“Sejak dulu, saya sering mengeluh dan merasa mengapa nasib saya tidak baik karena saya adalah anak angkat. Namun, setelah bergabung di Tzu Chi, mempelajari ajaran Buddha, dan mendengarkan ceramah Master, saya mengubah sikap pesimistis menjadi welas asih. Saya menjadi sangat berbakti kepada orang tua angkat saya dan sangat berterima kasih kepada mereka,” kata Kakak Chen Yu-jie, relawan Tzu Chi bernomor komite 2052.

“Sekarang, saya dan suami sudah lanjut usia. Suami saya juga kondisi kesehatannya sudah tidak begitu baik. Dia berkata, ‘Ada di usia saat ini, saya ingin lebih dekat dengan Master.’ Oleh karena itu, kami pun datang ke sini. Hal yang terpenting ialah ketiga anak kami semuanya sangat berbakti,” lanjut Kakak Chen Yu-jie.

“Saya berterima kasih karena Master telah membimbing kami untuk melangkah di Jalan Bodhisatwa. Master, izinkan kami untuk mengikuti Anda dari kehidupan ke kehidupan,” pungkas Kakak Chen Yu-jie.

Saya sangat bersukacita memiliki jalinan jodoh dengan kalian dan melihat kalian mendukung saya begitu lama. Suami Anda juga sangat tulus. Saya benar-benar berharap kalian berdua menjaga kesehatan dengan baik. Di Tzu Chi, masih ada banyak hal yang bisa dilakukan. Usia kita sudah lanjut, tetapi kita tetap bisa pergi ke berbagai tempat untuk berbicara tentang Tzu Chi. Jadi, jagalah kesehatan. Dengan tubuh yang sehat, kita bisa menceritakan Tzu Chi kepada banyak orang.

“Di ruang tamu, ada foto ayah saya saat bergabung dengan Barisan Tzu Cheng dan berfoto bersama Master. Sesungguhnya, kondisi mental Ayah saat ini kurang baik dan beliau sering merasa frustrasi. Saya selalu berkata kepadanya, ‘Cobalah ingat apa yang masih dilakukan oleh Master.’ Begitu mendengarnya, semangat Ayah langsung Kembali,” kata Qiu Guo-jun, Putra dari Chen Yu-jie.

“Saya sangat berterima kasih kepada Master. Kami juga sering menonton Da Ai TV dan di akhir ceramah, Master selalu berkata, ‘Hendaknya semuanya bersungguh hati.’ Itulah yang terus Ayah pegang sampai sekarang sehingga beliau sangat bersungguh hati dalam melayani. Kami merasa sangat bersyukur,” pungkas Qiu Guo-jun.

Terima kasih. Saat ini, Anda tetap harus bersungguh hati. Hubungan guru dan murid itu terjalin dari kehidupan ke kehidupan. Mungkin saja, di kehidupan berikutnya, justru Anda yang menjadi guru saya. Apa pun yang terjadi, kita harus terus menjalin ikatan Tzu Chi dari kehidupan ke kehidupan. Saya sangat bersukacita bisa datang ke Taipei dan kalian datang untuk menemui saya. Saya mendoakan kalian semua agar sehat selalu.

Memang, dalam kehidupan ini ada begitu banyak bentuk kondisi. Ada sebagian orang yang menjalani kehidupan dengan sangat bernilai. Jika memiliki kehidupan yang bernilai, kita harus menggenggam waktu dengan baik dan mencatat sejarah. Pertama, inilah cara kita membalas budi orang tua. Orang tua telah memberikan tubuh ini kepada kita. Bagaimana kita membalas budi mereka? Tubuh ini berasal dari ibu dan ayah. Jadi, kita harus membalas budi mereka dengan memanfaatkan tubuh ini untuk berbuat baik bagi dunia. Itulah balasan terbaik untuk orang tua.

Kemudian, kita juga bisa membalas budi luhur guru. Pengetahuan dan tata krama kita datang dari pendidikan. Meski tadi sempat dikatakan bahwa kesempatan untuk bersekolah tidak selalu ada, tetapi berkat jalinan jodoh baik, kalian tetap bisa mengenal huruf, memahami tata krama, dan berbuat baik. Inilah jalinan jodoh yang sangat istimewa. Di kehidupan lampau, kalian telah memupuk pahala dan berkah sehingga di kehidupan ini memiliki jalinan jodoh baik. Hendaknya kalian menggenggam jalinan jodoh ini.

“’Dengan menjaga tekad dan mempraktikkan ajaran, jalan kita akan menjadi sangat lapang.’ Saya senantiasa sepenuh hati menjalankan Tzu Chi. Tahun baru nanti, usia saya sudah 88 tahun. Waktu berlalu begitu cepat. Meski tubuh saya menua, hati saya tidak menua. Saya tetap ingin terus menjalankan Tzu Chi. Walaupun kaki saya sekarang tidak sekuat dulu, saya akan tetap berusaha. Selama ada kegiatan dan ada hal yang perlu dilakukan, saya akan tetap berpartisipasi dengan sungguh-sungguh,” kata Kakak Chen Mei-yue, relawan Tzu Chi bernomor komite 582.

