“Master, Anda tidak mengharapkan apa pun selain para murid menggenggam jalinan jodoh untuk kembali dan menemui Anda. Oleh karena itu, Master, kami pun tidak meminta apa-apa. Kami hanya ingin Master terus memiliki pikiran yang tajam dan penuh dengan semangat agar dapat senantiasa membabarkan Dharma kepada kami. Semoga Master sehat selalu,” kata Li Chen Lu-sha, relawan Tzu Chi.

Selama kalian bersedia, saya akan terus membimbing kalian dari kehidupan ke kehidupan.

“Kami bersedia.”

Ikutlah dengan baik.

Bodhisatwa sekalian, kemampuan saya berbicara sekarang memang tidak seperti dahulu. Saya harus berbicara dengan sekuat tenaga. Hendaknya kalian mendengarkan dengan sepenuh hati. Apakah saya masih ada kesempatan berikutnya? Sangat sulit untuk dipastikan. (Ada.) Inilah ketidakkekalan hidup. Memang, justru karena adanya ketidakkekalan, barulah kehidupan dapat terus berkembang.

Belakangan ini, saya berbicara kepada diri sendiri dengan sikap batin seperti ini. Ketika berpikir tentang ketidakkekalan, saya akan bersungguh-sungguh dalam menjalani hari. Hari ini, melihat para Bodhisatwa kembali, saya teringat akan masa lalu. Dahulu, kalian masih muda; sekarang, semuanya sangat berbeda. Namun, setelah mendengar kisah kalian, saya merasa sangat terhibur.

Kasih sayang Tzu Chi yang kalian berikan tetap sama seperti dahulu. Kasih sayang yang dahulu terjalin terwujud dalam kebersamaan hari ini. Hati saya merasa sangat tenang dan terhibur. Saya percaya bahwa di kehidupan ini dan mendatang, ketika kita bertemu kembali, keakraban itu akan tetap sama. Begitu pula dengan suara yang terdengar, akan tetap terasa dekat di hati.

Saya pun berpikir mungkin di kehidupan lampau, kita sudah seperti ini sehingga di kehidupan ini, ketika saya berbicara, kalian senang mendengarkannya. Oleh karena telah mendengarkan dan menyerapnya ke dalam hati, saat ini, kalian bersedia menjalankan misi Tzu Chi. Kalian pun telah menjadi insan Tzu Chi. Inilah yang disebut dengan jalinan jodoh. Sebelum mencapai kebuddhaan, kita harus menjalin jodoh baik dengan semua orang. Begitulah prinsipnya.

Bodhisatwa sekalian, kita telah menjalin jodoh baik di masa lalu. Di kehidupan sekarang, hendaknya kita meneruskan jalinan jodoh hingga ke masa depan. Kita perlu benar-benar bersungguh hati. Ada pula Bodhisatwa yang selalu berniat melindungi saya, tetapi sayangnya tidak dapat kembali kali ini.

“Dalam setiap baksos kesehatan di California Selatan, beliau tidak pernah absen dan selalu mengerahkan seluruh tenaga. Bukan hanya di California Selatan, baksos kesehatan di Las Vegas dan Phoenix pun selalu beliau ikuti. Pada hari itu, sebelum berangkat, beliau sudah mengalami sesak napas, tetapi tetap bersikeras untuk pergi. Hingga akhirnya, pada siang hari, beliau pingsan. Saat itu, beliau mengenakan seragam relawan yang paling dicintainya. Demikianlah beliau meninggal dunia,” kata Chen Zheng-xiang, relawan Tzu Chi.

“Dua tahun lalu, ketika saya kembali untuk menghadiri laporan tahunan, Master bertanya apakah beliau pernah kembali ke sini. Saya menjawab belum karena beliau memang belum sempat kembali. Namun, saya merasa bahwa seharusnya hari inilah saatnya beliau kembali,” pungkas Chen Zheng-xiang.

Murid saya yang baik telah kembali. Kini, ia bahkan berdiri lebih dekat daripada kalian, ia melekat di sini, di dalam hati saya. Mungkin, sejak kehidupan lampau, kami sudah sangat dekat dan pada kehidupan ini, ia kembali menjalin jodoh baik itu.

