kehidupan sekarang, kita harus menyebarkan Tzu Chi ke seluruh dunia. Ke mana pun kita pergi dan siapa pun yang kita temui, kita hendaknya memperkenalkan Tzu Chi pada mereka. Dengan berbagi tentang apa yang dilakukan Tzu Chi, berarti kita bertutur kata baik dan membimbing semua makhluk.
Kita berbagi dengan orang-orang tentang bagaimana kita terinspirasi dan bersumbangsih serta pemahaman dan rasa sukacita yang kita peroleh. Jika mereka bersukacita mendengar kisah kita dan terinspirasi untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, berarti kita telah membimbing mereka.
Sejak hampir 60 tahun yang lalu, semangat celengan bambu Tzu Chi terus dipraktikkan hingga kini. Tzu Chi telah menyalurkan bantuan ke lebih dari setengah jumlah negara dan wilayah di seluruh dunia. Asalkan ada orang yang memiliki cinta kasih, kita dapat menciptakan berkah bagi dunia. Demikianlah Bodhisatwa menyelamatkan orang-orang.
Selain memberikan bantuan materi kepada yang miskin, kita juga menginspirasi yang kaya untuk mendalami Dharma agar mereka dapat memahami nilai kehidupan dan kebenaran dari ajaran Buddha. Kita harus membimbing orang-orang dengan Dharma. Singkat kata, kita harus menyebarkan Dharma hingga orang-orang memahami bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan, tak lagi bersikap perhitungan, serta terbebas dari noda batin dan belenggu. Untuk itu, kita membutuhkan berbagai metode dan kesabaran.
Datang ke dunia ini, Buddha tidak langsung mencapai kebuddhaan dalam satu kehidupan. Selama berbagai kehidupan dan berkalpa-kalpa, Beliau terus datang ke dunia demi satu tujuan utama, yaitu mengajarkan praktik Bodhisatwa kepada semua orang.
Di dunia ini, ada yang miskin dan ada yang kaya. Berkat adanya orang yang menderita, barulah kita kesempatan untuk menciptakan berkah. Mari kita bersungguh hati untuk lebih banyak menciptakan berkah di dunia. Ini disebut Bodhisatwa.
Menjalankan yang sulit dijalankan hingga memperoleh sukacita dalam Dharma
Beralih dari kesesatan ke kesadaran dengan langkah yang mantap
Bersumbangsih tanpa pamrih untuk membimbing semua makhluk secara luas
Membina berkah dan kebijaksanaan dengan cinta kasih Bodhisatwa