“Master sering mengatakan bahwa hati anak-anak mudah berubah. Namun, saya ingin memberi tahu kepada Master bahwa saya anakmu, senantiasa ada di sini. Meski jalan ini sungguh panjang, saya sungguh bersedia untuk tetap teguh berjalan di jalan ini. Saya juga akan senantiasa berusaha,” kata Deng Ying relawan Tzu Chi.
“Selama proses perjalanan ini, saya sungguh berterima kasih atas pendampingan dari semua relawan yang telah membuat saya belajar tahap demi tahap. Sesungguhnya, saya telah menyadari bahwa anak muda perlu melangkah lebih keras untuk mengikuti relawan senior dan Master. Master, saya telah berikrar bahwa saya akan mendaftar pelatihan Tzu Cheng tahun depan. Saya juga berikrar untuk mengikuti Master dalam memikul bakul beras bagi dunia,” kata Wu Jin-yi relawan dalam pelatihan.
“Meski langkah kami sedikit lambat, kami memiliki hati dan pikiran yang sangat jelas untuk terus berjalan di arah yang benar ini. Master, harap tenanglah. Kami akan menjadi dewasa, mengemban misi Tzu Chi, dan mengajak lebih banyak anak muda untuk bergabung dengan Tzu Chi. Inilah ikrar relawan muda Tzu Chi Taoyuan,” kata Li Jia-wen relawan Tzu Chi.
“Kami akan menginspirasi banyak anak muda dan memiliki tekad yang tak tergoyahkan. Kami bersedia untuk memikul bakul beras bagi dunia dan berjalan bersama Master.”
Saya sangat tersentuh dan berterima kasih karena melihat murid-murid saya memiliki hati yang tidak pernah berubah. Terlebih lagi, di acara Pemberkahan Akhir Tahun setiap tahunnya, relawan yang telah menyelesaikan pelatihan akan berkata kepada saya, “Master, tenang saja. Kami akan memikul bakul beras bagi dunia.” Saat ini, kalian telah siap untuk memikul bakul beras bagi dunia. Jadi, saya selalu merasa tenang.

Saat turun dan berjalan di koridor, saya melihat sekelompok anak kecil berbaris dengan tertib bersama dengan orang dewasa. Mereka memberikan selembar kertas dengan bintang-bintang kecil kepada saya. Mereka mengelilingi saya dan menjelaskan arti bintang-bintang itu.
“Selamat datang, Kakek Guru yang terhormat. Kami ingin memberikan seuntai kalung yang menunjukkan cinta kasih kami yang penuh kepada Kakek Guru. Bintang yang paling besar melambangkan Kakek Guru; bintang besar melambangkan Bodhisatwa senior; bintang sedang melambangkan Bodhisatwa muda; bintang kecil melambangkan Bodhisatwa cilik. Kita semua membentuk lingkaran dan berada di dalam planet minor Tzu Chi,” kata Chen Yu-mei relawan Tzu Chi.
Saya sungguh tersentuh. Sungguh, kita tidak boleh meremehkan anak kecil. Ketika kita memiliki ucapan atau perilaku yang tidak pantas di hadapan mereka, mereka akan melihat, mengingat, dan menirunya. Jadi, diperlukan kebijaksanaan orang tua dalam mendidik anak kecil. Tentu saja, kita berharap mereka dapat ceria selayaknya anak kecil. Namun, kata-kata tetap harus diperhatikan. Intinya, pendidikan sangatlah penting. Pendidikan adalah harapan.
Setelah melihat dan mendengar, saya yakin bahwa kalian sungguh dapat mengemban tanggung jawab pendidikan masyarakat. Hendaklah kalian menciptakan harapan bagi generasi yang lebih muda, termasuk anak-anak. Hendaklah kita berhati-hati dalam setiap tindakan kita. Tentu saja, kita tidak boleh terlalu ketat. Biarkan anak-anak hidup ceria dan bahagia. Intinya, saya berharap bahwa semuanya dapat terus melanjutkan misi.

“Kelas bimbel di Taoyuan telah berjalan selama 12,5 tahun. Saat itu, tim survei amal Tzu Chi, Asosiasi Guru Tzu Chi, tim bahasa asing, dan Tzu Ching berhimpun bersama. Master, tim kami senantiasa bekerja sama dalam kesatuan dan keharmonisan. Semuanya sungguh sepenuh hati. Ada banyak guru senior yang mendampingi kami dari awal hingga sekarang,” kata Wang Jun-hao relawan Tzu Chi.
“Dahulu, saya adalah seorang Tzu Ching di Universitas Keguruan Nasional Changhua. Saat ini, saya bekerja di Sekolah Luar Biasa Taoyuan. Jalinan jodoh saya dengan kelas bimbel bermula ketika saya lulus ujian sertifikasi guru dan memulai pekerjaan di Taoyuan. Saat itu, Guru Jin-yao dari Asosiasi Guru Tzu Chi mengajak saya untuk berkontribusi dan menjadi bagian dalam kelas bimbel ini. Jadi, pada tahun 2013, saya mulai bergabung dalam kelas bimbel,” lanjut Wang Jun-hao.
“Dalam kelas bimbel, selain membantu siswa dalam belajar, kami juga menyiapkan pendidikan budaya humanis Tzu Chi. Setiap pagi, ketika anak-anak tiba di kelas, kami akan menyiapkan tayangan ‘Master Cheng Yen Bercerita’ dan berharap melalui kisah-kisah tersebut, anak-anak dapat meningkatkan karakter mereka, mengelola emosi, dan mengenal lebih banyak tentang Tzu Chi,” pungkas Wang Jun-hao.
Saya senantiasa memberi tahu semuanya untuk menginventarisasi nilai kehidupan. Apa yang baru saja kalian bagikan, semuanya adalah nilai kehidupan. Kalian semua pernah menjadi Tzu Ching dan menerima pendidikan budaya humanis Tzu Chi hingga saat ini ada yang menjadi profesor dan guru. Mengintegrasikan budaya humanis ke dalam pendidikan adalah hal yang sangat mendidik.

Saya berkata kepada kepala sekolah, “Setiap hari, sebelum makan siang, tayangkan cuplikan pendek mengenai kondisi kehidupan orang-orang yang menderita di dunia dan lihat apa yang mereka makan. Ini dapat menumbuhkan rasa empati.” Melihat mereka yang menderita, apa lagi yang harus kita minta? Intinya, hendaklah kita mengendalikan nafsu keinginan.
Saya sering mengatakan bahwa hendaklah kita makan cukup 80 persen kenyang dan menyisihkan 20 persen untuk membantu orang lain. Saat ini, hendaklah kita makan secukupnya. Delapan puluh persen kenyang sudah cukup. Dua puluh persen kita sisihkan untuk membantu orang lain. Intinya, selama memiliki tekad, kita pasti dapat melakukannya.
Sebersit niat baik dapat menghasilkan banyak hal yang tak terbayangkan. Hendaklah semuanya meneruskan misi Tzu Chi dan terus mendidik anak-anak kecil. Saya berharap ini ada dalam pikiran kita semua.