“Sejak tahun 2009, saya didera penyakit setiap dua tahun sekali. Setiap kali didera penyakit, saya pergi ke hadapan Master untuk menerima doa dari Master. Pertama kali, Master berkata, ‘Kamu sangat beruntung bisa diperhatikan oleh para saudara se-Dharma kita.’ Kedua kali saya pergi ke hadapan Master, Master berkata, ‘Penyakitmu sudah sembuh.’ Namun, pada ketiga kalinya, di lobi RS Tzu Chi Taichung, Master bertanya, ‘Apa yang terjadi padamu?’ Saya berkata, ‘Saya mengidap kanker.’ Master berkata, ‘Ikutilah saran pengobatan dari dokter’,” kata Huang Huai-xuan, relawan Tzu Chi.
“Berulang kali didera penderitaan penyakit membuat saya menyadari bahwa sebab dan kondisi sejak berbagai kehidupan lampau telah matang di kehidupan sekarang. Berkat ajaran Master serta pendampingan dan perhatian para saudara se-Dharma dalam keluarga besar Tzu Chi, saya bisa mengatasi rintangan demi rintangan yang berat,” lanjut Huang Huai-xuan.
“Setelah sembuh, saya bergabung dengan tim pemerhati donor sumsum tulang untuk mendampingi para donor. Pada tahun 2019, saya juga bersumbangsih sebagai Ibu Yi De di Universitas Tzu Chi,” pungkas Huang Huai-xuan.
Kita harus menghargai dan bersyukur kepada waktu. Saat kita tahu untuk menghargai waktu, barulah kita akan menyadari bahwa kehidupan kita bernilai. Belakangan ini, saya terus mengingatkan orang-orang untuk menginventarisasi nilai kehidupan masing-masing. Kita hendaknya senantiasa mengintrospeksi diri. Mungkinkah ada kehidupan yang sempurna tanpa kekurangan? Tidak mungkin.
Setiap hari, selalu ada kekurangan karena adanya kebocoran atau celah. Noda batin juga disebut celah. Kalian sering mendengar ceramah saya. Namun, setiap orang memiliki kegelapan batin sehingga ajaran saya bocor kembali. Setelah mendengar begitu banyak Dharma, bertanyalah pada diri sendiri, “Apakah saya masih diliputi noda batin?”
Saya sering berkata bahwa noda batin juga disebut celah atau kebocoran. Kalian hendaknya mendengar ceramah saya setiap hari. Kalian bukan hanya bisa mendengar ceramah saya saat saya berkunjung. Berkat kemajuan teknologi sekarang, asalkan ada niat, dengan mengetuk layar ponsel saja, kalian bisa mendengar ceramah saya kapan pun kalian mau. Tidak peduli kapan saya memberikan ceramah, kalian tetap bisa mendengarnya dengan mengetuk layar ponsel kalian.
Pagi ini, saya juga mendengar ceramah saya dahulu. Ini berkat kemajuan teknologi sekarang. Ada begitu banyak ajaran Buddha yang dapat kita pelajari sesuai kebutuhan kita, tetapi kita sering kali melupakannya. Kita telah mendengar banyak Dharma. Namun, kita bagaikan ember yang dasarnya bocor. Kita telah menuangkan banyak air ke dalam ember ini, tetapi berapa banyak air yang bisa kita gunakan?
Meski kita terus mendengar Dharma, tetapi saat ingin menggunakannya, tidak ada yang tersisa. Kita jelas-jelas menyerap Dharma setiap hari, tetapi air Dharma ini terus-menerus bocor. Karena itulah, dari kehidupan ke kehidupan, kita terus mencari Dharma. Saya yakin bahwa kehidupan lampau kalian pun demikian. Di kehidupan lampau, saya juga terus mencari Dharma, tetapi yang bocor sangatlah banyak. Di kehidupan sekarang, saya memiliki jalinan jodoh baik untuk meninggalkan keduniawian dan hidup di era yang begitu baik.
