“Saya memiliki 3 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Pada pukul 9 malam tanggal 3 Mei, saya melihat dia membawa tas besar untuk pergi snorkeling. Sekitar pukul 1 pagi, saya menerima panggilan telepon dari polisi. Polisi itu berkata bahwa pemilik telepon seluler ini telah tenggelam. Saat membuka kain yang menutupinya, saya menyentuh pipi anak saya dan berkata, ‘Zhao-ting, beginilah jalinan jodohnya. Ibu ikhlas menerima buah karma ini’,” kata Liu Ying-xiang relawan Tzu Chi.

“Selama tiga hari berturut-turut, saya selalu mengintrospeksi diri. Mengapa saya tidak merasa sedih sama sekali? Satu-satunya hal yang saya pikirkan ialah saya harus membantu anak saya untuk pergi ke tempat yang lebih baik dan melakukan sesuatu yang lebih berarti. Anak saya memiliki asuransi kecelakaan dan saya langsung terpikir untuk mendaftarkannya menjadi komisaris kehormatan. Harapan saya hanya satu, yaitu memupuk berkah bagi anak saya. Saya berterima kasih atas pendampingannya selama hidup ini,” pungkas Liu Ying-xiang.

Anda sangatlah berani. Saya merasa bahwa sulit bagi manusia di dunia ini untuk dapat berpikir seperti Anda. Anda adalah pemberani. Saya mendoakan Anda. Begitulah kehidupan, ada yang datang dan ada yang pergi. Waktu terus berjalan tanpa henti. Apakah pada momen yang sama seperti ini esok hari kita masih berada di sini seperti kemarin dan hari ini? Tidak ada yang tahu.

Hendaknya kita menggenggam kehidupan. Lakukanlah yang dapat dilakukan sebisanya dan katakanlah apa yang dapat disampaikan. Namun, setiap kata yang kita ucapkan harus benar. Begitulah siklus kehidupan sesungguhnya. Sungguh, saya telah mendengar bahwa insan Tzu Chi sangatlah kuat.

“Saya telah menjadi polisi selama lebih dari 30 tahun. Pada tahun 2011, saya menderita kanker prostat. Saat itu, setiap hari saya hidup dalam ketakutan. Pada tahun 2012, saya sangat beruntung dapat bertemu dengan Master pada Pemberkahan Akhir Tahun di Guandu. Saat itu, Master dengan penuh welas asih berkata kepada saya, ‘Tidak apa-apa. Sebagai polisi, Anda harus berani.’ Berkat perkataan Master, selama puluhan tahun terakhir, saya dapat menghadapi semua penyakit dan pengobatan,” kata Pan Guo-hua relawan Tzu Chi.

“Pada tahun 2016, saya terserang kanker kedua, yaitu kanker kelenjar sublingual. Pada tahun 2019, sel kanker telah menyebar ke paru-paru saya. Saat ini, fungsi paru-paru saya hanya tersisa 40 persen. Saat keluar rumah, saya harus memakai masker oksigen. Saya berterima kasih kepada Master. Berkat perkataan Master bahwa seorang polisi harus menjadi pemberani, selama puluhan tahun terakhir, saya dapat melewati penyakit ini, menghadapi kesulitan yang ada, menghadapi hal-hal yang tidak diharapkan, dan membuat saya bersemangat untuk menjalankan misi Tzu Chi,” lanjut Pan Guo-hua.

“Saat ini, saya berikrar untuk mengikuti Master dari kehidupan ke kehidupan dan selama sisa hidup ini, saya akan terus menapaki Jalan Bodhisatwa,” pungkas Pan Guo-hua.

Meski tubuh Anda sakit, Anda tetap melayani. Namun, saya ingin memberi tahu kalian bahwa kalian harus menjaga kesehatan. Tubuh ini diberikan oleh orang tua kita dan kita harus menjaganya dengan baik. Hendaknya kita melakukan perbuatan baik untuk membalas budi luhur orang tua. Inilah tanda bakti yang sesungguhnya. Kita dapat menggunakan tubuh kita untuk berbuat baik demi membalas budi orang tua. Hendaknya semuanya menggenggam waktu untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.

Setiap kisah yang saya dengar sangat menyentuh. Orang yang mendengarkan Dharma pasti berbeda, yaitu memiliki pandangan dan pikiran yang terbuka sehingga tidak terjerat oleh noda batin dan kegelapan batin. Ini sangatlah berharga. Dalam hal jalinan kasih, hendaknya kita terus berbagi dan memuji satu sama lain.

“Nama ibu saya ialah Yu Chen Liang. Master memberikannya nama Dharma Jing Bin. Beliau adalah anggota komite bernomor 80 dan tinggal di Sanchong. Kami tinggal di gedung yang sama dengan Bibi Jing Ming. Bibi Jing Ming tinggal di lantai 2, sedangkan kami tinggal di lantai 3. Master, jika Anda datang berkunjung, ibu saya dapat memasak hidangan,” kata Yu Zhen-hao relawan Tzu Chi.

