“Tahun ini, kami berusaha semaksimal mungkin untuk membawa para pengurus dan jajaran manajemen kembali ke Hualien agar bisa lebih dekat dengan Master dan agar Master dapat mengenal mereka,” kata Liu Su-mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
“Desvi adalah tim penerjemah kami. Desvi merupakan alumnus Universitas Tzu Chi dan telah bergabung di Tzu Chi selama 12 tahun. Sebelumnya, dia pernah bekerja di Tzu Chi, lalu melanjutkan kuliah di Universitas Tzu Chi, dan setelah lulus, kembali bekerja di Yayasan. Desvi berada satu tim dengan Hendry yang juga menerjemahkan program ‘Lentera Kehidupan’,” pungkas Liu Su-mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Waktu berlalu begitu cepat. Oleh karena itu, hendaknya kita menggenggam waktu. Hanya waktu yang dapat mewujudkan segala pencapaian.
Lihatlah, anak-anak yang dahulu masih kecil, sekarang sudah tumbuh dewasa. Ada yang melanjutkan sekolah menengah dan ada juga yang melanjutkan kuliah di Tzu Chi. Belakangan ini, saya sering melihat mereka kembali dan memperkenalkan diri dengan berkata, “Saya adalah alumnus Sekolah Tzu Chi dan sekarang mengajar di sebuah sekolah.” Inilah hasil dari akumulasi waktu.
Anak-anak bertumbuh dewasa dan terus membangun kehidupan serta karier mereka. Jadi, hendaknya kita menggenggam waktu. Meski Tzu Chi dikatakan sebagai organisasi Buddhis, sebenarnya Tzu Chi adalah sebuah dunia yang luas.
“Selama 2 tahun terakhir, DAAI TV Medan telah menjangkau Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA). Kami juga mengajak staf DAAI TV Medan untuk mengadakan penyaluran bantuan di TPA guna menumbuhkan semangat misi dalam bekerja. Semangat cinta kasih ini telah diwariskan ke semua staf DAAI TV Medan,” kata Tony Honkley, Manajer Operasional dan Pemasaran DAAI TV Medan.
“Setiap tahun, kami setidaknya mengadakan empat kali kegiatan amal. Selain menumbuhkan empati, kegiatan ini juga memberikan mereka kesempatan untuk berbuat baik,” lanjut Tony Honkley.
“Setiap pagi sebelum mulai bekerja, para staf DAAI TV akan berkumpul bersama untuk menonton program ‘Lentera Kehidupan’. Selain itu, setiap bulan, kami bekerja sama dengan relawan untuk mengadakan kegiatan bedah buku demi menumbuhkan kebijaksanaan. Harapannya ialah setiap orang dapat terinspirasi,” pungkas Tony Honkley.
Saya berharap dunia Tzu Chi dapat tersebar luas di dunia. Dalam hubungan antarmanusia, hal yang paling penting ialah kesatuan hati dan keharmonisan. Kita harus harmonis dan bersatu hati. Selain itu, kita juga harus saling mengasihi dan bergotong royong.
Semua insan Tzu Chi pasti tahu empat hal ini. Empat hal ini terdengar sederhana, tetapi tidak bisa dianggap remeh. Tanpa adanya kesatuan hati, langkah kita akan berlawanan. Tanpa adanya keharmonisan, tidak akan terbentuk kelompok yang indah. Tanpa adanya kesatuan hati dan keharmonisan, tidak akan tercapai keindahan yang tulus. Oleh karena itu, kita harus harmonis. Saya yakin bahwa semua sudah melakukannya.
Seperti pada mulanya, hal yang paling membekas dalam ingatan saya tentang Indonesia ialah Kali Angke. Hanya dengan tidak melupakan masa itu, barulah kita dapat terus tekun dan bersemangat. Selama manusia memiliki hati yang baik dan murni untuk menyatukan kekuatan, dalam waktu yang cepat, Kali Angke berubah menjadi aliran sungai yang jernih dan indah. Lingkungan sekitarnya pun ditata dengan lebih indah. Jangan pernah lupakan tahun itu. Sama halnya dengan kehidupan.
