“Sesungguhnya, Aula Jing Si kita adalah ladang pelatihan dan sandaran batin masyarakat. Saya bersyukur kepada Kakak Du Jun-yuan yang telah bersumbangsih dengan uang dan tenaga untuk membangun ladang pelatihan Bodhisatwa dunia ini bagi kita semua,” kata Ding Xue-yu, relawan Tzu Chi.
“Master berkata bahwa saat mendengar Dharma, jika ada yang menyentuh hati kita, kita hendaknya segera bertekad dan berikrar. Saya bertekad dan berikrar untuk menjalin jodoh baik dengan setiap orang yang berkunjung ke Aula Jing Si. Selain itu, saya juga bertekad dan berikrar untuk menjadi penyebar Dharma dari kehidupan ke kehidupan,” kata Li Qiu-yue, relawan Tzu Chi.
Ini adalah ikrar yang baik.
“Master membabarkan Dharma di Griya Jing Si dan kami menyebarkan Dharma di komunitas. Dengan meneruskan semangat seperti ini, kami pasti bisa mewariskan Dharma hingga 50 generasi mendatang,” pungkas Li Qiu-yue, relawan Tzu Chi.
Tekad dan ikrar merupakan kekuatan yang sangat besar. Saat kita berikrar dengan tulus, barulah kita bisa memiliki kekuatan. Saat kita membangkitkan ketulusan, para Buddha dan Bodhisatwa akan datang untuk mengamati apakah kita yang masih berada pada tataran awam benar-benar tekun dan bersemangat menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita harus melangkah, baru bisa maju. Perjalanan ribuan mil pun dimulai dari langkah pertama.
Ajaran Buddha dan Jalan Bodhisatwa hendaknya terus dipraktikkan dari kehidupan ke kehidupan. Semua makhluk terus membangkitkan noda batin. Karena itu, perjalanan kita di Jalan Bodhisatwa masih sangat panjang. Kita harus menyebarkan Dharma di dunia ini. Selain itu, kita juga harus benar-benar mengulurkan tangan untuk menggandeng orang melangkah maju. Ini bukan tentang 500 orang yang menginspirasi 500 orang. Kita hendaknya yakin bahwa diri sendiri dapat menginspirasi 500 orang.
Kita harus berikrar untuk menginspirasi seribu tangan dengan kedua tangan kita. Untuk itu, kita harus menjalin jodoh baik dalam keseharian. Jika telah menjalin jodoh baik dengan setiap orang, dengan kata-kata yang sederhana saja, kita sudah bisa menginspirasi orang-orang. Ini membutuhkan ketulusan. Jika kita selalu berbicara dengan tulus dan bertindak dengan jujur, orang lain pasti bisa melihat dan mendengarkan kata-kata kita. Jika mendengarkan kita, mereka pasti akan bergabung dengan kita. Jadi, kita harus memperoleh kepercayaan orang-orang.
Mari kita menghimpun orang-orang untuk menapaki Jalan Bodhi yang lapang. Tzu Chi adalah Jalan Bodhi di era sekarang. Lebih dari 2.500 tahun yang lalu, Buddha berikrar untuk terjun ke tengah masyarakat. Kini, kita pun hendaknya demikian. Kalian selalu berbagi kebenaran dengan setiap orang yang kalian temui. Lihatlah sekelompok demi sekelompok orang yang berkunjung ke Aula Jing Si kita dan mendengar bagaimana kalian menapaki jalan Tzu Chi. Saya yakin bahwa mereka pasti sangat kagum kepada para insan Tzu Chi yang menjalankan praktik Bodhisatwa dengan langkah yang mantap. Demikianlah kalian membimbing orang-orang dengan Dharma.
Dharma kalian berasal dari saya, bagaikan berbagai aliran air yang berasal dari sumber yang sama. Kalian telah meneruskan air Dharma ini. Baik air dari sumur, mata air, maupun sungai, sesungguhnya, sifat semua air sama. Yang kita sebarkan ialah ajaran Tzu Chi. Kini, lebih dari 2.500 tahun setelah masa Buddha, membimbing semua makhluk hanya bisa dilakukan dengan cinta kasih agung yang tidak membeda-bedakan dan welas asih agung yang merasa sepenanggungan. Kita juga berusaha untuk menginspirasi para pengunjung membangkitkan cinta kasih agung seperti ini.
Awalnya, kita mungkin tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka. Namun, berhubung memiliki jalinan jodoh untuk bertemu dengan mereka, kita hendaknya segera menaburkan benih cinta kasih dalam ladang batin mereka. Berhubung mereka telah berkunjung, kita hendaknya segera menggarap ladang batin mereka, menggemburkan tanah, dan menabur benih.
Saya sering berkata bahwa dahulu, saat menanam kacang tanah, kita harus terlebih dahulu menggemburkan tanah. Setelah menggemburkan tanah, barulah kita berjalan di atasnya untuk menabur satu atau dua benih sekaligus. Lalu, kita menutupinya dengan tanah dan menekannya dengan kaki kita. Setiap butir benih kacang tanah yang ditabur harus ditutup dengan tanah dan ditekan dengan kaki agar tidak dimakan oleh burung.
Setelah benih bertunas, kita harus bisa merawatnya dan mencabut rumput-rumput di sekitarnya. Saat kacang tanah yang dihasilkan sudah siap panen, daunnya akan berguguran. Daun-daun yang berguguran memberi tahu kita bahwa kacang tanah di dalam tanah telah siap panen. Kita hendaknya mendedikasikan kehidupan dan tubuh kita. Kini, saya bagaikan kacang tanah yang siap panen. Daun dan akarnya sudah hampir layu. Harapan saya ada pada kacang tanah di dalam tanah.
Bodhisatwa sekalian, kalian harus membangun tekad dan ikrar. Saya berharap setiap polong berisi dua, tiga, atau empat butir kacang tanah. Jika satu polong berisi tiga, empat, atau lima butir, sebatang tanaman bisa menghasilkan banyak kacang tanah. Sebutir benih dapat menghasilkan banyak kacang tanah. Selain untuk memenuhi kebutuhan manusia, hasil panen kacang tanah ini juga bisa kembali dijadikan benih untuk ditanam di masa mendatang. Inilah prinsip kebenaran di dunia.
Saya sering mengimbau kalian untuk menyebarkan Dharma dengan memadukan kondisi alam semesta. Kita harus menyebarkan Dharma sesuai kapasitas setiap pendengarnya. Inilah yang disebut vitalitas. Tumbuhan saja membutuhkan vitalitas, apalagi manusia. Kita harus bersungguh hati dalam hal ini.
Bertekad dan berikrar untuk menyebarkan kebajikan
Menjalin jodoh baik dengan ketulusan mendalam
Memberikan bimbingan sesuai kapasitas pendengarnya
Menabur benih dengan cinta kasih dan welas asih serta menjalankan praktik Bodhisatwa