“Di 3 Pusat Cuci Darah Tzu Chi, setiap hari kami mengadakan kelas rutin pada waktu yang telah ditentukan. Dalam kelas itu, kami mengadakan doa bersama dan mendengarkan ceramah Master. Kami berharap bahwa dari kegiatan ini, semuanya dapat membina berkah dan kebijaksanaan. Kami juga berharap setiap orang dapat menjadi mitra bajik bagi semua makhluk. Kami ingin agar pusat cuci darah kita menjadi sebuah ladang pelatihan untuk orang-orang membina berkah dan kebijaksanaan,” kata Zhuang Wan-jia, Wakil ketua Tzu Chi Kedah.
“Kami mendorong para pasien yang tidak bisa keluar rumah untuk tetap berbuat bajik setiap hari dan memupuk pahala sedikit demi sedikit. Bukan hanya para pasien yang merespons, para perawat, staf, bahkan keluarga mereka juga turut melakukan penuangan celengan bambu. Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin, empat kali dalam setahun,” pungkas Zhuang Wan-jia.
Saya telah melihat bagaimana kalian datang jauh-jauh dari Malaysia dengan tekad dan ikrar untuk menjalankan praktik Bodhisatwa. Meski berasal dari negara yang berbeda, kita memiliki tekad yang sama. Ini sungguh luar biasa. Kita semua hidup di dunia yang sama, tetapi yang paling berharga ialah kita dapat berperan dalam misi Bodhisatwa dunia.
Menjadi Bodhisatwa dunia berarti bersedia bersumbangsih bagi mereka yang menderita di dunia. Terlebih bagi kalian yang berkecimpung di bidang medis. Baik dokter maupun perawat, kalian selalu berada di sisi orang yang sakit untuk mendampingi dan menghibur mereka. Saat mereka merasakan penderitaan dan kesakitan, dengan penuh cinta kasih, kalian hadir untuk menghibur mereka dengan kelembutan dan kehangatan.
Di dunia ini tidak ada obat mujarab yang dapat membuat seseorang hidup abadi. Setiap orang yang terlahir di dunia ini memiliki usia kehidupan yang terbatas dan jalan hidupnya masing-masing. Baik menganut keyakinan Kristen Protestan, Kristen Katolik, Taoisme, maupun Buddha, hal terpenting di dunia ialah ketulusan. Ketulusan yang sejati adalah hal yang paling mulia dan bernilai dalam kehidupan manusia.
“’Aspirasi Luhur Tzu Chi’ ini memuat cinta kasih dan komitmen para murid kepada Master. Di bagian akhir, Master dapat melihat cap yang kami bubuhkan. Itu adalah cap dari seluruh anggota TIMA dan para relawan Malaysia. Cap ini melambangkan komitmen kami kepada Master,” kata Chen Xiang-ning, relawan Tzu Chi.
“Kami berterima kasih kepada Master atas Aspirasi Luhur Tzu Chi yang dapat kami terapkan dalam misi yang kami jalankan. Kami berjanji untuk menjadikan Aspirasi Luhur Tzu Chi ini sebagai warisan jiwa kebijaksanaan kami. Kami juga berjanji untuk meneruskan silsilah Dharma dari generasi ke generasi,” pungkas Chen Xiang-ning.
Lihatlah gulungan kertas itu, saat dibentangkan, setiap kata dalam Aspirasi Luhur Tzu Chi penuh dengan ketulusan yang menyentuh. Inilah yang paling saya sukai.
Saudara sekalian, hendaknya kita menyebarkan kasih sayang di dunia. Setiap hari, saya selalu mengingatkan untuk memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih agung agar kasih sayang Bodhisatwa dapat terus berlanjut dari kehidupan ke kehidupan. Mari kita membangkitkan tekad dan cinta kasih yang sama untuk mengasihi semua makhluk yang menderita di dunia. Jadi, janganlah kita meremehkan tetes demi tetes cinta kasih. Tanpa tetesan cinta kasih, bagaimana mungkin terwujud cinta kasih agung?
Enam puluh tahun yang lalu, gerakan 50 sen dimulai dari pasar tradisional. Di sana, para pedagang akan bertanya, “Untuk apa Anda menyisihkan 50 sen?” Relawan menjawab, “Jika saya menyisihkan 50 sen setiap harinya, dalam sebulan akan terkumpul 15 dolar NT.” Begitulah tetes demi tetes sumbangsih akan terhimpun dan menjadi banyak bagaikan butiran beras yang memenuhi bakul.
Saya sering membahas tentang Myanmar. Orang-orang yang menerima bantuan beras juga mendengarkan ajaran saya. Setiap kali memasak, mereka menyisihkan sedikit beras. Dalam sebulan, terkumpullah setumpuk kecil beras yang dapat digunakan untuk membantu orang lain. Begitulah cara jumlah yang kecil bisa menjadi besar.
Saat bakul demi bakul beras dikumpulkan, terbentuklah setumpuk besar beras bagaikan gunung kecil yang menjulang. Lihatlah, ketika banyak orang bersatu, kekuatan pun menjadi besar. Selama ada tekad, tetes demi tetes kebaikan yang terkumpul akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Jadi, Bodhisatwa sekalian, hendaknya semangat dan prinsip kebenaran ini terus disebarkan.
Bukan hanya orang kaya yang bisa menolong orang lain. Orang yang kurang mampu pun, bisa jadi sangat kaya secara batin. Selama ada tekad untuk bersumbangsih, itu sudah menunjukkan kekayaan batin. Setiap tetes kebajikan yang terkumpul akan menciptakan berkah yang melimpah. Jadi, akumulasi tetes demi tetes kebajikan bisa mendatangkan berkah yang berlimpah.
Lihatlah roda Dharma yang berputar. Ketika celengan bambu dituang, terdengar bunyi gemerincing yang sangat keras. Keping demi keping uang logam mengeluarkan bunyi gemerincing saat dituang dan membentuk jumlah yang besar. Manusia perlu bergantung dengan manusia lainnya. Sama seperti saya yang ingin menjalankan Tzu Chi juga bergantung pada dukungan banyak orang.
Saya berusaha menjalin jodoh baik secara luas. Berkat jalinan jodoh, kalian pun merespons apa yang ingin saya lakukan. Saya sering berkata bahwa jodoh baik ini bukan baru dijalin di kehidupan sekarang, melainkan telah terjalin dari kehidupan ke kehidupan. Sejak waktu yang sangat lama, saya sudah menjalin jodoh di berbagai negara.
Walau dalam kehidupan ini saya tidak pernah meninggalkan Taiwan, tetapi saya telah menjalin jodoh baik di seluruh dunia. Selama seseorang memiliki jalinan jodoh, ia pasti dapat menerima bantuan dari insan Tzu Chi. Jadi, meski secara fisik saya tidak melangkah keluar, setiap hari saya tetap menciptakan berkah bagi dunia.
Insan Tzu Chi selalu mengasihi saya, mengikuti langkah saya, mendengarkan ajaran saya, dan mendengarkan Dharma setiap hari. Semuanya terus merespons apa yang saya ingin lakukan. Inilah yang disebut dengan jalinan jodoh.
Membangun ikrar bersama yang melampaui gunung dan lautan
Melindungi kehidupan dan melenyapkan penderitaan dunia
Butiran beras memenuhi bakul dan menciptakan berkah yang melimpah
Menghargai jalinan jodoh, mengasihi guru, dan melindungi Dharma