Sejak tahun 1998 hingga kini, sudah lebih dari 20 tahun berlalu dan empat misi Tzu Chi di Indonesia sungguh berkembang dengan pesat dan mantap. Saya sering memuji Tzu Chi Indonesia yang maju selangkah demi selangkah dengan mantap. Dari lubuk hati saya, saya merasa sangat kagum dan bersyukur. Inilah jalinan jodoh baik. Berkat adanya jalinan jodoh baik, barulah Tzu Chi bisa berkembang pesat di Indonesia. Ini merupakan berkah bagi Indonesia.
Saya tidak akan melupakan tahun itu, Bapak Eka Tjipta Widjaja mendampingi putranya, Franky O. Widjaja, berkunjung ke Griya Jing Si dengan tulus. Beliau sangat ramah dan sederhana. Beliau juga tidak menyombongkan bisnisnya yang sukses di Indonesia. Beliau selalu sangat tulus. Di dalam benak saya selalu terbayang bagaimana kami berbincang-bincang di ruang tamu yang sangat sederhana dan sempit.
Kini, saat melihat Kali Angke, saya teringat akan kondisi kali tersebut dahulu. Janganlah kita melupakan kisah Kali Angke. Meski saat itu, Kali Angke sungguh sangat kotor dan bangunan liar di sekitarnya sangat bobrok, tetapi setelah relawan kita berusaha untuk menyalurkan bantuan, kita bisa melihat perubahannya sekarang. Kalian sungguh telah mewujudkan kedamaian bagi masyarakat Indonesia. Berkat sumbangsih kalian dan kerja sama yang harmonis di antara para pengusaha, kondisi masyarakat menjadi stabil.
Dahulu, kalian telah menjalankan misi Tzu Chi dengan sukses, melangkah dengan mantap, dan menuju arah yang benar. Kini, kalian cukup terus mempertahankannya. Sungguh, Indonesia memiliki harapan yang tak terhingga. Namun, ingatlah bahwa kita memulai segalanya dengan kebajikan. Jangan melupakan kebajikan. Jangan berpikir untuk menguasai dunia.
Kita hendaknya menyebarkan kebajikan di dunia. Jika kita memulai segalanya dan mewujudkan kedamaian negara dengan kebajikan, dunia ini akan menjadi dunia terindah dan terbaik. Saya yakin kalian pasti bisa melakukannya. Saya berharap insan Tzu Chi Indonesia dapat terus bekerja sama dengan harmonis seperti sekarang.
Di antara empat misi Tzu Chi, misi amal adalah harapan bagi masyarakat. Dengan misi amal, kita dapat menyediakan tempat tinggal bagi orang-orang yang menderita agar mereka dapat hidup dengan tenang. Misi kesehatan di Indonesia juga dijalankan dengan baik. Tentu saja, menyediakan pelayanan medis yang menyeluruh membutuhkan waktu, tetapi dengan memiliki arah yang benar, kita akan terus mengalami kemajuan. Tujuan misi kesehatan kita bukanlah mencari keuntungan, melainkan melindungi kehidupan dan kesehatan. Tentu saja, semua itu harus dilakukan dengan cinta kasih.
Selain misi amal dan kesehatan, juga ada misi pendidikan. Pendidikanlah yang benar-benar membawa harapan bagi dunia. Misi pendidikan juga membutuhkan budaya humanis. Pendidikan tanpa budaya humanis juga bisa menimbulkan kekacauan dunia. Jadi, pendidikan harus mengandung nilai budaya humanis. Nilai budaya humanis mencakup kemurahan hati, kebenaran, tata krama, dan kebijaksanaan. Jadi, kita harus menggenggam dan melindungi keempat nilai ini dengan baik.
Asalkan sesuatu itu benar, kita harus melakukannya tanpa menyimpang sedikit pun. Menyimpang sedikit saja, kita bisa jauh tersesat. Kita memiliki kesatuan hati. Kita bisa melihat hingga hari ini, Tzu Chi Indonesia tidak menyimpang sedikit pun. Ini disebut sepenuh hati. Semua orang sepenuh hati dan bersatu hati. Artinya, semua orang memiliki kesatuan hati dan tekad. Kita tidak menyimpang dari tekad kita. Berhubung semua orang memiliki kesatuan tekad dan hati, barulah kalian bisa memiliki kekuatan besar dan menjalankan Tzu Chi dengan begitu baik.
Seluruh insan Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan harmonis. Terlebih lagi, saya melihat banyak relawan Tzu Chi Indonesia yang memiliki pengaruh besar di tengah masyarakat Indonesia. Jadi, setiap langkah yang kalian ambil selalu membawa manfaat besar bagi masyarakat. Kalian yang telah mewujudkan hal ini hendaknya menghormati diri sendiri.
Saya juga menghormati diri sendiri karena saya merasa bahwa setiap tindakan saya membawa dampak bagi masyarakat. Karena itu, saya harus menentukan target yang lebih jelas untuk diri sendiri. Hati saya harus makin benar. Saya juga harus berpegang erat pada ikrar saya. Inilah harapan saya terhadap diri sendiri.
Hari ini, saya berharap kalian semua dapat menggunakan standar yang sama seperti saya. Insan Tzu Chi Indonesia hendaknya kaya akan cinta kasih, semangat kemanusiaan, dan kekuatan ikrar untuk bersumbangsih bagi masyarakat. Saya yakin insan Tzu Chi Indonesia pasti bisa menjadi teladan bagi insan Tzu Chi di seluruh dunia.
Saya berharap Tzu Chi dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Mulai sekarang, kalian harus membina generasi kedua agar mereka dapat menjalankan misi Tzu Chi. Kalian telah merampungkan Empat Misi Tzu Chi dan menjalankan Delapan Jejak Dharma dengan langkah yang mantap. Saya juga berharap kalian dapat selamanya berpegang pada semangat Tzu Chi di Hualien. Ini disebut semangat silsilah Dharma Jing Si.
Tzu Chi berawal dari Hualien dan kalian selalu berpegang pada semangat saya serta telah membentuk jalinan kasih sayang tak berujung dengan saya selama ini. Dalam ajaran Buddha, jalinan kasih sayang tak berujung ini disebut cinta kasih berkesadaran. Kita harus meneruskan jalinan kasih sayang tak berujung dan cinta kasih tak terbatas ini. Dengan jalinan kasih sayang yang tak berujung, kita menapaki Jalan Bodhisatwa. Dengan cinta kasih yang tak terbatas, kita mempertahankan cinta kasih hingga selamanya. Inilah nilai dari jiwa kebijaksanaan.
Saya bersyukur kepada Bodhisatwa sekalian. Saya berharap kekuatan cinta kasih kalian dapat tersebar luas di seluruh dunia. Mari kita berjuang hingga selamanya demi dunia ini dan ajaran Buddha. Inilah harapan saya, berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk.
Memulai segalanya dengan kebajikan dan menstabilkan masyarakat
Bekerja sama dengan harmonis untuk mewujudkan kedamaian negara
Menjalankan Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma Tzu Chi dengan cinta kasih
Selamanya menapaki Jalan Bodhisatwa demi semua makhluk