“Saya hanyalah seorang relawan Tzu Chi biasa. Apa yang saya lakukan adalah hal yang semestinya dilakukan setiap relawan. Tidak ada yang istimewa. Saya hanya menjalankan fungsi sebagai sebuah sekrup. Namun, dalam hidup ini, bisa menjadi murid Master dan melangkah di Jalan Tzu Chi merupakan hal yang paling membahagiakan bagi saya,” kata Guo Jia-jiang, relawan Tzu Chi.
“Biasanya, saya sering melakukan survei kasus dan survei bencana. Hanya dengan melakukan survei kasus, barulah kita bisa memahami kondisi sesungguhnya, mengetahui bagaimana cara melenyapkan penderitaan dan membawa kebahagiaan, serta menemukan atau menyarankan solusi yang tepat,” lanjut Guo Jia-jiang.
“Dalam proses melakukan survei kasus dan survei bencana, saya mempelajari banyak hal. Memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang begitu bermakna membuat saya banyak berkembang. Meski usia saya tidak lagi muda, saya akan terus belajar dan mempraktikkan kebajikan sepanjang hidup,” pungkas Guo Jia-jiang.
“Saya masih ingat 30 tahun yang lalu, tepatnya di bulan April, kita mengadakan baksos kesehatan pertama. Kini, pelayanan baksos kesehatan telah berjalan 30 tahun. Selama perjalanan ini, kita telah membantu begitu banyak pasien yang membutuhkan. Saya sangat berterima kasih kepada Master. Tanpa Master yang mendirikan Tzu Chi, kami tidak akan memiliki kesempatan untuk membantu pasien-pasien yang membutuhkan,” kata Ke Xian-zhi, Dokter TIMA.
Memang benar, waktu berlalu begitu cepat. Menurut saya, jalinan kasih sayang saya dengan Filipina sangatlah dalam dan panjang karena sudah lebih dari 30 tahun. Saat itu, ada dr. Qua, Linda Chua, dan James Chien yang masih sangat polos. Begitu melihat Tzu Chi, hati mereka dipenuhi rasa sukacita. Pada masa itu, mungkin belum terpikir misi apa yang ingin dilakukan di Filipina. Mereka hanya datang dengan hati yang bahagia.
Saya ingat bahwa mereka sering datang ke Griya Jing Si. Setiap tanggal 15 bulan 8 Imlek, dr. Qua dan dr. Leh selalu kembali ke sini untuk menikmati keindahan bulan bersama saya. Kami duduk di luar untuk saling berbagi pengalaman dan melihat relawan menari atau bernyanyi. Suasana saat itu terasa sangat bebas dan penuh kebahagiaan. Inilah yang kita lakukan pada tanggal 15 bulan 8 Imlek setiap tahunnya.
Lalu, saya terpikir untuk mengadakan Konferensi Tahunan TIMA pada tanggal 15 bulan 8 Imlek setiap tahunnya. Jadi, Filipina adalah pelopor Konferensi Tahunan TIMA. Karena itu, saya berkata bahwa jalinan kasih sayang kita sangat panjang dan cinta kasih kita sangatlah dalam. Waktu terus berjalan dan tanggung jawab misi kita pun makin banyak.
Melihat baksos kesehatan di Filipina, saya sangat bersyukur dan tersentuh karena kalian melakukannya dengan sangat baik. Hingga kini pun masih terus berjalan dengan sangat baik, bahkan jangkauannya makin luas. Ada banyak pasien yang berasal dari pedesaan, pegunungan, dan daerah yang jauh. Jadi, orang yang membutuhkan bantuan makin banyak.
Saya berharap seluruh anggota TIMA dapat bersatu hati untuk melayani lebih banyak orang lagi. Kita membutuhkan lebih banyak orang yang membangkitkan tekad. Mereka tidak harus memberi secara materi. Yang terpenting ialah mengetahui bahwa ada orang-orang yang membutuhkan bantuan. Kita memerlukan lebih banyak orang untuk menjaga keseimbangan pelayanan ini. Jadi, saya berharap Bodhisatwa sekalian dapat menggalang lebih banyak orang.