“Saya belajar dengan para guru di Asosiasi Guru Tzu Chi. Dahulu, saya orang yang sangat tertutup, tetapi sekarang, saya bisa pergi ke sekolah-sekolah untuk bercerita kepada anak-anak. Semua ini berkat bimbingan Master yang membuat saya berubah seperti sekarang. Meski saya hanya lulusan sekolah dasar, saya bisa membimbing para guru dan kepala sekolah. Karena menjalankan Tzu Chi, saya bisa mengalami pertumbuhan seperti ini, seakan-akan berkuliah di universitas kehidupan Tzu Chi,” kata Kakak Chen Xue-zi, relawan Tzu Chi bernomor komite 590.

“Saya sangat berterima kasih kepada suami saya. Dalam pelayanan saya di Asosiasi Guru Tzu Chi, kegiatan komunitas, dan acara jamuan teh, semua berjalan lancar berkat dukungan suami saya. Saya sangat berterima kasih kepada suami saya. Saya merasa sangat bersyukur memiliki kesempatan menjalankan Tzu Chi,” pungkas Kakak Chen Xue-zi.

“Istri saya hanya lulusan sekolah dasar, tetapi sekarang ia bisa membimbing para guru dan kepala sekolah. Apa pun berani dia lakukan. Selama ada orang yang mendukungnya, dia akan merasa baik-baik saja. Saya sendiri menjadi pengurus di dalam tim dan para relawan di tim saya juga sangat mendukungnya. Jadi, dia bisa bekerja dengan tenang dan melangkah maju tanpa ragu,” kata Kakak Jian Wen-ji, relawan Tzu Chi bernomor komite 590.

Keluarga yang penuh kebahagiaan adalah keluarga yang dipenuhi berkah. Saya mendoakan kalian. Lanjutkanlah dengan baik dan teruslah mendukungnya. Janganlah kita menyia-nyiakan waktu dalam hidup. Saya berharap di kehidupan sekarang, masing-masing dari kalian dapat meninggalkan sejarah yang bernilai. Semuanya harus menjaga kesehatan tubuh dengan baik.

Selama ada kegiatan Tzu Chi dan tubuh masih sehat, setiap kelompok hendaknya saling peduli dan saling menyemangati. Dengan begitu, kita akan memiliki banyak kisah yang dapat dicatat. Kita bisa menyemangati anak muda untuk menuliskan kisah kita. Dengan begitu, mereka akan tahu bahwa sejak muda, anggota komite Tzu Chi telah menempuh banyak kesulitan dan tetap bersungguh hati untuk menjalankan Tzu Chi. Mereka pun akan terdorong untuk mendedikasikan diri. Singkat kata, inilah yang disebut dengan membimbing orang lain.

Ketika ada jalinan jodoh, kita dapat menginspirasi orang lain. Dengan begitu, semua orang di dunia akan tahu bahwa ada orang-orang baik yang terus berbuat baik. Begitulah hadirnya Bodhisatwa sejati di dunia. Enam puluh tahun yang lalu, saya sudah berkata bahwa jangan pernah kita meremehkan sedikit kebaikan. Ingatlah kisah praktik 50 sen. Saat ingin memulai Tzu Chi, saya tidak memiliki apa pun. Saya hanya bisa meminjam kekuatan semua orang.

Pada masa itu, kehidupan masyarakat tidak mudah. Namun, saya ingin semua orang menjalankan Tzu Chi dengan sukacita dan tanpa terbebani. Jadi, saya meminta setiap orang menyisihkan sedikit uang untuk dikumpulkan. Semua orang akan berpikir, “Saya bisa mendonasikan sedikit uang saya. Dengan begitu, saya sudah ikut berbuat baik.” Dari jalinan jodoh ini, sedikit demi sedikit terkumpul menjadi banyak.

Pembeli sayur menyisihkan 50 sen; penjual sayur juga menyisihkan 50 sen. Mereka pun menciptakan berkah setiap hari. Dalam proses jual dan beli, semua orang bisa menciptakan berkah. Itulah yang terjadi 50 hingga 60 tahun yang lalu. Tetes demi tetes kebaikan terus diakumulasi. Butiran beras dapat memenuhi bakul dan tetesan air dapat membentuk sungai.

Kalian harus ingat bahwa di bulan pertama Tzu Chi berdiri, saya mengimbau semuanya untuk menyisihkan 50 sen setiap hari. Sekarang, saya kembali mengimbau bahwa berapa pun jumlahnya tidak masalah. Menyisihkan sedikit uang tidak akan memengaruhi kehidupan kita. Dengan tetes demi tetes sumbangsih, kita dapat menciptakan berkah bagi masyarakat.

Mempraktikkan kebajikan dan membalas budi luhur dengan keberanian dan kesehatan
Menggenggam jalinan jodoh untuk memupuk berkah dan pahala
Saling peduli dan saling menyemangati untuk terus menceritakan sejarah
Bodhisatwa menggalang cinta kasih dan menginspirasi semua orang