“Setelah mengetahui gempa Hualien yang terjadi pada tanggal 3 April, tim Hexin kita segera mengadakan pertemuan dengan divisi kerohanian. Sesudah mengadakan rapat dengan ketua tim, kita memutuskan untuk menggelar bazar guna menggalang cinta kasih. Kita ingin menjadi penyokong bagi Hualien. Bazar yang diadakan untuk menggalang dana ini diadakan di alun-alun Kota Taichung pada tanggal 21 April,” kata Xie Jin-feng relawan Tzu Chi.
“Karyawan perusahaan saya membangun tekad untuk turut menggalang dana. Ada pula donatur saya yang tahu bahwa kita para insan Tzu Chi menggalang dana untuk membantu bencana gempa kali ini. Saya sangat terharu dengan inisiatif mereka untuk berdonasi. Nilai donasi mereka bervariasi mulai dari ratusan hingga ribuan dolar NT. Yang paling membuat saya tersentuh adalah seorang teman baik saya selama lebih dari 30 tahun. Meskipun dia bukan insan Tzu Chi, tetapi ketika Tzu Chi mengadakan bazar amal ataupun sedang melakukan penggalangan dana, dia akan berinisiatif untuk turut berdonasi. Tiga generasi keluarga saya sudah menjadi insan Tzu Chi. Cucu perempuan saya telah menjadi relawan cilik di Jing Si Books & Café,” kata Lai Tian-ding relawan Tzu Chi.
Saya mendengar bahwa kalian turut meringankan dampak dari gempa Hualien yang terjadi pada 3 April. Gempa itu adalah gempa yang sangat dahsyat. Begitu guncangan gempa terjadi, saya juga langsung keluar. Saya juga merasa takut. Ketika saya berdiri di luar dan menoleh ke arah bangunan, bangunannya baik-baik saja. Mengetahui itu, saya pun merasa bersyukur. Lalu, saya melihat bahwa setelah para insan Tzu Chi memastikan bahwa keluarga mereka aman dan tenteram, mereka mulai mengerahkan cinta kasih agung mereka untuk menghibur dan merangkul sesama.
Guncangan gempa membuat banyak orang ketakutan dan memerlukan rangkulan dan penghiburan. Ada beberapa orang yang tak kuasa menahan rasa takut hingga akhirnya menangis di bahu relawan kita. Para relawan kita pun membiarkan mereka menangis supaya emosi mereka dapat membaik. Saat melihat para relawan merangkul dan menghibur korban gempa, saya merasa bahwa para relawan bagaikan orang tua bagi orang-orang di dunia. Mereka adalah Bodhisatwa dunia yang sesungguhnya dan ini membuat saya merasa sangat bahagia. Kebahagiaan ini berasal dari himpunan kekuatan cinta kasih.
Ada pula kebahagiaan yang berasal dari sumbangsih kalian dalam kehidupan sehari-hari. Cinta kasih yang kalian berikan sangat stabil. Kestabilan ini dapat terlihat secara nyata. Meskipun terjadi gempa, kita bisa menganggap itu sebagai bencana kecil. Bencana besar ini hanya membawa dampak kecil dan orang-orang bisa melewatinya dengan selamat. Inilah yang membuat saya merasa sangat bersyukur dan sangat tersentuh.
Yang membuat saya lebih bersyukur adalah insan Tzu Chi di seluruh dunia telah menunjukkan cinta kasih dan kepedulian mereka terhadap gempa ini. Ini membuat saya merasa penuh kehangatan. Selain itu, insan Tzu Chi juga berdatangan ke Hualien. Mereka berkata, “Master, kami datang kemari untuk melihat rumah kami.” Griya Jing Si mengalami keretakan pada dinding dan kemiringan pada pintu. Jadi, kerusakan tetap ada.
Ketika melihat relawan Tzu Chi memperbaiki kerusakan, saya sungguh merasa bahwa inilah keluarga besar yang penuh cinta kasih. Walaupun para relawan ini bukan berasal dari Hualien, tetapi mereka berinisiatif meminta pendampingan kita untuk menyurvei kondisi bencana dari rumah ke rumah. Relawan Hong Wu-zheng dan yang lainnya juga menjangkau area bencana. Beberapa di antara mereka juga berasal dari Taichung. Para relawan terjun ke tengah-tengah komunitas untuk menunjukkan kepedulian terhadap orang-orang. Orang-orang di Hualien sungguh senang dengan keberadaan Tzu Chi. Ini membuat saya merasa bersyukur.
Saya selalu berkata bahwa dapat menyelamatkan orang adalah berkah. Saat diri sendiri aman dan selamat, barulah kita bisa menyelamatkan orang. Di Taiwan, terdapat sekelompok Bodhisatwa dunia yang tak henti-hentinya menolong orang selama puluhan tahun terakhir. Saat ada yang memerlukan bantuan, mereka selalu siap untuk pergi bersumbangsih. Karena itulah, saya merasa sangat bersyukur.