Meski termasuk dekat dengan guru saya, saya tidak pernah secara khusus meminta wejangan beliau. Meski demikian, setiap kali berbicara dengan beliau, saya menyerap ajarannya ke dalam hati. Sesungguhnya, berapa banyak ajarannya yang saya peroleh? Saya juga melakukan inventarisasi terkait hal ini. Saya juga selalu menggenggam waktu. Apa yang pertama kali beliau sampaikan pada saya, terus saya jalankan hingga sekarang. Demikianlah saya menggenggam waktu yang ada.
Asalkan menyerap kata-kata guru kita saat pertama kali bertemu dengan beliau, apa yang kita lakukan di kehidupan sekarang tidak akan salah. Demikianlah kita menjadi orang yang patuh kepada guru kita. Asalkan kita menyerap ajaran yang benar, perbuatan kita tidak akan salah. Jadi, kita mendengar sekaligus mempraktikkan Dharma. Inilah praktisi sejati. Meski tidak mengunjungi berbagai ladang pelatihan lain, saya merasa bahwa saya juga merupakan praktisi sejati.
Guru saya hanya berpesan pada saya untuk berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk. Hanya ini pesan beliau dan terus saya jalankan hingga sekarang. Saat itu, saya baru mulai menyelami Dharma. Kini, saya telah menerima Dharma dan terus-menerus mempraktikkannya hingga sekarang. Melihat orang-orang menyerap ajaran saya ke dalam hati, itu menunjukkan bahwa ajaran saya berguna. Jika orang-orang enggan mendengarkan ajaran saya, maka itu tidak ada gunanya.
Saudara sekalian, jika kalian mendukung dan mengasihi saya, saya berharap kalian dapat menyerap ajaran saya. Di kehidupan sekarang, kita telah menjalin jodoh baik. Di kehidupan mendatang, kita dapat kembali meneruskan jalinan jodoh di alam manusia. Ingatlah bahwa kita harus memiliki hati yang luwes. Di luar, kita harus memiliki arah tujuan, di dalam, kita harus memiliki hati yang luwes. Jadi, kita harus memiliki arah tujuan dan hati yang luwes.
Meski memiliki prinsip dan aturan dalam interaksi antarmanusia, kita tetap harus berusaha untuk menyempurnakan kehidupan kita. Inilah yang disebut memiliki hati yang luwes dan arah tujuan. Kita harus bersungguh hati dalam hal ini. Dalam hidup ini, yang terpenting ialah kesehatan. Kita yang memiliki tubuh yang sehat hendaknya bersumbangsih bagi dunia. Mari kita saling menjaga, saling membantu, dan saling mengingatkan.
Saat melihat pementasan adaptasi Sutra, saya sangat sukacita dan bersyukur kepada Ci Yue dan timnya. Semua orang sangat bersungguh hati. Hingga bagian yang sangat detail, semua orang saling mengingatkan sehingga dapat menunjukkan keindahan dan kekompakan. Inilah keindahan dari kekompakan. Lihatlah, ini sungguh mengagumkan.
Pemandangan yang indah ini dapat menyatukan hati semua orang. Selain itu, juga ada Dharma dan melodi. Dengan cara seperti ini, kita melatih diri bersama. Saya sangat tergugah dan sukacita. Hendaklah kalian mempraktikkannya dalam keseharian. Saat mengadakan pelatihan, kalian juga bisa mengambil sepenggal demi sepenggal sebagai materi pelatihan diri. Dengan demikian, Dharma akan selamanya ada di dunia.
Menginventarisasi nilai kehidupan diri sendiri
Mendengar dan mempraktikkan Dharma setiap hari
Menampilkan keindahan dari kekompakan dengan hati yang luwes dan arah tujuan yang jelas
Guru dan murid bersatu hati untuk meneruskan jalinan jodoh baik