Memasak untuk saya?

“Ya, memasak untuk Master. Berhubung ibu saya tidak dapat membaca, saat ingin dilantik, beliau berkata kepada Master, ‘Master, saya tidak mengenal huruf. Saya tidak memiliki bakat dan tidak pandai berkata-kata. Saya tidak memiliki kemampuan apa-apa.’ Namun, Master tetap melantik ibu saya. Beliau sangat berterima kasih dan sangat aktif dalam menggalang dana. Sebelum meninggal, ibu saya berkata, ‘Kamu harus menjalankan misi Tzu Chi. Kamu harus melanjutkan apa yang Ibu lakukan,” lanjut Yu Zhen-hao.

“Saya berterima kasih kepada ibu saya yang mengawali jalinan jodoh saya dengan Tzu Chi. Saya dilantik pada tahun 1995 dan itu sudah hampir 30 tahun lamanya. Saya akan menjalankan Tzu Chi dengan baik hingga napas terakhir kehidupan saya. Sesungguhnya, jika saya pergi, saya akan kembali sesuai ikrar saya untuk kembali mengikuti jejak langkah Master,” pungkas Yu Zhen-hao.

Mendengar tentang Jing Bin, jalinan kasih di antara kami masih sangat erat karena dia sangat berbakti pada saya. Ketika saya tinggal di tempat Jing Ming, Jing Bin akan menyiapkan 3 kali hidangan bagi saya. Sejak saat itu, kami telah membentuk jalinan yang kuat. Ketika di Hualien, dia juga masuk ke dapur untuk menyiapkan hidangan. Kita semua adalah keluarga dan saudara se-Dharma.

Bodhisatwa dan saudara se-Dharma sekalian, hendaknya semuanya saling mengasihi dan menjaga. Kita harus sering keluar untuk mencurahkan perhatian kepada saudara se-Dharma. Di Jalan Bodhisatwa ini, kita harus terus berjalan langkah demi langkah dan memperpanjang jalinan kasih sayang. Inilah yang disebut dengan cinta kasih berkesadaran.

Bodhisatwa sekalian, hendaknya kalian menginventarisasi kehidupan dengan baik. Sudahkah kita berbakti kepada orang tua kita? Apakah kita sudah menjadi teladan? Apakah kita sudah bersumbangsih bagi dunia? Apakah kita sudah mengembangkan hati Bodhisatwa dengan mendengarkan ajaran Buddha dan menapaki Jalan Bodhisatwa? Hendaknya kita menginventarisasi kehidupan kita. Jika sudah melakukannya, kita harus berbahagia atas diri kita dan mendoakan diri kita sendiri.

Hendaknya kita menggenggam jalinan jodoh yang ada hingga kehidupan-kehidupan selanjutnya dan jangan pernah meninggalkan Jalan Bodhisatwa. Jika kita belum melakukan ini pada masa lalu, hendaknya hari ini kita membangun tekad dan ikrar untuk lebih tekun dan bersemangat dalam menapaki Jalan Bodhisatwa. Apakah kalian mengerti? (Mengerti.)

Mendengar kisah yang dibagikan oleh relawan, kita menyadari bahwa kehidupan penuh penderitaan. Inilah yang Buddha katakan kepada kita sehingga kita dapat memahaminya. Saat ini, kita tidak hanya mendengarkan Dharma, melainkan juga harus menjadi saksi agar kekuatan cinta kasih dapat diwariskan.

Lihatlah bakti seorang menantu kepada ibu mertuanya dengan melanjutkan apa yang dilakukan oleh ibu mertuanya. Hingga hari ini, dia memberi tahu kepada ibu mertuanya, “Master ada di Taipei. Saya akan berbicara dengan Master.” Lihatlah, betapa keluarga ini dipenuhi berkah. Mereka mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi dan menjadi saksi bagi satu sama lain di dunia. Jika hati kita bebas dari rintangan dan kemelekatan, kita akan memiliki ketenangan dan dapat menapaki Jalan Bodhisatwa dengan langkah yang mantap.

Hendaknya kita menggenggam waktu dan jalinan jodoh. Saya mendoakan semuanya agar dapat terus berbakti dan selalu mempraktikkan ajaran bajik. Saya mendoakan semuanya semoga senantiasa hidup aman dan damai. Hendaknya semuanya tekun dan bersemangat dalam menapaki Jalan Bodhisatwa. Terima kasih.

Wujud penderitaan menunjukkan jalan yang sejati
Tahu balas budi membentuk siklus cinta kasih
Membentuk jalinan kasih sayang dengan saudara se-Dharma
Berbuat baik, berbakti, dan membantu masyarakat dengan segera