Bodhisatwa sekalian, saya sangat berterima kasih dan tersentuh. Tidak ada yang tahu kapan ketidakkekalan akan datang. Insan Tzu Chi selalu siap untuk membangkitkan kekuatan cinta kasih yang tulus sehingga di mana pun ada yang membutuhkan, mereka dapat segera berhimpun dan bergerak. Di dalam masyarakat, kita hanyalah warga biasa. Namun, kita senantiasa mengemban misi dan siap untuk bergerak setiap menit dan detik. Ini sungguh tidaklah mudah.

Kapan pun bencana terjadi, insan Tzu Chi akan segera menyerukan untuk berhimpun dan membawa bantuan bencana demi menyelamatkan kehidupan, sumber daya, dan jiwa kebijaksanaan. Kita dapat menggerakkan tim kapan saja. Saya sangat tersentuh. Saya telah melihat bagaimana semuanya menyelamatkan jiwa kebijaksanaan.

Bertahun-tahun yang lalu, akibat terjangan Topan Nari, gudang kaset Da Ai TV juga terendam banjir. Insan Tzu Chi segera menyelamatkan kaset-kaset itu. Tentu saja, selain menyalurkan bantuan bencana, kita juga segera menyelamatkan jiwa kebijaksanaan. Jadi, semuanya bekerja sama dan membagi tugas. Sebagian orang memberikan bantuan bencana di luar dan sebagian orang menyelamatkan kaset-kaset yang ada di dalam ruang penyimpanan.

Setelah semua kaset dikeluarkan, insan Tzu Chi segera memulihkannya. Kaset-kaset itu berisi sejarah yang sangat penting. Karena itu, kita harus menyelamatkannya. Pembersihan harus dilakukan dengan sangat teliti. Dengan kuas yang dicelupkan ke dalam air, para relawan kita membersihkan kaset secara perlahan. Dengan cara itulah kita dapat menyelamatkan sejarah.

Mengenang masa lalu, kita telah mendedikasikan diri untuk membawa bantuan bagi dunia. Di mana pun bencana terjadi, kita bisa melihat sekelompok relawan yang segera membawa bantuan. Namun, untuk melakukan hal ini, diperlukan adanya pelatihan secara berkala.

“Di Banqiao, seperti inilah kami berlatih. Ini adalah salah satu pelatihan kami,” kata Jian Hong-xiong relawan Tzu Chi.

“Gerakan ini hanya membutuhkan waktu yang singkat, tetapi di balik itu, kami perlu berlatih selama 20 tahun. Tim tanggap darurat telah berlatih seperti ini selama 20 tahun. Kami memiliki jadwal latihan yang tetap, ada yang mingguan, ada pula yang bulanan. Pelatihan tanpa henti inilah yang memungkinkan kita untuk terus maju. Tim tanggap darurat udara, bersiaplah. Orang pertama yang naik akan memasang tali pengaman terlebih dahulu. Kami menyebutnya tali antijatuh yang harus dikencangkan di atas gerbang Balai Peringatan Chiang Kai-shek. Setelah itu, anggota tim lainnya akan naik satu per satu dan setiap orang harus melaporkan keamanannya setelah tiba di atas,” kata Yan Sheng-yan relawan Tzu Chi.

“Kait pengaman harus ada dua, satu untuk mencegah kami terjatuh dan satu dikaitkan ke tubuh untuk keamanan. Pengait berbentuk cakar elang juga ada dua. Tangan kanan akan mengaitkan terlebih dahulu, baru diikuti oleh tangan kiri. Setelah dikaitkan dengan aman, barulah kaki kiri naik. Setiap gerakan harus dilakukan dengan tepat sebelum melanjutkan gerakan berikutnya. Jadi, yang pertama naik ke atas pastinya adalah yang terbaik di tim tanggap darurat udara. Tim tali kami berlatih 2 kali dalam setahun, sedangkan tim tanggap darurat udara kami berlatih setiap minggu,” pungkas Yan Sheng-yan.

