“Kakak Fu Wei-zhong menderita skizofrenia dan telah berobat dalam jangka panjang dan mengonsumsi banyak obat. Emosinya tidak stabil dan mudah marah sehingga sering membanting barang di rumahnya. Saat itu, tidak ada satu pun perabot rumah tangganya yang berada dalam kondisi baik. Kakak Chen Chong-guang bersungguh-sungguh mengajaknya menghirup keharuman Dharma dan melakukan daur ulang. Kakak Lin Jian-hong juga bersungguh hati membimbingnya. Dia sendiri juga sangat tekun dan bersemangat,” kata Guo Bi-e relawan Tzu Chi.

“Perubahan yang paling mencolok ialah obat yang dikonsumsinya. Kini, dia hanya perlu mengonsumsi dua butir obat psikiatri dan sebutir vitamin B12. Dia mengatakan bahwa menghirup keharuman Dharma telah membantu melenyapkan kegelapan batinnya,” pungkas Guo Bi-e.

Jika bisa tersadarkan dari pikiran yang menyimpang, kita hendaknya sungguh-sungguh menyimpan benih kesadaran ini di dalam hati dan menabur benih kebajikan di ladang batin sendiri. Setiap orang memiliki ladang batin sendiri. Ingatlah untuk lebih tekun menggarap ladang batin sendiri. Berhubung memiliki ladang dan benih sendiri, kita hendaknya menabur benih sendiri. Makin banyak yang ditabur, makin banyak pula yang dituai. Kita juga harus menjalin jodoh baik secara luas.

Setelah mendalami Dharma atau Kata Renungan Jing Si, kita hendaknya menggenggam kesempatan untuk berbuat baik. Sulit untuk terlahir sebagai manusia dan memiliki jalinan jodoh untuk berbuat baik. Karena itu, kita hendaknya menggenggam jalinan jodoh. Janganlah kita menyia-nyiakannya.

Sebutir benih dapat menghasilkan benih yang tak terhingga. Selain membawa manfaat bagi diri sendiri, kita juga dapat membawa manfaat bagi orang lain. Jadi, sebutir benih dapat menghasilkan benih yang tak terhingga. Inilah berkah yang kita ciptakan dengan menyebarkan Dharma. Karena itulah, dikatakan bahwa menyebarkan Dharma dapat membawa manfaat bagi semua makhluk.

Kita telah mempelajari ajaran Buddha yang merupakan kebenaran sejati. Ajaran Buddha sangatlah mendalam. Sesungguhnya, apakah yang diajarkan oleh Buddha? Buddha mengajarkan tentang jalan menuju kesadaran. Untuk tersadarkan atau tercerahkan, kita harus melakukan praktik nyata di Jalan Bodhisatwa. Menapaki Jalan Bodhisatwa tidaklah mudah karena ini membutuhkan waktu. Waktu ini menentukan seberapa jauh kita bisa berjalan.

Asalkan ada banyak waktu dan kita melangkah dengan tekun dan mantap, kita dapat menempuh perjalanan yang sangat jauh. Dengan menempuh perjalanan yang jauh di Jalan Bodhisatwa, kita dapat menciptakan kondisi batin yang indah. Jika bisa merapikan ladang batin kita, kita dapat memperluas ladang berkah kita.

Pada saat yang sama, kita juga menabur benih pohon. Benih pohon apakah yang kita tabur? Kita bisa memilihnya sendiri. Jika menabur benih Bodhi, kita akan tercerahkan. Setelah menabur benih, kita harus tekun menyiram dan merawatnya agar bertumbuh besar. Saat benih Bodhi bertumbuh menjadi pohon besar, ia akan berbunga dan menghasilkan benih setiap tahun. Semua ini bergantung pada diri sendiri.

Jika kalian telah melatih diri dan menyadari bahwa kalian memiliki ladang batin yang luas yang dapat digunakan untuk menanam pohon Bodhi, tetapi kalian malas dan tidak menggenggam waktu yang ada, seiring berlalunya waktu, ladang batin kalian akan dipenuhi rumput liar. Jika demikian, kehidupan kalian akan penuh noda batin. Jika kita enggan berusaha, tetapi ingin memperoleh pencapaian, berarti ladang batin kita dipenuhi rumput liar.

