“Fungsionaris lokal juga kembali ke Taiwan. Mereka berempat masih sangat muda. Di antara mereka, ada dua orang yang juga menjalani pelantikan kali ini,” kata Yuan Ya-qi relawan Tzu Chi Afrika Selatan.
“Saya berasal dari Malaysia dan kini bersumbangsih di Eswatini, Afrika. Hari ini, saya sangat bersyukur memiliki kesempatan untuk berbagi pengalaman di sini. Ada tujuh relawan lokal Eswatini yang menjalani pelantikan tahun ini. Di antara mereka, ada tiga orang yang semula merupakan penerima beasiswa,” kata Li Hou-yu relawan Tzu Chi Eswatini.
“Ada 18 relawan yang telah dilantik yang kembali ke kampung halaman batin. Dari yang muda, paruh baya, hingga tua dengan rentang usia dari 25 hingga 70 tahun, semuanya merupakan relawan yang telah dilantik,” kata Denise Tsai relawan Tzu Chi Mozambik.
“Saya ingin melaporkan kepada Master bahwa kali ini, ada 10 relawan lokal dari Zimbabwe yang kembali ke sini. Sembilan relawan menjalani pelantikan dan satu relawan senior mendampingi mereka. Bisa kembali ke sini, mereka sangat sukacita. Kini, di hadapan Master, mereka ingin memperagakan isyarat tangan ‘Cinta dan Damai’,” kata Tino Chu relawan Tzu Chi Zimbabwe.
Saya sangat bersyukur. Tentu saja, saya bersyukur kepada para relawan di Afrika. Para relawan Tionghoa ini memiliki jalinan jodoh yang sangat baik. Selain mengembangkan bisnis di Afrika, yang paling penting dan bernilai ialah mereka bersumbangsih sebagai relawan Tzu Chi dan menabur benih cinta kasih di sana.
Hari ini, kita telah melihat selama bertahun-tahun ini, bagaimana para insan Tzu Chi selangkah demi selangkah membawa manfaat bagi warga setempat dengan kesungguhan hati dan cinta kasih tanpa pamrih yang tulus.
“Saat mengadakan kamp, peserta kamp juga mengunjungi lokasi pameran kita. Relawan yang duduk di samping saya ini, Nothando, melihat foto neneknya dalam pameran tersebut. Neneknya adalah relawan senior kita, Ci Bi. Saat neneknya bergabung dengan Tzu Chi, Nothando baru berusia satu tahun. Jadi, sejak kecil dia merasa heran mengapa neneknya pergi dengan mengenakan seragam dan pulang larut malam setiap hari,” kata Yuan Ya-qi relawan Tzu Chi Afrika Selatan.
“Dia tidak tahu apa yang dilakukan neneknya di luar. Hingga menjadi penerima beasiswa Tzu Chi, dia baru memahami apa yang dilakukan oleh neneknya. Meski baru dilantik, Nothando merupakan salah satu fungsionaris muda dalam kunjungan kasih lintas negara,” pungkas Yuan Ya-qi.
“Semangat nenek saya telah diturunkan pada saya. Kini, saya tengah menapaki jalan Tzu Chi yang pernah ditapaki oleh nenek saya. Nenek saya telah lanjut usia dan tidak dapat berjalan. Kini, ikrarnya telah menjadi ikrar saya. Saya akan terus menjalankan misi Tzu Chi,” kata Nothando Cele relawan Tzu Chi Afrika Selatan.
Sejak dia kecil hingga dewasa, silsilah Dharma Jing Si dan kekuatan cinta kasih telah mendampingi dan menginspirasinya. Kita bisa melihat bahwa dia telah dilantik menjadi relawan. Saya yakin bahwa Tzu Chi Afrika akan makin berkembang di masa mendatang karena ada kalian yang bersumbangsih secara nyata.
Kalian juga harus menjalankan misi budaya humanis dan membina relawan dokumentasi yang dapat mendokumentasikan bagaimana kalian mendampingi dan membimbing sesama, mempraktikkan kebajikan, dan bersumbangsih. Meski kekurangan secara materi, para relawan lokal memiliki batin yang sangat kaya dan indah. Kisah mereka patut dicatat sebagai sejarah karena mereka benar-benar mendedikasikan diri. Apa yang dilakukan hari ini akan menjadi sejarah esok hari.
