“Dahulu, setelah mengunjungi komunitas kulit hitam, saya baru tahu kondisi di sana. Saat itu, saya tidak berani melaporkannya kepada Master bahwa saya berulang kali mengalami hal seperti ini. Saya melihat peluru dilepaskan di depan mata saya. Warga kulit hitam sering terlibat konflik dengan polisi. Saya tidak tahu dan berkendara ke sana sendirian,” kata Pan Ming-shui, relawan Tzu Chi Afrika Selatan.

“Saat saya meminta polisi untuk mengizinkan saya masuk, mereka berkata, ‘Tidak boleh, ini sangat berbahaya.’ Saya berkata, ‘Tidak apa-apa. Saya harus memasuki kawasan ini. Ada banyak relawan yang menunggu saya untuk menolong orang-orang yang menderita. Tolong izinkan saya masuk’,” ucap Pan Ming-shui.

“Awalnya, saya hanya melakukannya sendirian sehingga risikonya lebih tinggi. Kemudian, jumlah relawan lokal makin banyak sehingga kondisi kami makin aman. Saya sering mengunjungi komunitas kulit hitam. Di komunitas kulit putih pun, orang-orang khawatir akan dirampok. Di komunitas kulit putih yang keamanannya paling baik pun, orang-orang khawatir akan dirampok dan sebagainya,” lanjut Pan Ming-shui.

Pan Ming-shui melanjutkan “Saat mengunjungi kawasan kulit hitam, saya meninggalkan mobil saya begitu saja tanpa menutup jendelanya. Saya mengunjungi rumah demi rumah dengan berjalan kaki untuk mencurahkan perhatian karena kendaraan tidak bisa masuk. Suatu kali, saat kembali ke mobil saya, saya melihat seorang laki-laki berdiri di samping mobil dan dua anak muda berlari menuruni bukit.”

“Saya bertanya mengapa mereka berlari dan dia menjawab, ‘Saya mendengar mereka berkata bahwa hari ini adalah hari keberuntungan mereka karena bisa mendapatkan mobil ini.’ Jadi, mereka ingin membawa kabur mobil saya. Dia lalu berkata pada mereka, ‘Kalian tidak boleh melakukannya. Itu sama saja bermusuhan dengan seluruh komunitas. Kami tidak akan melepaskan kalian.’ Setelah mendengar tentang apa yang telah Tzu Chi lakukan, mereka merasa malu dan langsung pergi. Sungguh, kondisi seperti ini sering terjadi,” pungkas Pan Ming-shui.

Dari Relawan Pan, saya tahu bahwa menjalankan Tzu Chi di Afrika Selatan sangatlah sulit dan berbahaya. Meski demikian, para relawan kita bisa berdiri di sana dan mengajak warga setempat untuk bergabung dengan Tzu Chi.

Saya sering melihat relawan perempuan di sana yang agak gemuk. Mereka juga penuh dengan budaya humanis Tzu Chi. Mendaki bukit sangatlah sulit bagi mereka. Dengan bantuan tongkat, mereka perlahan-lahan naik ke atas. Saat hendak turun, mereka juga sangat bijaksana. Mereka menggunakan lembaran kardus untuk meluncur ke bawah secara perlahan. Mereka sungguh bijaksana.

Bagi mereka, bersumbangsih tidaklah mudah. Kondisi ekonomi mereka tidaklah baik. Yang mereka andalkan hanyalah cinta kasih. Meski kehidupan sendiri juga sangat sulit, tetapi mereka rela membantu orang lain.

Saya juga melihat pemandangan di Lesotho. Para relawan kita berdiri bersama dengan mengenakan pakaian sehari-hari mereka. Lalu, mereka memutar badan mereka dan menjadi mengenakan seragam biru putih. Ini sangat menggemaskan. Kondisi kehidupan mereka benar-benar sangat sulit. Namun, mereka tetap berpuas diri dan bahagia.

