“Master selalu ingin mencatat sejarah kita. Di usia seperti sekarang pun, kita masih bisa bersumbangsih sebagai relawan dengan bahagia. Hendaknya kita membuat anak cucu kita tahu bagaimana kakek dan nenek mereka berkontribusi bagi masyarakat,” kata Yan Jing Xi, Praktisi murni Griya Jing Si.
“Beberapa tahun yang lalu, saya melihat seorang ibu membawa anaknya yang menderita lumpuh otak. Mereka tinggal di Mingjian, Nantou. Begitu lahir, anak ini sudah divonis dokter bahwa akan seumur hidup terbaring di tempat tidur. Namun, ibu ini berpikir bahwa ia tidak boleh membiarkan anaknya kehilangan kesempatan untuk menjalani rehabilitasi,” kata Huang Jing Li, Praktisi murni Griya Jing Si.
“Saya bertanya kepadanya, ‘Apakah ini membuat Anda mengalami kesulitan ekonomi?’ Ia menjawab, ‘Ya, tentu saja. Saya sepenuh hati mendampingi anak, sedangkan suami bekerja sebagai petani dan terkadang melakukan pekerjaan serabutan. Tekanan hidup memang cukup berat.’ Saya berkata, ‘Baik, saya akan teruskan kepada relawan agar mereka bisa datang ke rumah Anda, apakah boleh?’ Sang ibu pun berterima kasih,” ucap Huang Jing Li.
“Setelah relawan di Nantou melakukan survei, mereka menilai kondisi keluarga itu dan memberikan bantuan hidup. Berkat dukungan tersebut, anak itu bisa terus melanjutkan rehabilitasinya. Tahun lalu, ia berhasil meraih Penghargaan Pendidikan Presiden. Ibunya sangat bersyukur. Tahun ini, ia bahkan menelepon saya dan berkata, ‘Sekarang, anak saya sudah bisa berjalan jika saya menggandeng tangannya.’ Saya merasa sangat bersyukur,” lanjut Huang Jing Li.
Huang Jing Li melanjutkan “Berkat kekuatan cinta kasih semua orang, muncul titik balik dalam hidup mereka. Menurut saya, inilah hal yang sangat penting di rumah sakit, yaitu adanya relawan rumah sakit. Jika semua orang bisa saling membantu, di satu sisi, kita bisa membangkitkan welas asih dalam diri, di sisi lain, dengan kekuatan ini, kita dapat memberikan lebih banyak bantuan kepada mereka yang menderita.”
“Saya pun menyadari bahwa jika jaring Bodhisatwa rapat, ketika orang-orang yang menderita jatuh, kita bisa segera menahan mereka. Jika jaring Bodhisatwa jarang atau tidak rapat, mereka akan langsung terjatuh dan kita tidak bisa menahan mereka. Inilah kesan yang sangat mendalam bagi saya,” pungkas Huang Jing Li.
Saya telah melihat bagaimana para relawan benar-benar terjun ke tengah masyarakat. Setiap kali mendengar kisah yang kalian sampaikan, hati saya selalu dipenuhi rasa syukur. Sepanjang hidup ini, apa nilai kehidupan saya? Hanyalah rasa syukur. Saya bersyukur atas adanya jalinan jodoh yang luar biasa. Jika bukan karena jalinan jodoh baik di Tzu Chi, kita tidak mungkin bisa duduk bersama dan saling berbagi pengalaman di sini. Di tempat ini, semuanya bisa menampilkan nilai kehidupan masing-masing. Ini patut disyukuri.
Relawan selalu bercerita tentang bagaimana mereka mendampingi pasien dengan penuh perhatian dan bagaimana reaksi pasien dengan sangat detail dan terperinci. Namun, ada satu hal yang tidak pernah berubah, yaitu penderitaan. Terlebih, kini banyak lansia yang hidup sebatang kara. Di rumah sakit, kita sering melihat para lansia yang tidak dijenguk oleh anak cucu mereka. Kalian yang bertugas di ruang perawatan seharusnya melihat banyak kasus seperti ini.
Saya merasa bahwa jika memungkinkan, kita bisa lebih banyak mendengarkan kisah hidup para pasien di sana. Jika kita mendengarkan kisah masa lalu mereka dengan baik, kita akan menemukan kebenaran dalam perjalanan hidup mereka. Buddha datang ke dunia dan mengajarkan tentang penderitaan. Kehidupan manusia memang penuh dengan penderitaan karena adanya sebab penderitaan. Penderitaan, sebab penderitaan, lenyapnya penderitaan, dan jalan menuju lenyapnya penderitaan adalah Empat Kebenaran Mulia.
