“Saya adalah seorang praktisi murni Griya Jing Si. Saat ini, saya bertugas di bagian Pusat Produksi Konten Program di bawah misi budaya humanis Tzu Chi. Saya merupakan lulusan Program Pascasarjana Studi Agama dan Humaniora Universitas Tzu Chi,” kata, Sun Si Cheng, Praktisi murni Griya Jing Si.
“Hari ini, saya ingin berbagi tentang konsep Master mengenai menyatukan profesi dan misi. Menelusuri sumber dan perjalanan filosofi Master merupakan fokus utama dari tesis saya. Karena kita akan membahas tentang profesi dan misi, saya rasa pertama-tama kita perlu memperjelas definisinya. Pertama, menyatukan profesi dan misi adalah tujuan kita,” pungkas Sun Si Cheng.
“Profesi dan misi pada dasarnya adalah satu kesatuan. Makna dari ‘menyatukan profesi dan misi’ sesungguhnya adalah Jalan Bodhisatwa. Itu semua adalah satu jalan. Tidak ada perbedaan antara profesi dan misi, semuanya menyatu di Jalan Bodhisatwa,” kata Wang Duan-zheng, Ketua badan misi budaya humanis Tzu Chi.
“Jadi, ketika menapaki Jalan Bodhisatwa, kita tidak perlu membedakan antara profesi dan misi. Kita semua berada di Jalan Bodhisatwa untuk mendengar suara penderitaan dan memberikan pertolongan. Di Jalan Bodhisatwa ini, kita memiliki tekad yang sama,” pungkas Wang Duan-zheng.
Saya merasa sangat terhibur melihat anak muda mau mendalami Dharma. Sun Si Cheng sangat sepenuh hati. Dalam menjalankan misi, dia tetap bertekad untuk melatih diri. Jiwa dan raganya tetap mengarah pada sang jalan. Pendidikan yang sejati harus dilakukan dengan sepenuh hati tanpa penyimpangan. Ini bukan demi mengejar keuntungan, melainkan demi kebaikan dunia. Makin luas jangkauan kalian terhadap masyarakat, makin besar pula pengaruh yang diberikan kepada para siswa.
Pendidikan seorang guru menentukan apakah muridnya akan membawa manfaat atau kerugian bagi dunia, menumbuhkan berkah atau malah menambah karma buruk. Semuanya bergantung pada cara guru itu mendidik. Terlebih lagi, dengan misi untuk mengajar, kalian harus memastikan ajaran itu dapat diterima. Hendaknya kalian menggunakan cinta kasih yang tulus untuk membimbing para murid agar mereka memiliki jalan yang sama dengan kalian.
Dalam mendengar dan belajar, kita harus memahami; setelah memahami, kita harus bertindak. Pengetahuan dan tindakan itu harus selaras, barulah pengetahuan yang diperoleh bermanfaat. Dengan belajar dan bertanya, barulah kita bisa memperoleh pengetahuan. Setelah belajar, kita harus mempraktikkannya, baru bisa disebut “menggunakan pengetahuan”. Belajar bukan hanya untuk mengetahui, melainkan agar ilmu dapat diterapkan. Di situlah letak nilai pembelajaran.
Saat ini, teknologi berkembang sangat pesat dan pengetahuan tidak ada batasnya. Hendaknya kita rendah hati dan sadar bahwa pembelajaran tidak akan pernah usai. Banyak hal yang tidak habis untuk dipelajari. Namun, ketekunan kita hari ini akan menjadi bekal untuk masa depan. Teknologi terus berkembang. Saat kita kembali ke dunia di kehidupan mendatang, teknologi akan makin maju dan menakjubkan. Inilah permulaannya.
Seperti yang dikatakan oleh Buddha, saat Beliau mulai membabarkan Dharma, barulah orang-orang mulai mendengarkan Dharma. Saat itulah pikiran manusia mulai bergerak. Proses ini terus berlangsung hingga sekarang. Hendaknya kita terus mencari kebenaran sejati. Terkadang, kita berpikir, “Di usia seperti ini, apa lagi yang saya kejar? Di usia seperti ini, apa lagi yang bisa saya lakukan?” Saya pun sering berpikir seperti ini.
