“Saya telah menjadi relawan selama puluhan tahun. Saat RS Tzu Chi dibangun, Master berkata bahwa saya harus menjadi relawan dan membimbing orang untuk menjadi relawan. Saat membimbing relawan, kita tidak boleh menunjukkan wajah yang tidak ramah kepada orang lain. Tidak peduli anggota dari unit mana, jika ada yang berbuat kesalahan, saya akan ikut menanggungnya. Saya akan berkata, ‘Maaf, itu karena saya belum menjelaskan.’ Dengan demikian, masalah selesai. Kita tidak boleh menyalahkan orang lain. Karena itu, saat saya memimpin tim, semua orang tetap berbaris di belakang. Saya tidak pernah kekurangan orang. Ini semua dimungkinkan karena berkah dari Master,” kata Li Jie-zi relawan Tzu Chi.
“Kakak Jie-zi tahun ini berusia 84 tahun. Hingga saat ini, setiap hari Rabu, beliau selalu pergi ke ruang rawat inap di lantai 9 bersama kami untuk mencurahkan perhatian kepada pasien. Pada saat yang bersamaan, beliau juga mengajari kami bagaimana cara berinteraksi dengan pasien. Setiap kali pasien muda melihat beliau, mereka akan berusaha untuk bangun dari tempat tidur dan berjabat tangan dengannya,” kata Hu Ke-ren relawan Tzu Chi.
“Jika bertemu dengan pasien yang lebih tua, beliau akan mengajak mereka mengingat kenangan bahagia masa kecil sehingga pasien akan tertawa bahagia dan melupakan rasa sakit mereka. Suatu ketika, ada seorang pasien yang menangis hanya karena melihat beliau. Saya berpikir bahwa inilah kebajikan dan welas asih yang dimiliki oleh kakak senior kami sehingga dapat menyentuh hati setiap orang,” Hu Ke-ren.
“Saya merasa sangat bahagia karena memiliki seseorang yang lebih tua yang dapat mendampingi dan membimbing kami. Kami meneruskan apa yang telah diajarkan dan akan mewariskannya. Oleh karena itu, kami pasti akan memohon para senior untuk memimpin relawan muda dan baru dari generasi ke generasi untuk melindungi rumah sakit kita,” pungkas Hu Ke-ren
Bodhisatwa sekalian, saya sangat berterima kasih kepada kalian. Selama puluhan tahun ini, sejak Tzu Chi berdiri, selalu ada yang mendedikasikan diri sebagai relawan. Tanpa dukungan dari semuanya, tidak ada Tzu Chi seperti hari ini. Tzu Chi dimulai dengan misi amal, lalu diikuti dengan misi kesehatan. Dengan adanya misi kesehatan, barulah relawan bermunculan.
Dokter dan perawat sangatlah penting. Tentu saja, karena adanya pasien, dokter harus menghadapi setiap pasien yang sakit dan perawat harus memperhatikan pasien yang jumlahnya sangat banyak sehingga mereka sangat sibuk. Selain itu, mereka juga harus mengurus keluarga mereka.
Mengurus pasien adalah pekerjaan dan misi mereka. Setiap hari, mereka mengurus banyak hal. Ini sungguh tidak mudah. Terlebih lagi, saya mendengar saat relawan berbagi laporan bahwa seluruh keluarga mereka mendedikasikan diri menjadi relawan.
“Sebagai relawan di rumah sakit, Ayah adalah kasus pertama saya. Beliau mengajari saya tentang hidup dan mati. Ini adalah pelajaran yang masih saya pelajari hingga sekarang. Ibu saya mengajari saya bahwa ajaran melalui tindakan lebih efektif daripada kata-kata. Pelajaran inilah yang saya gunakan sekarang untuk mendidik anak-anak saya,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.
“Lihatlah foto ini. Sesungguhnya, kami berenam di tim Tzu Chi ini tidak pernah berfoto bersama dalam waktu dan tempat yang sama. Tidak pernah. Kami semua sibuk dengan tugas masing-masing. Saya sangat bersyukur dengan adanya kesempatan ini, memungkinkan kami untuk bertumbuh dan berkembang. Saya akan melanjutkan tongkat estafet dari ibu saya dengan terus bersumbangsih sebagai relawan RS,” pungkasnya.
“Selama 31 tahun terakhir, saya telah menjalani kehidupan ini dengan konsisten. Melayani di rumah sakit ini, saya merasa beruntung dan bahagia. Setiap pasien adalah sumber kekuatan saya. Di rumah sakit, banyak perawat, bahkan Wakil Kepala Rumah Sakit Zhang dan Zheng, memanggil saya Mama Bi-hua. Saya merasa sangat terhormat ketika ada dokter dan perawat yang memanggil saya ‘ibu’ atau ‘mama’. Saya benar-benar merasa sangat bahagia sepanjang hidup ini,” kata Shen Bi-hua relawan Tzu Chi.
