Sejak Jepang diguncang gempa pada awal tahun ini, kita telah mengadakan lima kali pembagian bantuan. Pada bulan September lalu, terjadi banjir besar dan tanah longsor yang membuat akses jalan terputus. Para relawan kita tetap pantang menyerah dan berusaha untuk menjangkau daerah bencana. Karena itulah, saya bersyukur setiap hari, menit, dan detik. Saya bersyukur kepada Buddha yang lebih dari 2.000 tahun lalu mengajarkan bahwa segala materi di dunia ini mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur.
Saya juga sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia yang selalu menyalurkan bantuan di wilayah setempat. Di mana pun bencana terjadi, asalkan di sana ada insan Tzu Chi dan mereka mengabari saya bahwa mereka selamat, saya akan berkata pada mereka, “Hubungilah satu sama lain dan berhimpunlah untuk mencurahkan perhatian jika ada rute yang aman untuk ditempuh.” Mereka pun akan menyalurkan bantuan kepada orang-orang di sekitar mereka. Inilah yang dilakukan insan Tzu Chi pascabencana. Semua orang bersungguh hati melakukannya.
Semua agama mengajarkan kebenaran. Kita hendaknya membangkitkan rasa hormat terhadap keyakinan orang-orang karena semuanya mengandung kebenaran. Dengan Dharma, kita bisa memancarkan cahaya. Cahaya ini mungkin sangat redup, bagai seekor kunang-kunang yang memancarkan cahaya di tengah kegelapan, tidak ada orang yang akan memperhatikannya. Namun, lain halnya jika ada sekelompok kunang-kunang. Di tengah alam semesta, manusia bagaikan semut. Manusia sangatlah kecil. Namun, kita dapat menciptakan berkah yang tak terhingga dengan menghimpun kekuatan banyak orang.
Himpunan kekuatan kecil setiap orang dapat membentuk kekuatan besar. Jadi, kita harus membawa manfaat bagi semua makhluk dengan menyebarkan ajaran Buddha dan ajaran kebajikan. Bagi saya, ajaran Buddha sangat luas dan tidak bertepi. Berapa luas alam semesta? Buddha berkata bahwa itu sulit untuk dideskripsikan. Buddha saja berkata demikian, bagaimana bisa saya mendeskripsikannya? Intinya, kita harus menyebarkan Dharma untuk menyucikan hati setiap orang.
Semua orang hendaknya bersatu tanpa memandang perbedaan agama dan ras. Agama Buddha juga mengajarkan untuk mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan dengan cinta kasih agung yang tak terhingga. Semua orang merupakan satu kesatuan. Saat hidup tenteram, kita bisa menciptakan berkah bagi dunia dengan menapaki jalan kebajikan.
Bodhisattva sekalian, genggamlah waktu untuk menyucikan hati manusia. Saat hati semua orang tersucikan, tidak akan ada konflik yang terjadi. Dengan kemajuan teknologi sekarang, sebuah aksi kecil saja bisa menimbulkan akibat yang tak terbayangkan. Setiap hari, saya menyaksikan Perang Rusia dan Ukraina dan penderitaan yang dialami oleh para pengungsi. Bagaimana agar kita bisa mencurahkan perhatian pada mereka? Bagaimana agar kita bisa bersumbangsih bagi mereka?
Sesungguhnya, yang bisa kita lakukan sangat terbatas, tetapi kita tetap harus mencurahkan cinta kasih serta lebih sering menyebarkan Dharma dan menginspirasi orang-orang. Di mana pun orang yang membutuhkan berada, asalkan bisa mendengar, melihat, dan menjangkau mereka, kita harus berusaha semaksimal mungkin. Kita hendaknya menghimpun kekuatan semua orang tanpa memandang perbedaan agama dan bersyukur satu sama lain. Dengan demikian, barulah kita bisa memancarkan cahaya kebajikan.
Kejahatan adalah kegelapan. Jika berbuat baik, kita dapat berbagi dengan orang lain dan memuji satu sama lain. Jika berbuat jahat, kita akan takut diketahui orang lain dan bersembunyi dalam kegelapan. Saya sering berkata bahwa dalam ajaran Buddha, “berlindung” berarti beralih dari kegelapan ke kecemerlangan. Dengan menyatakan berlindung, kita akan menapaki jalan kebajikan. Dengan demikian, barulah kita bisa selamat.
Kita tidak bisa selamat dengan memiliki keyakinan saja. Jika kita memiliki keyakinan, tetapi tetap berbuat jahat, tidak ada satu agama pun yang dapat menyelamatkan kita. Jadi, kita harus menyelamatkan hati sendiri dengan beralih dari hitam ke putih. Putih adalah kecemerlangan, sedangkan hitam adalah kegelapan. Intinya, semua umat beragama hendaknya bersatu untuk membawa berkah dan manfaat bagi dunia serta bersumbangsih bagi makhluk yang menderita.
Dunia ini memang penuh dengan penderitaan. Mungkin ada yang merasa bahwa dirinya tidak mampu menolong orang-orang yang menderita. Namun, dengan menghimpun cinta kasih, kita bisa membentuk kekuatan besar. Kita semua memiliki pikiran baik, pengetahuan baik, dan pandangan baik. Kita harus bersungguh hati mempelajari kebaikan dan mendedikasikan diri untuk berbuat baik. Jadi, mari kita menjadi orang baik dengan berbuat baik, bertutur kata baik, dan menyebarkan kebajikan. Saya bersyukur atas kekuatan cinta kasih Bodhisattva sekalian.
Saat orang lain berbagi kisah, kalian harus bersungguh hati mendengar dan mencatatnya. Semua itu adalah sejarah kita. Di era sekarang, Tzu Chi terus bersumbangsih di tengah masyarakat. Kita hendaknya mendokumentasikan semua sejarah itu dan mewariskannya kepada generasi penerus. Demikianlah kita membimbing generasi penerus dengan kebajikan. Mari kita menyatukan semua orang untuk mempraktikkan kebajikan di dunia ini tanpa memandang perbedaan agama, ras, dan kewarganegaraan.
Pantang menyerah untuk menyalurkan bantuan bencana
Menghimpun kekuatan untuk menciptakan berkah yang tak terhingga
Menyatukan semua umat beragama untuk menyebarkan kebajikan
Menyucikan hati manusia dan mewariskan cinta kasih