Cinta kasih kita telah terjalin begitu lama dan kokoh, tetapi jumlah insan Tzu Chi belum banyak bertambah sehingga beban kerja pun terasa berat. Masa lalu telah berlalu, tetapi rasa terima kasih dan cinta kasih yang tulus ini akan saya ingat selamanya, bukan hanya di kehidupan sekarang. Kini, usia saya sudah lanjut. Hati ini selalu dipenuhi rasa khawatir. Kekhawatiran itu akan selalu ada. Waktu terus berjalan, usia terus bertambah, dan usia kehidupan pun perlahan berkurang.
Setiap hari, dalam kebaktian malam, kita selalu melafalkan kalimat ini, “Seiring berjalannya waktu, usia kehidupan pun berkurang.” Ini bagaikan seekor ikan di dalam akuarium. Ikan itu semula berenang dengan lincah, tetapi airnya perlahan menguap bersama udara. Sedikit demi sedikit, air akan berkurang. Ikan membutuhkan air dan udara yang cukup.
Ketika air terus menyusut, ikan itu akan makin gelisah karena akuarium akan menjadi kering. Ini sama seperti kehidupan manusia. Saya kini juga merasakan hal yang sama. Air di kehidupan saya sekarang pun sudah hampir kering, bagaikan ikan di dalam akuarium yang makin kekurangan udara.
Saya berharap bahwa jumlah insan Tzu Chi bertambah banyak. Bagaimana cara menambah insan Tzu Chi? Kita harus lebih banyak berbuat dan menceritakan tentang Tzu Chi. Ketika kita melakukan hal baik, orang lain akan merasakannya. Ajaran baik di dunia tidak membeda-bedakan agama. Semuanya berlandaskan pada cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Namun, keempatnya perlu dilengkapi dengan kata “agung”, menjadi cinta kasih agung, welas asih agung, sukacita agung, dan keseimbangan batin agung.
Hendaknya kita memiliki hati yang lapang dan cinta kasih yang tanpa batas agar kasih sayang Bodhisatwa dapat berlanjut dari kehidupan ke kehidupan. Jika di kehidupan lampau kita tidak menjalin jodoh, di kehidupan ini kita tak akan saling bertemu. Meski bertemu, kita juga tidak akan membangkitkan rasa sukacita dan bersama-sama berbuat bajik. Namun, terbentuknya jalinan kasih sayang di antara kita menunjukkan bahwa di kehidupan lampau kita telah bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah yang disebut cinta kasih berkesadaran.
Saya tidak perlu banyak berkata-kata, cukup beberapa kalimat saja, kalian pasti sudah bisa memahaminya. Jalan yang kita tempuh ini mengandung prinsip kebenaran. Jalan di dunia ini panjang dan kebenarannya luas. Inilah jalan yang dapat ditapaki semua insan Tzu Chi tanpa memandang perbedaan agama. Yang penting, di dalam hati kita ada cinta kasih.
Saya merasa bersyukur. Tzu Chi sudah ada di Filipina selama lebih dari 30 tahun. Namun, jalinan kasih sayang ini tidak pernah berubah. TIMA Filipina selalu menunjukkan ketulusan yang mendalam. Tahun demi tahun, kalian terus mengadakan baksos kesehatan di desa-desa dan pulau-pulau terpencil. Inilah kasih sayang dari sekelompok insan Tzu Chi yang tidak akan saya lupakan sepanjang hidup.
Cinta kasih dan rasa syukur yang tulus di bawah sinar rembulan
Seribu tangan bersatu untuk mempraktikkan kebajikan
Menolong makhluk yang menderita dengan cinta kasih tanpa batas
Menjaga tekad awal dengan hati yang tak tergoyahkan