“Saat bencana gempa tanggal 3 April, para murid di Tainan merasa sangat khawatir karena banyak bagian Griya Jing Si yang retak. Jadi, pada saat itu, kami segera menelepon ahli listrik, air, dan bangunan untuk datang dan bersama-sama melakukan perbaikan tahap pertama. Saya merasa sangat bersyukur karena ada sekelompok relawan yang kembali ke Griya Jing Si tanggal 7 April untuk membantu perbaikan. Meski bukan ahlinya, mereka tetap berkata, ‘Saya bersedia’,” kata Zhang Wen-lang relawan Tzu Chi.
Bodhisatwa sekalian, kita memiliki jalinan jodoh yang sangat besar untuk dapat berhimpun di waktu dan ruang seperti ini dan dalam kondisi hubungan antarmanusia yang baik. Semua orang yang berkebajikan unggul berhimpun di satu tempat yang sama. Terima kasih.
Semua orang adalah Bodhisatwa. Saya tersentuh melihat cinta kasih di dunia ini. Lihatlah, pada bencana gempa 0403, semuanya sangat menjaga rumah ini sehingga menyempatkan diri untuk kembali ke sini. Di mana ada yang retak, para relawan langsung memperbaikinya. Semuanya sangat sepenuh hati menjaga Griya Jing Si. Begitu pula, kita tetap harus sepenuh hati terhadap orang yang tidak memiliki hubungan dengan kita.
“Ketika tiba di Hualien, kami melihat sebagian besar warga desa adalah lansia yang hidup sebatang kara atau pasangan lansia yang hidup berdua. Mereka bercerita bahwa ketika gempa mengguncang, mereka hanya duduk di jalan. Saya bertanya, ‘Mengapa kalian hanya duduk di jalan?’ Mereka berkata bahwa gempanya sangat kuat sehingga mereka tidak berani untuk berdiri karena jika berdiri, mereka pasti akan jatuh. Sesungguhnya, kami dapat merasakan apa yang mereka rasakan karena gempa 0206 di Tainan pun sangat menakutkan,” kata Liu Ming-zheng relawan Tzu Chi.
“Melihat kondisi para warga desa, tim perbaikan dengan hati yang tulus segera membantu mereka memperbaiki rumah. Dalam membantu warga desa yang kesulitan, jika Anda tidak terlibat secara langsung, Anda tidak dapat merasakan welas asih Master. Master memiliki cinta kasih dan welas asih yang tidak tega melihat penderitaan. Inilah pelajaran terbesar yang saya dapatkan,” pungkas Liu Ming-zheng.
“Kita harus benar-benar lebih memahami ketidakberdayaan orang-orang yang menderita. Hal ini membuat saya teringat akan perkataan Master bahwa dalam setiap kehidupan, Master akan selalu mengembangkan cinta kasih; dalam setiap kehidupan yang dijalani, Master berharap dapat terus melampaui kehidupan sebelumnya untuk memiliki lebih banyak cinta kasih,” kata Chen Bing-hong relawan Tzu Chi.
“Jadi, saya ingin meneladan welas asih Master yang luas bagaikan langit dan terang bagaikan matahari dan bulan. Bagaikan angin yang berembus lembut, tidak ada hal yang terlalu kecil untuk diperhatikan. Saya bersyukur karena memiliki kesempatan untuk bersumbangsih. Membantu orang membawa perasaan yang luar biasa,” pungkas Chen Bing-hong.
Di Tzu Chi, setiap orang adalah Bodhisatwa. Dari luar daerah, para relawan datang ke Hualien bagaikan pulang ke rumah sendiri untuk melihat bagian yang rusak dan mencari cara untuk memperbaikinya. Sungguh, ini lebih dekat daripada keluarga. Inilah jalinan jodoh. Untuk apa mempersoalkan hubungan darah?
Sama-sama berada di dunia ini, kita memiliki jalinan jodoh. Di dunia ini, kita juga dapat menjalin jodoh baik. Meski kita bersumbangsih tanpa pamrih, semuanya tetap tak lepas dari sebab dan kondisi. Meski dalam hidup ini kita memiliki jalinan jodoh untuk membantu orang lain, mungkin saja pada kehidupan lampau, kita adalah penerima bantuan sehingga sekaranglah saatnya bagi kita untuk membalas budi. Ini mungkin saja.
Mungkin juga dalam kehidupan ini kita memberikan bantuan kepada mereka dan di kehidupan selanjutnya, mereka menjadi keluarga atau kerabat kita dengan hubungan yang baik. Inilah sebab, kondisi, dan akibat. Demikianlah interaksi kita dengan orang lain. Perbedaannya hanya siapa yang berbuat lebih dahulu dan siapa yang merespons belakangan.