Setelah mendengar Dharma, kita hendaknya segera menggarap ladang batin kita yang luas, mencabut rerumputan, dan senantiasa menabur benih Bodhi. Dengan bekerja keras setiap musim, kita akan memperoleh hasil panen setiap musim. Karena itulah, saya berkata bahwa kalian harus menyerap ajaran saya ke dalam hati. Ajaran saya terdengar sederhana, tetapi maknanya sangatlah mendalam. Kalian harus bersungguh hati mendalaminya.

Kita hendaknya menabur benih setiap musim agar bisa memperoleh hasil panen setiap musim. Saat melakukannya, kita juga menjalin jodoh baik dengan orang lain. Kita akan tersadarkan atau tersesat di kehidupan mendatang, itu bergantung pada benih yang ditabur di ladang batin kita. Saat ingin menanam pohon, kita harus bersungguh-sungguh memilih benih pohon yang akan kita tanam. Saya menyarankan kalian untuk memilih pohon Bodhi.

Sifat hakiki setiap orang adalah bajik. Dengan hati yang murni seperti anak kecil, kalian mendengarkan ceramah saya. Kalian harus tekun menapaki jalan kebenaran, yaitu jalan yang berada di tengah ini. Apakah jalan yang kalian pelajari ini? Jalan Bodhisatwa. Kalian harus tekun melatih diri di Jalan Bodhisatwa. Dengan demikian, saat menoleh, kalian akan menyadari bahwa kalian telah membentangkan sebuah jalan yang lapang dan rata.

Deretan pohon Bodhi tumbuh subur di kedua sisi jalan yang rata ini. Demikianlah kita membimbing orang-orang. Kita bukan hanya menikmati santapan spiritual yang berlimpah sendiri, tetapi juga membimbing orang menapaki Jalan Bodhisatwa. Untuk membimbing orang, kita harus melihat kebenaran terlebih dahulu. Jika kita tidak melihat kebenaran dan tidak tahu mana jalan yang harus ditempuh, bagaimana kita bisa membimbing orang lain?

“Dalam kamus Shuowen Jiezi, dikatakan bahwa ‘belajar’ adalah ‘sadar’. Dalam hieroglif, aksara ‘belajar’ terdiri atas empat bagian. Gabungan bagian kiri dan kanan atas membentuk aksara ‘ju’ yang berarti dua tangan, sedangkan tanda silang di tengahnya melambangkan bilah bambu. Bagian bawahnya terdiri atas dua bagian yang berarti ruang kelas dan anak-anak. Apakah artinya? Guru secara langsung memberikan pelajaran kepada anak-anak. Saat Master menjelaskan tentang ‘belajar’ dan ‘sadar’, saya merasa bahwa itu sangat dalam dan menyeluruh. Sesungguhnya, dalam kamus Shuowen Jiezi, ‘belajar’ adalah ‘sadar’,” kata Zhang Qiu-gui relawan Tzu Chi.

“Sadar” berarti melihat kebenaran. Sebelum melihat kebenaran, kita harus tekun belajar dengan hati anak-anak. Kita telah memulai langkah di Jalan Bodhisatwa. Kini, saat menoleh, kita bisa melihat bahwa Jalan Bodhisatwa ini sangatlah rata. Kita telah menapakinya. Di Jalan Bodhisatwa, kita harus bersumbangsih secara nyata. Sepanjang hidup kita, pikiran kita tidak boleh menyimpang. Dengan demikian, kita bisa senantiasa menapaki Jalan Bodhisatwa dan kembali pada hakikat sejati yang murni. Saya mendoakan kalian semua.

Kini, jalan yang kalian tapaki adalah Jalan Bodhisatwa. Dengan terus menapaki jalan ini tanpa menyimpang, kalian bisa menciptakan berkah bagi masyarakat dan mengembangkan kebijaksanaan diri sendiri. Binalah berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Saya mendoakan kalian.

Menggarap ladang batin sendiri dan menabur benih kebajikan
Tekun dan bersemangat mencabut rumput liar di ladang batin
Membentuk hutan Bodhi dan membentangkan jalan yang lapang
Mencerahkan diri sendiri dan orang lain dengan langkah yang mantap