Saat ini, mungkin kita sudah sukses dan hidup berkecukupan, tetapi jangan lupa untuk berbagi. Ingatlah betapa sulitnya kehidupan di masa lalu dan ingatlah bagaimana kerja keras dan kesabaran orang tua kita dalam memikul beban. Semua itu adalah bagian dari kebanggan kita. Kita harus banyak berbagi tentang masa lalu. Jangan takut orang lain tahu bagaimana masa lalu kita. Itu adalah pemikiran yang tidak benar. Hendaknya setiap orang memiliki rasa syukur. Hanya dengan mengingat masa lalu, barulah kita bisa menumbuhkan rasa syukur yang tulus.
Saya sangat mengagumi perkembangan Tzu Chi di Indonesia saat ini. Saya masih ingat, mulanya, ada 3 orang perempuan. Saya sering menyebut mereka “perempuan berbudi baik”. Ketiganya datang ke Hualien. Setelah mendengar saya berbagi dan kembali ke Indonesia, mereka sungguh-sungguh mendedikasikan diri di masyarakat.
Pada masa itu, penyakit TBC masih merajalela, bahkan ada satu desa yang banyak penduduknya tertular penyakit TBC. Hal yang paling menyentuh ialah mereka sendiri yang mengantar obat, bahkan memastikan obat itu diminum langsung. Singkat kata, semuanya tidak boleh masa itu, tidak boleh melupakan orang-orang itu, dan tidak boleh melupakan perjalanan kita sehingga hari ini kita dapat mewujudkan kesatuan yang benar, bajik, dan indah. Kita harus teguh pada hari ini dan tidak melupakan masa lalu. Hendaknya semuanya saling menghargai.
Saya sangat berterima kasih kepada semua Bodhisatwa yang telah kembali ke sini. Saya merasa sangat bahagia dan benar-benar mengetahui bahwa arah Tzu Chi Indonesia tidaklah menyimpang. Saya mendoakan kalian dengan tulus.
“Sepuluh tahun yang lalu saya datang ke Tzu Chi dari sebuah wilayah kecil di dekat Kota Bandung untuk bekerja. Saya memulai perjalanan ini dengan bergabung dengan tim program celengan bambu bersama dua rekan lainnya. Saat ini sebanyak 900.000 celengan telah tersebar ditengah masyarakat. Seiring waktu tim saya pun berkembang dari hanya 3 orang menjadi 8 orang,” kata Andry Zulman, Kepala Departemen External Relation Tzu Chi Indonesia.
“Semangat Tzu Chi tidak dibatasi oleh usia, melainkan berasal dari niat baik dalam hati setiap orang. Saya berharap bahwa usaha yang kami lakukan bisa membuat lebih banyak anak muda memahami Tzu Chi dan ikut bergabung di sini agar semangat Tzu Chi dapat diwariskan dari generasi ke generasi,” kata Suriadi, Direktur Umum Tzu Chi Hospital Indonesia.
“Sejak Tzu Chi Hospital Indonesia resmi beroperasi, selama tiga tahun ini, untuk memperdalam semangat Tzu Chi, seluruh staf rumah sakit akan mengikuti pertemuan pagi setiap hari. Selain mendengarkan ceramah Master, setiap hari ada beberapa staf yang membagikan pengalaman mereka dalam bekerja ataupun kesan mereka setelah ikut dalam kegiatan Tzu Chi. Isi dari yang mereka bagikan sangat menyentuh hati,” pungkas Suriadi.
“Sesungguhnya, seluruh tim di Indonesia selalu bekerja sama dalam kesatuan hati dan keharmonisan. Saya sangat bersyukur memiliki rekan-rekan yang begitu baik. Mereka adalah kekuatan besar Mereka adalah kekuatan besar yang mendukung semua relawan Tzu Chi. Berkat dukungan ini, kami bisa dengan tenang membuat dan menjalankan setiap perencanaan,” kata Liu Su-mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Saya berharap kalian selalu bersatu seperti ini. Lagu ini menggambarkan bahwa kita harus bersama-sama berdoa untuk kedamaian dunia serta berusaha menyingkirkan kegelapan yang ada di dunia. Semoga cahaya cinta kasih akan menerangi seluruh dunia selamanya. Inilah doa saya yang paling tulus.
Cinta kasih merangkul seluruh dunia
Berhimpun dalam ketulusan, kebajikan, dan keindahan
Proyek Kali Angke membangkitkan harapan
Mempertahankan tekad awal dan menuju masa depan