Tzu Chi membutuhkan anggota komite dan Tzu Cheng. Anggota Tzu Cheng telah melindungi rumah kita. Di mana pun bantuan anggota Tzu Cheng diperlukan, mereka akan selalu mengerahkan tenaga untuk menolong. Saat anggota Tzu Cheng turut berpartisipasi, mereka bisa melangkah dengan mantap dan memiliki kekuatan untuk mengangkat dan memikul. Alangkah baiknya ada anggota Tzu Cheng. Selain itu, anggota Tzu Cheng juga dapat meringankan tugas anggota komite Tzu Chi.
Banyak anggota komite Tzu Chi yang merupakan relawan perempuan. Karena itu, terkadang mereka mengenakan seragam qipao. Di Tzu Chi, relawan perempuan bisa melakukan apa yang dilakukan oleh relawan laki-laki. Namun, relawan laki-laki harus bisa seperti manusia super. Di Tzu Chi, semuanya membangun tekad dan ikrar. Selain itu, kita juga harus menghimpun kekuatan. Jadi, kita mempunyai niat agung, ikrar agung, dan kekuatan besar. Di Tzu Chi terdapat cinta kasih banyak orang. Jadi, kita hendaknya menjaga cinta kasih dengan baik.
Kita perlu terus-menerus mewariskan cinta kasih. Seperti pada hari ini, kita dapat melihat keluarga yang telah empat generasi menjadi relawan Tzu Chi. Cinta kasih diwariskan dari generasi ke generasi. Jadi, kita mewariskan berkah dalam keluarga. Kita mampu menciptakan berkah bagi dunia. Untuk menciptakan berkah, kita harus memiliki cinta kasih. Kita memiliki cinta kasih untuk menciptakan berkah bagi dunia. Keluarga-keluarga yang mewariskan berkah dan cinta kasih di dalam keluarganya adalah orang-orang yang dipenuhi berkah.
Saya sangat bersyukur pada Asosiasi Guru Tzu Chi. Terdapat banyak kepala sekolah dan guru di sini.
“Selama beberapa waktu ini, Master tak henti-hentinya berkata pada kita bahwa kita harus meninggalkan sejarah. Kita harus mencari tahu sejarah para relawan agar jiwa kebijaksanaan kita dapat tetap ada di dunia ini. Kontribusi dan sumbangsih Kakak A-zhao bagi Asosiasi Guru Tzu Chi dapat dilihat oleh banyak orang. Namun, Kakak A-zhao sekarang sedang sakit. Jadi, kita menggunakan beberapa cara untuk mencatat sejarah tentang beliau,” kata Xu Jiong-xiang relawan Tzu Chi.
“Pertama, kita mengundang putri Kakak A-zhao untuk membantu menulis. Kedua, kita mengundang para anggota Asosiasi Guru Tzu Chi di Taiwan Tengah pada waktu itu untuk diwawancarai secara lisan tentang apa yang telah dilakukan Kakak A-zhao selama ini,” pungkas Xu Jiong-xiang.
“Ibu saya selalu berpikir tentang Master dan Tzu Chi. Kesadaran kedelapannya juga penuh tentang Master dan Tzu Chi. Saya juga ingin menyampaikan pada Master bahwa generasi ketiganya, yakni cucu perempuannya, telah lulus tahun lalu. Tahun ini, dia berikrar untuk mengikuti pelatihan di Hualien. Dia sangat tekun dan telah mewarisi semangat neneknya. Saya lebih berterima kasih lagi atas kepedulian Master, Guru De Xuan, para bhiksuni Griya Jing Si, anggota Asosiasi Guru Tzu Chi, dan saudara se-Dharma terhadap orang tua saya dari waktu ke waktu. Saya sangat tersentuh dan bersyukur,” kata Lin Hui-zhen relawan Tzu Chi.
Meskipun bukan seorang guru, A-zhao telah mengajak banyak guru untuk bersumbangsih dan berinteraksi dengan para kepala sekolah. Dia adalah murid saya yang baik. Saya juga melihat para anggota Tzu Ching. Mereka sangat menggemaskan. Saya juga berharap kalian bisa membimbing anggota Tzu Ching dengan baik.
Hendaklah para guru mewariskan pengalaman masa lalu mereka karena generasi-generasi mendatang perlu dibina dengan sungguh-sungguh. Kita bukan membina mereka dengan uang, melainkan dengan memberikan keteladanan lewat praktik nyata.
Menyurvei bencana sesegera mungkin dan menghibur warga
Membantu memperbaiki bangunan setelah melakukan evaluasi dengan saksama
Membina insan berbakat dengan mengajarkan kebajikan
Menghimpun kekuatan dan mewariskan berkah dalam keluarga