Relawan berkumpul dan berlatih demi memberikan bantuan darurat secara tepat waktu. Sesungguhnya, saya sangat tersentuh. Baru saja, saya beberapa kali merasa tersentuh hingga air mata berkumpul di mata saya. Saya merasa bahwa sekelompok Bodhisatwa ini selalu melakukan apa yang ingin saya lakukan dengan semangat misi. Tim penyelamat tidak hanya membutuhkan tenaga, tetapi juga keterampilan dan keamanan. Semuanya harus menjaga diri masing-masing dan selalu memastikan keamanan. Lihatlah, sekelompok besar Bodhisatwa ini adalah pelindung Dharma.

Melihat demonstrasi mereka, saya juga menyentuh perlengkapan mereka dan melihat apakah cukup aman atau tidak. Mereka sungguh-sungguh membuat saya merasa tenang. Di mana pun ada yang membutuhkan, mereka akan segera pergi ke sana. Mereka sungguh memiliki keterampilan yang merupakan hasil belajar dan latihan mereka. Apa yang tidak dimengerti, harus kita pelajari hingga mengerti. Kita harus belajar menapaki Jalan Bodhisatwa untuk mencapai kesadaran atau pencerahan.

“Kami adalah tim dokumentasi. Anggota yang mengambil gambar dari udara di Balai Peringatan Chiang Kai-shek adalah Kakak Xu Guo-jun yang telah memiliki 9 tahun pengalaman. Kemudian, ada pula Kakak Liao Shi-cong. Tahun ini adalah tahun ke-8 dia mengambil gambar dari udara. Lalu, ada Kakak Yao-ming yang mengambil gambar dari udara di Teater Nasional. Tahun ini adalah tahun ke-5 dia mengambil gambar dari udara. Ada pula Kakak Yu Jin-hao. Tahun ini adalah tahun ke-4 dia mengambil gambar dari udara. Sama seperti tim tanggap darurat, kami juga mengenakan pakaian pelindung saat naik ke ketinggian agar semua orang dan Master merasa tenang,” kata Xiao Hui-ling relawan Tzu Chi.

“Tangga bagian dalam lebih lebar di bagian bawah dan makin ke atas makin sempit. Selain mengenakan pakaian pelindung yang beratnya mencapai 5 kilogram, kami juga membawa peralatan sekitar 12 kilogram. Di atas, kami harus membungkukkan badan dan merekam selama lebih dari 2 jam. Sesungguhnya, perut kami sering terasa tidak nyaman dan kaki kami mati rasa. Kami memerlukan sedikit peregangan dan berganti posisi, tetapi kami harus sangat berhati-hati. Kita bisa melihat titik pengambilan gambar yang sangat kecil. Kami yang berada di atas bagaikan semut kecil. Namun, bagaikan semut kecil yang tengah mendaki Gunung Sumeru, kami harus menuntaskan misi yang kami pikul di bahu kami,” kata Xu Guo-jun relawan Tzu Chi.

Semuanya bersumbangsih dengan sangat bahagia. Ini memerlukan kesatuan hati, himpunan kekuatan semua orang, dan kesabaran. Tanpa kesabaran, kita tidak akan tersadarkan. Jadi, dalam menapaki Jalan Bodhisatwa, diperlukan kesabaran agar kita dapat melihat hakikat kebuddhaan dalam diri semua orang dan memahami kebenaran sejati di alam semesta. Hanya ketika kita belajar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, barulah kita dapat melihat jalan menuju pencerahan. Inilah yang disebut dengan proses. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian.

Kita telah meneladan Buddha dengan tulus dan bertindak secara nyata. Saya tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan saya. Saya merasa sangat tersentuh. Saya sungguh sangat tersentuh. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian.

Saya berharap ini tidak hanya dilakukan setahun sekali, melainkan selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Hendaklah semuanya hidup dalam kewaspadaan, kesatuan, dan keharmonisan. Inilah kehidupan yang paling benar, bajik, dan indah. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian.

Mengemban misi untuk menyalurkan bantuan bencana
Berpegang teguh pada tekad dengan kesabaran
Belajar menapaki Jalan Bodhisatwa untuk mencapai pencerahan
Bertindak secara nyata dengan kewaspadaan dan kesatuan