Pemikiran Buddha melampaui segala batasan dan semuanya bertujuan menuntun manusia menuju jalan yang benar. Buddha mengajarkan praktik Bodhisatwa agar kita tahu cara bertutur kata yang baik dan melakukan hal baik. Dengan ajaran bajik, kita dapat memutar roda Dharma dan mengubah kejahatan menjadi kebajikan. Saat ini, tugas kita ialah membuat ajaran Buddha tersebar luas dalam berbagai bahasa.

“Saat menerjemahkan kisah orang lain, hati saya ikut tersentuh dan terinspirasi. Mendengar kisah dari anggota tim bedah buku, saya melihat betapa banyak orang yang menderita di dunia ini serta betapa banyaknya bencana alam dan bencana akibat ulah manusia yang membawa penderitaan. Sesungguhnya, hal-hal seperti ini selalu ada di dunia. Namun, lewat kegiatan bedah buku, saya dapat merasakan kebijaksanaan Master dan melihat kekuatan besar yang muncul ketika insan Tzu Chi bergerak Bersama,” kata Wu Jia-lin, relawan Tzu Chi.

“Saya sangat bersyukur karena memiliki kesempatan untuk dapat bersumbangsih. Melalui proses ini, saya banyak belajar tentang penerjemahan lisan ajaran Buddha dan mendapatkan berbagai pengalaman yang sangat berpengaruh bagi kehidupan saya. Ke depannya, saya akan terus tekun dan bersemangat dalam mengembangkan potensi tim bahasa asing agar dapat menyebarkan informasi yang benar ke seluruh dunia,” kata Yang Jia-xin, relawan Tzu Chi.

Pewarisan ajaran Tzu Chi berlaku lintas negara. Apa pun asal negaranya, kita memberikan terjemahan sesuai bahasa mereka sehingga terasa sangat dekat di hati. Ini disebut dengan membimbing semua orang di dunia.

Saat ini, kita memiliki sarana yang sangat baik. Saat kalian berbicara di sini, bukan hanya saya yang bisa mendengarkan. Begitu kita menekan satu tombol untuk memberi kabar kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia, semuanya bisa mendengarkan bersama pada waktu yang sama. Oleh karena itu, saya berkata bahwa inilah penyebaran suara Dharma. Selama menjaga pikiran yang benar, setiap kata yang kalian ucapkan adalah ajaran benar.

Hendaknya kita memanfaatkan teknologi dengan baik untuk menghimpun insan berbakat dan membuat ajaran yang baik tersampaikan secara daring. Tentu saja, insan Tzu Chi harus menyampaikan ajaran Tzu Chi dengan benar dan tidak menyimpang. Kalian harus tahu bahwa kalian dan saya memiliki jalinan jodoh. Mempelajari ajaran Buddha berarti belajar untuk sadar. Tanpa belajar, kita tidak akan sadar. Jika kita belajar dengan mendalam, barulah akan tersadarkan. Namun, dalam proses belajar, selalu ada baik dan buruk.

Di Jalan Bodhisatwa yang kita pelajari, kita mempelajari kasih sayang, yaitu cinta kasih berkesadaran. Itulah Jalan Bodhisatwa. Jadi, yang harus kita pelajari ialah jalan menuju cinta kasih berkesadaran. Orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran adalah Bodhisatwa. Sesungguhnya, di tengah berbagai noda dan ketidaktahuan, benih kesadaran sudah mulai tumbuh. Kita mulai dapat melihat kesadaran hakiki di dalam hati. Inilah yang disebut dengan pembelajaran Tzu Chi.

Ajaran Tzu Chi selalu berlandaskan pada cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Insan Tzu Chi selalu bersumbangsih tanpa pamrih, menumbuhkan welas asih kepada semua makhluk, dan menuntun semua orang ke Jalan Buddha. Melalui kata-kata dan tulisan, kita membantu orang lain melihat jalan kebenaran.

Setiap huruf dan kalimat yang penuh kebajikan dapat menuntun semua makhluk kepada jalan menuju kesadaran, yaitu ajaran Buddha. Dari awal hingga akhir, semuanya berada di dalam proses “belajar” dan “sadar”. Di antara kedua hal ini, ada Jalan Bodhisatwa. Inilah arah yang harus kita tuju.

Belakangan ini, saya sering tersadarkan tentang ketidakkekalan hidup. Kapan waktu saya tiba? Tidak tahu. Kita tidak perlu bertanya kapan, fokuslah pada apa yang ada sekarang. Hendaknya kita bersikap sopan, berbakti pada orang tua, serta menghormati guru dan orang yang lebih tua. Inilah dasar untuk menjadi manusia. Hanya dengan memiliki rasa hormat, barulah kita bisa menjalani hidup dengan sungguh-sungguh.

Kata “sungguh-sungguh” berarti kita harus sadar akan hakikat sejati. Kita perlu mengenali dengan jelas sifat hakiki yang ada di dalam diri. Pada dasarnya, kita memiliki hakikat sejati yang sama dengan Buddha. Hati, Buddha, dan semua makhluk tidak ada perbedaan. Semua ajaran yang disampaikan Buddha bertujuan untuk memberi tahu bahwa kita dan Buddha itu setara karena semua orang memiliki hakikat kebuddhaan. Namun, kita telah tersesat.

Saat ini, kita memiliki jalinan jodoh dan arah yang benar. Ini adalah sesuatu yang luar biasa. Lihatlah, di antara sekian banyak manusia di bumi, berapa banyak yang benar-benar memahami dengan jelas tujuan hidupnya? Banyak ajaran yang baik di dunia, tetapi Tzu Chi secara khusus menekankan tentang cinta kasih berkesadaran. Kita harus belajar untuk memiliki cinta kasih berkesadaran. Untuk belajar menjadi sadar, diperlukan sebuah jalan yang penuh kasih sayang. Kita tidak boleh terpisah dari dunia ini.

Ketika berfokus pada kebajikan di dunia, kita akan tersadarkan. Jika belum melihat kebaikan, berarti kita masih tersesat. Dengan begitu, kita menjadi makhluk awam yang diliputi keburukan. Kita harus berupaya keluar dari kesesatan makhluk awam dan menjadi insan yang penuh cinta kasih berkesadaran. Jika tidak, kita hanya akan menjadi makhluk yang tersesat, bukan makhluk yang berkesadaran. Jadi, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa.

Dalam proses belajar menuju sadar, Jalan Bodhisatwa tidak boleh terputus. Dalam belajar, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa agar bisa melihat hakikat sejati. Dalam Sutra Teratai dikatakan bahwa tempat harta karun sudah dekat. Saat ini, kita masih berada di “kota jelmaan”. “Kota jelmaan” ini hanyalah persinggahan bagi kita yang mungkin merasa lelah dan ingin beristirahat sejenak. Namun, kita sudah diberi tahu agar tidak berhenti karena tempat harta karun sudah dekat.

Jalan Bodhisatwa di dunia sudah kalian tempuh begitu lama. Janganlah menyerah karena jaraknya sudah dekat. Saya juga selalu merasa bahwa tidak lama lagi kita akan tiba pada tempat harta karun, yakni hakikat sejati kita.

Membimbing semua makhluk menuju jalan yang benar
Menyebarkan suara Dharma dan mempelajari Tzu Chi
Menyadari ketidakkekalan hidup dan kesetaraan hakikat sejati
Harta karun makin dekat dengan menapaki Jalan Bodhisatwa