Saat ini, saya menggunakan kesadaran keenam dan ketujuh untuk berpikir. Saat orang lain berbicara, saya menggunakan telinga untuk mendengarkan dengan saksama. Namun, apakah telinga benar-benar mampu mendengar? Telinga hanyalah sebuah organ tubuh. Setelah telinga mendengar suara, saraf kranial kita akan memproses dan menganalisisnya. Namun, proses berpikir ini tidaklah berwujud.
Aksara Tionghoa “berpikir” terdiri atas aksara “ladang” dan “hati”. Sebelum berpikir, kita harus mampu membedakan setiap hal yang terlihat. Misalnya, mata saya melihat mikrofon ini. Ini hanyalah sebuah bentuk yang kita sebut “mikrofon”. Sesungguhnya, apa fungsi dari benda ini? Benda ini berfungsi untuk menangkap suara. Selain itu, juga ada alat untuk mengeluarkan suara yang biasanya digunakan bersama mikrofon.
Selain itu, juga dibutuhkan ruangan dengan rangkaian kabel yang sangat halus. Jika kekurangan satu kabel saja, alat ini tidak akan berfungsi dengan sempurna. Segala sesuatu harus melalui proses untuk bisa berfungsi dengan baik. Lama-kelamaan, alat itu akan menua, rusak, dan akhirnya menjadi sampah yang mencemari Bumi. Kita harus mengumpulkannya kembali untuk didaur ulang.
Setelah melalui beberapa tahapan, barulah barang-barang daur ulang tiba di tangan para relawan pelestarian lingkungan yang sebelumnya merasa tidak ada hal yang bisa dilakukan. Dengan melakukan daur ulang, mereka pun kembali merasa berguna. Itulah pemikiran mereka. Saya merasa bahwa inilah bentuk kebijaksanaan mereka. Mereka membuat hidup menjadi sangat bernilai. Selama kita mau bersungguh hati, hasilnya akan sangat bernilai.
Hari ini, saya sangat senang mendengar tentang analisis tesis kalian dan nilai dari sumbangsih orang-orang. Sedalam apa pun ilmu pengetahuan, jika tidak diterapkan dalam kehidupan, sama saja tidak berguna. Jadi, saya sangat berharap kita dapat memberikan pendidikan yang hidup.
Pendidikan yang hidup dapat mengembangkan nilai kehidupan orang-orang dan membawa manfaat bagi dunia. Di dunia ini, semua bidang profesi hendaknya bersatu. Tidak cukup hanya ada cendekiawan. Tanpa petani, kita tidak bisa makan kenyang; tanpa pedagang, hasil pertanian pun tidak bisa disalurkan ke pasar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, semua bidang perlu terus berkembang.
Hendaknya kita menghormati satu sama lain. Kita harus mengetahui sumber dari segala sesuatu untuk menemukan Dharma. Dengan demikian, kita dapat menginspirasi orang lain dengan Dharma. Sebagai manusia, kita harus saling menghormati dan menghargai barang. Setiap benda juga harus digunakan dengan bijak. Dasar dari segala hal ialah “cinta kasih”. Oleh karena saya mengasihi insan berbakat, maka saya mendirikan sekolah.
Saya bukan hanya tidak tega melihat orang yang kekurangan, lalu mendirikan misi amal, bukan hanya sebatas itu. Saya berharap kekuatan cinta kasih dapat terus tumbuh dan berkembang. Cinta kasih ini bukanlah cinta kasih yang dilandasi oleh nafsu keinginan, melainkan cinta kasih yang tanpa syarat. Semua ini harus ditumbuhkan melalui pendidikan dengan membina insan berbakat.
Menyatukan profesi dan misi di Jalan Bodhisatwa
Mendalami ilmu pengetahuan dan tekun mempraktikkannya
Merenung dengan bijaksana dan memahami kebenaran sejati
Mempraktikkan Dharma yang menakjubkan demi memberi manfaat bagi dunia