Semuanya telah mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi sehingga seluruh keluarga mereka menjadi insan Tzu Chi. Saya merasa sangat tersentuh.
Saya telah mendengar Dharma dari setiap orang karena setiap keluarga memiliki masalahnya masing-masing. Relawan akan datang ke hadapan saya dan membagikannya kepada semua orang. Semua orang akan duduk dengan tenang dan mendengarkan relawan yang bercerita tentang tantangan hidup masing-masing. Ketika saling mendengarkan, semua orang akan menyadari bahwa ada yang lebih menderita daripada diri sendiri sehingga dapat menerima semuanya dengan ikhlas.
Kita harus melakukan segala sesuatu dengan sukarela dan menerima segala kondisi dengan sukacita. Dalam hidup ini, kita harus menerima kondisi keluarga yang kita miliki. Kita juga harus mengubah segala penderitaan menjadi rasa syukur. Ada yang berkata, “Saya telah diasah oleh anak saya hingga menjadi lebih baik.” Hendaknya kita bersyukur. Begitulah kehidupan ini.
“Sebagai relawan rumah sakit, saya telah melihat semua aspek kehidupan. Saya melihat kegembiraan saat kelahiran, ketidakberdayaan atas usia tua, penderitaan karena penyakit, dan kesedihan karena kematian. Dengan demikian, kita bisa lebih tekun dan mengingatkan diri sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Jika telah menciptakan jalinan jodoh yang buruk, Anda harus menyelesaikannya dengan jalinan jodoh yang baik,” kata Li Jie-zi relawan Tzu Chi.
“Master mengajarkan bahwa jalinan jodoh buruk harus diubah menjadi baik. Melihat ketidakkekalan hidup, hendaknya kita segera menjalin jodoh baik. Di Tzu Chi, kita dapat melihat dan mempelajari banyak hal,” pungkas Li Jie-zi.
Kelahiran membawa kebahagiaan dan penuaan membawa ketidakberdayaan. Begitulah kehidupan. Namun, hidup ini bukan berarti berakhir begitu saja. Kita harus percaya bahwa apa yang kita lakukan dalam hidup ini adalah untuk menciptakan berkah dan kebajikan bagi dunia. Tentu saja, ini akan menambah berkah.
Jika kita bersikap perhitungan terhadap anak, cucu, bahkan orang lain, ini akan menambah kegelapan batin. Ini berarti kita menciptakan karma buruk. Batin yang penuh rintangan tidak dapat melihat dan berpikir secara luas dan jernih sehingga akan terus menderita, tidak hanya menderita di kehidupan ini, melainkan juga di kehidupan selanjutnya. Noda batin ini akan memperpanjang karma buruk dan menciptakan rintangan serta penderitaan.
Bodhisatwa sekalian, hendaknya kita belajar bagaimana mengikis kegelapan batin. Kita harus melihat banyak kehidupan dan penderitaan. Kita harus menyadari bahwa di dunia ini, ada banyak orang yang lebih menderita dari kita. Seperti lagu yang kalian nyanyikan, “Terkadang angin datang, terkadang hujan datang.” Saat angin kencang datang, kita harus tahu bagaimana menghindarinya. Saat hujan turun, kita harus tahu bagaimana berteduh. Kita harus mencari tempat berteduh dari angin dan hujan. Inilah kehidupan.
Hendaknya kita bersungguh hati. Saat ada angin dan hujan, kita memiliki jalinan jodoh untuk bertemu dengan relawan yang siap membantu. Relawan dapat diajak berkomunikasi dengan mudah karena memahami satu sama lain. Ketika memiliki kekhawatiran, mereka akan saling berbicara dan saling menasihati. Terlebih lagi, mereka akan datang ke rumah sakit untuk membantu pasien.
Jika pasien tidak dapat berjalan dengan stabil, kita mengulurkan tangan dan membantu mereka untuk bertemu dengan dokter. Kita akan merasa bahagia ketika membantu mereka. Membantu orang lain adalah sesuatu yang kita lakukan secara alami sehingga hati kita akan merasa tenang dan sukacita. Semua relawan telah melayani dengan sukacita. Rasa sukacita ini akan menular kepada orang lain. Ini disebut dengan energi sukacita dan energi berkah.
Setiap hari, kita hidup dalam energi berkah dan sukacita. Hendaknya setiap orang menjaga tekad dan menjalankan ajaran sehingga kita memiliki jalan yang lapang. Dokter dan perawat telah menjaga misi mereka. Begitu pula, kita harus menjaga misi kita. Inilah jalan yang saya pilih dan saya telah menjalin jodoh baik dengan banyak orang sehingga saat ini saya memiliki sekelompok relawan yang sangat baik.
Menjaga semangat Bodhisatwa dalam pelayanan medis
Menyadari penderitaan, menciptakan berkah, dan menghilangkan kegelapan batin
Bersumbangsih dengan sukarela demi mendapatkan rasa sukacita
Menjaga tekad, menjalankan ajaran, dan menjalin jodoh baik