Berkat jalinan jodoh, di mana pun ada yang membutuhkan, kita akan pergi ke sana membawa bantuan. Begitulah kita bersumbangsih dan mencurahkan perhatian. Ketika berpikir kembali, saya merasa bahwa ini semua adalah akumulasi dari karma baik di masa lalu meskipun kita merasa bahwa kita hanya bersumbangsih dengan cinta kasih.
Buddha datang ke dunia dengan satu tujuan besar, yaitu mengajarkan praktik Bodhisatwa. Saya selalu berpikir tentang bagaimana mengajarkan praktik Bodhisatwa kepada semua orang. Sesungguhnya, kehidupan ini tidak kekal. Hendaknya kita membangun tekad dan ikrar untuk bertindak secara nyata.
“Upacara pemandian rupang Buddha yang berlangsung pada 4 hari libur dalam 2 minggu ini, dilaporkan oleh Kakak Qi-hua. Kakak Qi-hua adalah generasi ke-2 Tzu Chi. Jalinan jodohnya dengan Tzu Chi dimulai saat ayahnya terkena penyakit serius dan ibunya jatuh dari atap. Jadi, relawan Tzu Chi secara bergantian pergi merawat orang tuanya. Dia merasa sangat tersentuh sehingga berikrar untuk mengikuti pelatihan dan dilantik. Saat ini, dia sangat tekun dan bersemangat dalam pekerjaan dokumentasi,” kata Cai Ying-yan relawan Tzu Chi.
Lihatlah anggota Tzu Ching dan Tzu Shao kita. Terima kasih karena semuanya menganggap mereka seperti anak atau cucu sendiri. Semua yang ada di dunia adalah satu keluarga tanpa perlu adanya hubungan darah. Ada beberapa anak yang meninggalkan negaranya untuk belajar di Taiwan. Kalian sangat mengasihi mereka. Meski memiliki bahasa yang berbeda, kalian tetap mengasihi mereka dengan tulus.
Sekolah mengajari mereka bahasa dan pengetahuan; kita mengajari mereka budi pekerti dan cinta kasih sehingga hati mereka dapat dipenuhi oleh cinta kasih untuk mengasihi dan menghargai dunia ini. Inilah yang dapat kita ajarkan kepada mereka. Kalian harus membimbing mereka untuk menghayati hal ini.
Setelah menyelesaikan pendidikan, mereka dapat membawa cinta kasih itu ke negara mereka dan mengembangkan kekuatan cinta kasih di sana. Dengan mengasihi mereka, kalian telah menciptakan nilai dalam kehidupan. Ketika kita memiliki jalinan jodoh untuk mengasihi mereka, pastikanlah bahwa mereka memiliki cinta kasih yang utuh untuk dibawa ke negara mereka. Jadi, hendaknya anggota komite Tzu Chi dan Bodhisatwa sekalian memberikan cinta kasih yang tulus kepada mereka.
Pada perjalanan kali ini, saya ingin memberi tahu satu hal yang sangat penting, yaitu hendaknya kalian mewariskan cinta kasih yang tulus dan benar dari generasi ke generasi. Jangan biarkan cinta kasih ini berhenti di kalian, tetapi wariskanlah kepada anak dan cucu kalian. Begitulah seharusnya kita mewariskan cinta kasih dan ketulusan di dalam keluarga.
Jangan hanya diri sendiri yang mendedikasikan diri sebagai relawan dan berbuat baik, tetapi wariskanlah semangat cinta kasih dan ketulusan ini kepada anak cucu kalian. Inilah yang disebut dengan mewariskan berkah di dalam keluarga. Inilah cinta kasih yang tulus kepada keluarga.
Cinta kasih yang tulus bukan hanya mengasihi keluarga sendiri, melainkan juga mengasihi seluruh masyarakat. Dengan demikian, keluarga akan aman dan anak cucu akan dipenuhi berkah. Dengan menyucikan hati manusia dan mewujudkan masyarakat yang harmonis, kita membuat komunitas dan negara ini menjadi aman dan damai. Begitulah cara kita menjadi teladan bagi dunia.
Segala hal harus dimulai dari diri sendiri, dari hal-hal yang kecil hingga berkembang menjadi makin luas dan mendalam. Kita semua dapat melakukan hal ini. Selama memiliki tekad, tidak ada hal yang tidak dapat dilakukan.
Bodhisatwa muncul ketika jalinan jodoh terhimpun
Memberikan bantuan dan dukungan bagi mereka yang membutuhkan
Menyucikan hati manusia dan mewujudkan masyarakat yang harmonis
Mewariskan ketulusan dan kebajikan dari generasi ke generasi