Saat berinteraksi dengan pasien, kita harus melihat penderitaan mereka dengan hati. Dari manakah asal penderitaan itu? Dari sebab penderitaan. Ini disebut penderitaan dan sebab penderitaan. Bagaimana cara melenyapkan penderitaan? Bagaimana cara melenyapkan akumulasi keluh kesah dan kebencian? Ini disebut lenyapnya penderitaan. Melenyapkan penderitaan harus dilakukan dengan prinsip kebenaran. Bagaimana cara kita menasihati pasien melenyapkan noda batin? Banyak pasien yang takut menghadapi kematian. Ini disebut ketakutan.
Saat seseorang jatuh sakit, tetapi tidak ada yang menjenguknya, di dalam hatinya mungkin terakumulasi banyak emosi negatif. Mengapa tidak ada seorang pun yang menjenguknya? Itu tentu terkait dengan rasa benci dan dendam dalam perjalanan hidupnya. Jika dapat membantunya melepas segala dendam dan kebencian di akhir hayatnya, ia tidak akan terbelenggu. Namun, jika masih membawa dendam dan kebencian, jiwanya akan terbelenggu dan sangat menderita.
Dalam meneladan Buddha, kita harus belajar tentang jiwa yang benar. Bagaimana hendaknya kita memandang dunia ini? Kita melihat dan mendengar setiap hari. Setelah itu, jadikanlah sebagai materi pelajaran bagi diri kita sendiri. Kita bisa merenung, “Orang ini memiliki kisah hidup yang mirip dengan saya. Mengapa dia tidak bisa membuka simpul batin itu? Apakah saya juga memiliki simpul batin yang tidak bisa dibuka?” Jika ada, kita harus segera membukanya.
Lingkungan dan pengalaman di rumah sakit bisa menjadi pengingat bagi kita. Sepulang dari bersumbangsih sebagai relawan, hati kita akan merasa sukacita. Saat itu, kita bisa memanfaatkan kesempatan untuk mendekati orang yang berkaitan dengan simpul batin kita dan berkata, “Menjadi relawan di rumah sakit membuat saya bahagia. Simpul batin saya sudah terbuka. Maafkan perbuatan saya beberapa hari yang lalu.” Inilah yang disebut memanfaatkan kondisi luar untuk mengubah kondisi batin kita.
Setelah pulang ke rumah, kita membuka simpul batin antara diri kita dan orang lain dan segera mengubah kondisi batin kita. Sebagai relawan, inilah yang harus kita pelajari. Kita perlu memiliki pengalaman dan pemahaman yang bisa diterapkan dalam kehidupan. Inilah nilai seorang relawan. Insan Tzu Chi hadir untuk bersumbangsih bagi dunia. Saat tidak bersumbangsih sebagai relawan rumah sakit, kalian juga bersumbangsih di masyarakat, baik dalam kegiatan sosial ataupun pelestarian lingkungan.
Kalian pasti sudah tahu tentang pelestarian lingkungan. Berbicara tentang ini, kita harus saling mengingatkan bahwa ini sangatlah bernilai. Saya pernah mengingatkan semuanya untuk menggunakan kedua tangan yang bertepuk untuk melakukan daur ulang. Kini, insan Tzu Chi di seluruh dunia telah menjalankannya. Semangat menggunakan kedua tangan yang bertepuk untuk melakukan daur ulang telah diterapkan oleh insan Tzu Chi di seluruh dunia.
Kita sering berkata bahwa saat ini, kita harus melindungi Bumi. Gerakan pelestarian lingkungan kita telah meningkatkan kesadaran masyarakat di seluruh dunia tentang pentingnya pelestarian lingkungan. Inilah nilai kita sebagai insan Tzu Chi. Terhadap pasien, kita juga harus bersumbangsih dan menyucikan hati mereka. Hati pasien biasanya penuh dengan kekeruhan. Oleh karena itu, ajaran Buddha berbicara tentang pertobatan. Bertobat berarti membasuh.
Setiap hari, hendaknya kita membawa air Dharma untuk membasuh hati pasien. Ini juga disebut menyucikan hati manusia. Saat menjadi relawan rumah sakit, itu berarti kita tengah melakukan pelestarian lingkungan batin. Kita membantu melenyapkan penderitaan batin pasien dengan menyucikan hati mereka.
Membentuk jaringan Bodhisatwa dengan kesatuan dan keharmonisan
Terjun ke tengah masyarakat untuk menginspirasi semua makhluk dan menjalin jodoh baik
Bersumbangsih dengan ketulusan dan menyadari prinsip kebenaran
Basuhan air Dharma membersihkan debu dan menyucikan hati