“Tzu Chi memasuki area penyaluran bantuan bencana dengan sangat cepat. Para relawan juga bisa membagi diri ke dalam 15 kelompok. Ini membuat saya sangat terkejut. Mobilitas kalian sungguh sangat tinggi,” kata Chen Wei-zhong Teknisi keamanan siber pusat tanggap darurat bencana Kaohsiung.

“Tanggung jawab utama saya adalah pencegahan bencana. Efisiensi kalian sangat tinggi. Dalam sekejap, kalian langsung berkumpul. Yang paling menyentuh ialah kalian memadukan welas asih dan teknologi. Kalian menjaga privasi para korban bencana dan menghormati mereka saat menyalurkan bantuan. Kalian patut kami jadikan teladan,” kata Yang Xiao-yan Kepala administrasi wamil dan pencegahan bencana Balai Distrik Xinxing, Kaohsiung.

Saya sangat bersyukur setiap instansi di Taiwan dan orang-orang di seluruh dunia sangat memperhatikan Hualien yang diguncang gempa pada tanggal 3 April. Setelah gempa terjadi, saya langsung keluar pada sore itu. Saat duduk di dalam mobil yang tengah berjalan, saya sungguh-sungguh melihat kondisi di sepanjang jalan. Dari lubuk hati saya, saya sangat bersyukur. Saya bersyukur semuanya aman dan selamat.

Saya melakukan perjalanan dari Griya Jing Si hingga tempat insan Tzu Chi berkumpul untuk membagikan dana bantuan darurat. Orang-orang yang keluar dengan tergesa-gesa tanpa membawa uang mungkin membutuhkannya. Selain berarti bencana, dalam ajaran Buddha, “jie” juga berarti waktu. Bencana kali ini termasuk bencana besar. Namun, kita telah melaluinya dengan selamat. Saya sungguh sangat bersyukur.

Kita juga harus memperhatikan keluarga yang mengalami kesulitan hidup. Saya berkata kepada insan Tzu Chi bahwa kita harus melakukan survei. Sedikit dana bantuan yang kita berikan hanya untuk kebutuhan darurat mereka. Jika ada yang mengalami kesulitan hidup, kita hendaknya menjadikan mereka penerima bantuan jangka panjang kita. Jadi, setelah memberikan dana bantuan darurat, kita juga harus memasukkan warga kurang mampu atau lansia ke dalam daftar penerima bantuan jangka panjang kita.

Terlebih lagi, ada sebagian warga lansia yang tidak memiliki tempat tinggal; ada yang memiliki kerabat, tetapi tidak mampu membayar biaya kontrakan; ada pula yang tinggal bersama anak kecil yang merupakan satu-satunya harapan mereka. Singkat kata, insan Tzu Chi telah menjalankan misi amal selama lebih dari 50 tahun, hampir 60 tahun.

Tzu Chi berawal dari praktik celengan bambu. Akumulasi sedikit demi sedikit donasi dari banyak orang telah digunakan untuk menolong orang-orang yang kekurangan atau dilanda bencana. Praktik celengan bambu terus dijalankan tanpa henti. Kini, di negara mana pun bencana terjadi, kita dapat menyalurkan bantuan ke sana.

Selama puluhan tahun ini, ada banyak anak insan Tzu Chi yang pergi ke luar negeri untuk menuntut ilmu atau meniti karier. Di mana pun mereka tinggal, cinta kasih Tzu Chi akan diteruskan di sana. Saya sering berkata bahwa kita telah menabur benih kebajikan di seluruh dunia. Ini berkat sumbangsih insan Tzu Chi selama ini yang dilandasi cinta kasih yang tulus. Tentu saja, ini juga berkat para reporter yang terus menyiarkan kebaikan.

Taiwan pernah beberapa kali dilanda bencana, yakni Topan Morakot, Gempa 921, dan berbagai bencana lainnya. Setiap orang selalu segera bergerak untuk membantu. Berhubung insan Tzu Chi terdapat di setiap wilayah, di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi selalu segera bermunculan. Karena itulah, saya selalu mengucap syukur.