Di sana, para relawan kita yang juga merupakan pengusaha dari Taiwan berusaha semaksimal mungkin untuk menolong orang-orang yang menderita. Para relawan kita bersumbangsih dan memberi penghiburan dengan cinta kasih. Kita juga mendapat dukungan dari warga setempat. Kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan Tino Chu yang juga menggali sumur di Zimbabwe. Yang dibutuhkan warga setempat bukan hanya barang kebutuhan sehari-hari. Mereka juga kekurangan air.

Kita sering melihat anak-anak setempat menimba air dengan ember. Meski airnya sangat keruh dan kotor, mereka tetap menaruhnya di atas kepala dan membawanya pulang dengan berjalan kaki puluhan kilometer. Di tempat seperti inilah, Tino Chu dan para relawan lainnya bersungguh hati menggali sumur. Satu sumur dapat menyediakan air bagi warga di beberapa desa di sekitarnya. Jadi, di Zimbabwe, kita terus menggali sumur demi sumur.

Para relawan kita juga menyediakan makanan bagi lebih dari 10 ribu anak setiap hari. Demikianlah kita memasak dan menyediakan makanan gratis. Tzu Chi Taiwan telah dijalankan dengan sangat baik, tetapi ini berkat kerja sama banyak orang. Di Zimbabwe, Tino Chu memulainya seorang diri hingga perlahan-lahan menginspirasi relawan lokal sehingga makin banyak orang yang bergabung. Mereka bukan bersumbangsih dengan uang melainkan bersumbangsih dengan tenaga. Demikianlah kita menginspirasi satu demi satu relawan. Ini sangat melelahkan.

Di Taiwan, orang-orang dapat berhimpun di Kantor Tzu Chi untuk mencari tahu tentang Tzu Chi dan mewujudkan banyak hal bersama. Terlebih lagi, kini kita telah lanjut usia. Di sini, kita dapat belajar kerajinan tangan dan berbagi pengalaman satu sama lain. Berbagi kisah dengan orang lain juga sangat baik. Intinya, kekuatan cinta kasih harus diwariskan.

Video-video diputar di kantor kita agar orang-orang juga dapat mempelajari sejarah masa lalu kita. Apa yang kita lakukan dahulu adalah sejarah kita. Sejarah ini menunjukkan pencapaian kita dari dahulu hingga sekarang. Karena itu, kita hendaknya mengenang masa lalu dan membagikannya kepada anak cucu kita agar mereka dapat mengetahuinya dan terinspirasi untuk meneruskan kebajikan. Saya sangat berharap kebajikan dapat diwariskan dari generasi ke generasi.

Dalam perjalanan saya kali ini, saya juga berangsur-angsur membagikan “warisan keluarga”. Serahkanlah data kalian agar kisah kalian dapat segera disusun. Jika sudah selesai dikerjakan, saya dapat membagikannya kepada orang-orang. Kalian semua bisa melakukannya.

Kalian cukup memberikan data kalian, seperti kondisi keluarga kalian dan bagaimana kalian bersumbangsih di Tzu Chi. Dengan demikian, generasi penerus kalian akan tahu bagaimana kalian menjalankan Tzu Chi dahulu dan bagaimana kondisi Tzu Chi sekarang. Mari kita mewariskan kebajikan dan cinta kasih agung dalam keluarga. Terima kasih, semuanya.

Kita yang hidup aman dan tenteram tahun ini hendaknya selamanya menjalankan dan meneruskan misi Tzu Chi dalam kehidupan kita. Dengan demikian, kekuatan cinta kasih akan tersebar di seluruh dunia hingga selamanya.

Rasa syukur saya tak habis untuk diungkapkan. Saya mendoakan kalian. Semoga kekuatan cinta kasih setiap orang terus berlanjut, dapat menciptakan pahala yang tak terhingga, serta membina berkah dan kebijaksanaan. Terima kasih.

Peduli terhadap orang yang menderita dengan hati penuh cinta kasih dan welas asih
Bersumbangsih dengan berani, tekun, dan bersemangat
Membuka dan membentangkan jalan serta membangkitkan cinta kasih
Mempelajari sejarah Tzu Chi dan mewariskan kebajikan