Saat ini, ia telah pergi lebih dahulu. Dalam kehidupan ini, meski kami tinggal di negara yang berbeda dan secara fisik terpisah oleh jarak yang jauh, jalinan jodoh itu terasa sangat dekat karena tak berwujud. Ia pergi lebih dahulu untuk membentangkan jalan agar kelak saat saya menyusul, ia dapat menggandeng saya menuju Jalan Tzu Chi dan terus menapaki Jalan Bodhisatwa tanpa henti dari kehidupan ke kehidupan.

Saya percaya bahwa kalian kembali ke sini demi satu tujuan besar, yaitu menemui saya. Entah kalian kebetulan singgah atau datang secara khusus, saya tetap merasa sangat puas. Datang dengan niat khusus tentu terasa lebih hangat. Ini menandakan bahwa jalinan jodoh kita di kehidupan mendatang makin erat. Meneruskan jalinan jodoh Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan adalah kesepakatan kita bersama.

Saya sangat berterima kasih atas ketulusan hati kalian karena bersedia menapaki Jalan Bodhisatwa selamanya. Kata “Tzu Chi” mengandung makna cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Dengan kerelaan hati, kita menggunakan cinta kasih untuk menjangkau semua orang di dunia; dengan ketulusan, kita membuka satu jalan untuk menyelamatkan semua makhluk. Inilah yang disebut dengan “Tzu Chi”.

Saya sangat berharap ketika kembali ke sini, kalian hendaknya selalu ingat. Saat pulang ke tempat masing-masing pun, kalian hendaknya tetap tidak melupakan Tzu Chi. Jika kita sama-sama mengingat Tzu Chi, kita akan lebih mengenal satu sama lain. Oleh karena itu, saya sering mengatakan bahwa sebelum mencapai kebuddhaan, kita harus terlebih dahulu menjalin jodoh baik dengan banyak orang.

Saya sangat berterima kasih atas kekuatan cinta kasih yang kalian kerahkan. Setiap orang memiliki kelebihan dan keistimewaan masing-masing. Seperti Bao-ru, keistimewaannya ialah menyanyikan lagu-lagu Tzu Chi serta menyampaikan ajaran Tzu Chi. Ini juga merupakan cara untuk menginspirasi orang lain.

Saya sangat senang melihat kalian kembali kali ini. Saya berharap semuanya selalu ingat bahwa ketika kalian memikirkan saya, saya selalu hadir. Ketika aksara Tionghoa “rupa” dan “hati” digabung, akan membentuk aksara Tionghoa “berpikir”. Berpikir dan mengenang dengan hati disebut dengan “merenung”.

Aksara Mandarin “merenung” terdiri atas “hati” dan “ladang”. Jadi, kita harus terus menggarap ladang. Ladang itu adalah Tzu Chi. Bagaimana kita menciptakan berkah bagi dunia, berkah itu akan kembali kepada kita. Ladang di dalam hati harus diolah dengan baik. Ingatlah untuk selalu membawa manfaat bagi dunia. Bahkan, satu kalimat baik pun merupakan bentuk dari membawa manfaat bagi dunia.

Bodhisatwa sekalian, hendaknya kalian lebih sering bertutur kata baik. Dengan demikian, setiap kali kalian berbicara, pasti kata-kata baik yang keluar dan setiap langkah yang kalian ambil pun adalah jalan yang baik. Selama hati kalian lurus, arah yang ditempuh benar, dan perbuatan yang dilakukan tepat, berarti kalian tengah menggarap ladang berkah.

Meneladan Buddha berarti belajar untuk menggarap ladang batin, melakukan hal baik, dan membimbing orang-orang ke arah yang baik. Jika dirangkum, sesederhana itu. Namun, metodenya sangatlah banyak. Bodhisatwa sekalian, hendaknya kalian terus mengembangkan kebijaksanaan dan menggunakan banyak metode terampil untuk menginspirasi semua makhluk secara luas.

Memetik pelajaran dari ketidakkekalan dan mempraktikkan kebajikan dengan tekun dan bersemangat
Berpegang teguh pada tekad awal dalam jalinan kasih sayang Tzu Chi
Membentangkan jalan di dunia untuk menginspirasi semua makhluk
Menyebarkan ajaran bajik dan menggarap ladang berkah