Kita tidak memandang perbedaan agama. Semua agama mengajarkan jalan kebenaran dan cinta kasih, baik istilahnya kasih, welas asih, maupun rahmat. Dalam agama Buddha, kita menyebutnya welas asih. Saat makhluk lain menderita, kita merasa tidak tega. Asalkan ada makhluk yang menderita, kita akan merasa tidak sampai hati dan segera bergerak untuk memberikan pertolongan. Ada banyak hal yang membuat saya dipenuhi rasa syukur.

Taiwan sungguh merupakan sebuah pulau yang damai. Setiap orang dipenuhi cinta kasih. Ada sebagian anggota Tzu Cheng kita yang juga merupakan komisaris kehormatan. Mereka bersumbangsih dengan uang dan tenaga. Para anggota komite kita merupakan Bodhisatwa dunia. Mereka selalu mengasihi orang-orang dengan cinta kasih seorang ibu.

Lihatlah, orang-orang yang dilanda bencana sangat menderita. Kita bisa melihat saat insan Tzu Chi merangkul mereka, mereka akan menangis dan bersandar di bahu insan Tzu Chi. Pada saat seperti itu, insan Tzu Chi harus sangat tenang. Adakalanya, mereka menangis hingga bahu insan Tzu Chi penuh dengan lendir dan air mata. Meski demikian, para relawan kita tetap membiarkan mereka melampiaskan emosi mereka. Para relawan kita merangkul dan menepuk mereka serta mendengar mereka mencurahkan isi hati mereka. Karena itulah, saya berkata bahwa insan Tzu Chi adalah Bodhisatwa dunia.

Tzu Chi telah berdiri hampir 60 tahun, tepatnya 58 tahun lebih. Sepanjang perjalanan ini, para relawan kita selalu berkata bahwa mereka akan bersumbangsih hingga napas terakhir. Setiap hari, saya mendengar para insan Tzu Chi berikrar di hadapan saya untuk bersumbangsih hingga napas terakhir dari kehidupan ke kehidupan. Benar, kita bukan hanya berikrar untuk kehidupan sekarang, melainkan untuk berbagai kehidupan mendatang.

Kita berharap memiliki jalinan jodoh baik untuk menjalankan Tzu Chi hingga napas terakhir. Inilah yang kita lakukan. Insan Tzu Chi di seluruh dunia mengerahkan cinta kasih mereka di negara tempat tinggal masing-masing. Untuk itu, saya senantiasa mengucap syukur. Di negara yang berbeda-beda, para relawan kita juga menggalakkan praktik celengan bambu. Para relawan kita juga mengumpulkan isi celengan bambu orang-orang untuk menolong orang yang menderita.

“Kita hanya perlu bersungguh hati membagikan metode ini kepada orang-orang. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Bagi orang-orang yang membutuhkan, ini akan menjadi bantuan yang sangat berarti,” kata Raymond Jala Wali Kota Loboc.

“Saya memahami bahwa Tzu Chi telah menolong orang-orang yang membutuhkan dalam jangka panjang. Saat Taiwan diguncang gempa, Tzu Chi tetap membantu kami. Karena itu, kini kami juga bersedia menolong orang-orang yang membutuhkan,” kata Arsenia Torreon Donatur Tzu Chi.

Intinya, mari kita menghimpun cinta kasih dan kebajikan orang-orang. Apa pun agama yang dianut, asalkan memiliki cinta kasih, semua orang bisa bekerja sama dengan harmonis. Ini disebut berkah. Berkah dapat menghalau bencana. Jika ada banyak orang di dunia yang menciptakan berkah, dunia akan damai dan tenteram. Karena itulah, saya selalu mengimbau orang-orang untuk mengerahkan kekuatan cinta kasih.

Bodhisatwa muncul untuk memberi pertolongan kala mendengar suara penderitaan
Memberikan penghiburan dan bantuan serta menenteramkan hati orang-orang
Menabur benih kebajikan dengan welas asih dan kebijaksanaan
Menciptakan berkah dan lingkaran cinta kasih untuk menghalau bencana