Selama bertahun-tahun ini, para relawan di Afrika telah melakukan banyak hal yang patut dicatat sebagai sejarah. Semua kisah mereka hendaknya dicatat hingga menjadi sebuah buku sejarah yang sangat berharga. Saya sering berkata bahwa para relawan di Afrika merupakan permata yang sangat berharga. Mereka bagaikan butir demi butir mutiara yang memancarkan kecemerlangan dan sangat berharga. Kita hendaknya menyatukan semua mutiara ini.
Saya berharap kita dapat memperbaiki kehidupan warga kurang mampu di sana. Relawan Tino Chu memiliki metode yang sangat bagus. Beliau terjun secara langsung untuk mendampingi warga setempat. Namun, saya tetap ingin menyarankan untuk membina lebih banyak fungsionaris. Jika satu fungsionaris dapat membimbing 10 orang, dengan bertambahnya empat fungsionaris, kita bisa membimbing 40 orang. Jika 40 orang ini masing-masing dapat membimbing 10 orang lagi, jumlah orang yang terbimbing akan sangat banyak. Jadi, kita hendaknya memperluas jangkauan kita dan menghasilkan benih yang tak terhingga.
Kita hendaknya bersungguh-sungguh membina cinta kasih orang-orang. Saya berharap dengan cinta kasih kalian, kalian bisa dengan cepat menginspirasi lebih banyak orang di Afrika. Tujuan kita hanyalah menjalankan tekad dan ikrar kita untuk memperbaiki kehidupan warga kurang mampu di Afrika dan membangkitkan kekayaan batin mereka. Dengan membangkitkan cinta kasih dan kebajikan, mereka akan memiliki batin yang kaya. Dengan hati yang bajik, mereka dapat menabur benih kebajikan dan memperindah negara mereka.
“Saya ingin melaporkan kepada Master tentang Perkebunan Cinta Kasih Tzu Chi di wilayah tengah. Semua ini adalah tanaman yang kami tanam. Saya sangat bersyukur kepada Paulo dan Nanayo yang telah membuat tabel pengelolaan perkebunan. Mereka bahkan bersungguh hati mengatur tiga sif untuk menyiram tanaman dan mencabut rumput. Demikianlah mereka menginspirasi warga komunitas,” kata Denise Tsai relawan Tzu Chi Mozambik.
“Master, kami akan terus menggunakan hasil panen untuk menolong sesama dan menyimpan benih untuk membantu perkebunan lain. Terima kasih, Master. Ajaran Master telah menyucikan hati kami. Terima kasih,” kata Paulo Jose Sambo relawan Tzu Chi Mozambik.
Saya menaruh harapan besar pada kalian. Saya tidak bisa pergi ke sana secara langsung, tetapi saya sangat peduli akan kondisi di sana. Selagi saya masih ada, kalian harus menggenggam waktu untuk menjalankan Tzu Chi di sana. Jika bisa, bantulah warga setempat sesuai kebutuhan dan kondisi mereka. Jika mampu memberikan bantuan, mari kita menjadi penyelamat dalam hidup orang lain.
Banyak di antara kalian yang merupakan istri pengusaha. Denise telah melakukannya dan kalian pun hendaknya bisa melakukannya. Tentu saja, suaminya sangat mendukungnya. Setelah pulang ke sana, kalian juga dapat berbagi dengan suami kalian agar mereka dapat mendukung kalian mencurahkan perhatian di Afrika. Ini disebut mengembangkan nilai kehidupan.
Para relawan Tionghoa kita telah membantu warga kurang mampu di sana. Ini lebih bermakna daripada mengembangkan bisnis. Menjalankan bisnis hanya bermanfaat bagi keluarga sendiri, sedangkan menjalankan misi bermanfaat bagi orang-orang di seluruh dunia. Jadi, kita harus mengembangkan nilai kehidupan kita. Asalkan dapat meneguhkan tekad untuk menghimpun cinta kasih, kalian dapat mendampingi dan membimbing kaum muda setempat untuk mengemban misi Tzu Chi.
“Seluruh murid Jing Si Afrika berikrar untuk mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan.”
Relawan Tzu Chi menyebarkan cinta kasih
Mewariskan silsilah Dharma Jing Si dan menginspirasi relawan baru
Mempraktikkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan
Memperkaya batin warga Afrika