“Sekitar tahun 1991, berdasarkan data statistik dari Kementerian Kesehatan, rata-rata ketersediaan ranjang RS di seluruh Taiwan ialah 30,12 tempat tidur per 10 ribu orang. Namun, di seluruh Chiayi, rata-rata hanya 7,76 tempat tidur per 10 ribu orang. Bahkan, di wilayah utara Chiayi yang termasuk dalam kategori sangat kekurangan fasilitas medis, hanya terdapat 84 tempat tidur untuk 180 ribu penduduk atau rata-rata 4,42 tempat tidur per 10 ribu orang,” kata Wang Shou-rong, relawan Tzu Chi.
“Pada tanggal 24 September 1990 di Taipei, Master untuk pertama kalinya menyampaikan secara terbuka visi jangka panjang pembangunan jaringan medis Tzu Chi. Master berharap dapat mendirikan rumah sakit di berbagai daerah terpencil di Taiwan agar pasien memiliki akses pengobatan yang tepat waktu. Berkat welas asih Master, wilayah Chiayi dan Yunlin memiliki RS Tzu Chi Dalin,” pungkas Wang Shou-rong.
Tzu Chi telah berdiri selama hampir 60 tahun. Benih pertama Tzu Chi di Chiayi ialah Shou-rong. Sesungguhnya, Shou-rong adalah generasi ketiga Tzu Chi, sementara generasi pertama dan keduanya berasal dari Taitung. Perjalanannya bermula dari nenek dan orang tuanya. Neneknya adalah sosok yang penuh kasih. Pada masa itu, usianya telah hampir mencapai 80 tahun dan usia itu sudah tergolong sangat panjang. Namun, beliau tetap aktif dalam menjalankan kebajikan.
Ayah Shou-rong adalah seorang kepala sekolah dan ibunya adalah seorang guru. Keduanya sangat taat. Mereka adalah keluarga pertama di Taitung yang bergabung dengan Tzu Chi hingga akhirnya satu keluarga menjadi anggota komite Tzu Chi. Kisah mereka sungguh mengharukan. Di Taitung, mereka mewakili saya menginspirasi banyak orang menjadi insan Tzu Chi. Pada masa itu, keterlibatan insan pendidik dalam Tzu Chi bukanlah hal yang mudah.
Namun, dengan sepenuh hati, mereka mendedikasikan diri untuk menjalankan misi Tzu Chi dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Tidak peduli seberapa terpencil suatu tempat, orang tuanya selalu menjangkau tempat itu. Suami dan istri ini selalu menjalankan misi Tzu Chi. Mereka sangat giat menggalang donatur. Dalam membantu orang yang menderita, mereka tidak pernah ketinggalan, bahkan selalu berada di garis terdepan. Keduanya seperti berlomba dalam melakukan kebajikan.
Nenek pun turut mendukung agar jumlah donatur dari menantu perempuan dan anak laki-lakinya terus bertambah. Bagaimana dia memberikan dukungan? Setiap kali melihat keluarganya ada yang menantikan kelahiran bayi, beliau segera menggalang dana atas nama bayi tersebut. Jika bayi yang lahir ialah laki-laki, maka ia didaftarkan sebagai donatur dari anaknya; jika perempuan, maka menjadi donatur menantu perempuannya. Keluarga ini sangat adil dan penuh cinta kasih.
Pada masa itu, setiap kali pergi ke Taitung, saya selalu menginap di rumah Kepala Sekolah Wang. Suasana rumah mereka begitu harmonis. Tidak ada waktu di mana suara tawa tidak terdengar karena sang nenek sangatlah optimistis. Saat anak laki-laki dan menantunya sedang berdebat, Nenek selalu menjadi penengah yang bijaksana. Dalam keluarga seperti ini, bagaimana mungkin suami istri bisa bertengkar? Semua itu berkat kehadiran Nenek yang menjadikan rumah tangga mereka penuh keharmonisan. Mereka memiliki tekad dan ikrar yang sama, yaitu menapaki Jalan Bodhisatwa. Kehidupan mereka penuh dengan kebahagiaan.
Ketika Shou-rong melanjutkan pendidikan dan meninggalkan Taitung, dia menetap di Chiayi, membangun keluarga serta kariernya di sana. Nenek terus menyemangatinya dan berkata, “Saat kamu di sana, harus tetap menjalankan misi Tzu Chi.” Bahkan, orang tuanya datang ke rumah Shou-rong, menggandeng menantunya dan berkata, “Kamu juga harus menjalankan misi Tzu Chi.” Begitulah keluarga Tzu Chi terus menyebarkan kebajikan. Saya sering berkata bahwa berkah terbesar bagi dunia ialah ketika mewariskan kebajikan di dalam keluarga. Di balik setiap keluarga Tzu Chi, ada begitu banyak kisah hangat dan mengharukan.
Lima puluh hingga enam puluh tahun yang lalu, saya berjalan dari Hualien ke Taitung. Saat itu, keluarga Tzu Chi dan jumlah donatur secara perlahan terus bertambah. Setiap keluarga memiliki kisahnya masing-masing. Ketika saya mengenang masa lalu, semuanya terasa begitu hangat. Saya berharap semuanya dapat mewariskan sejarah perjalanan ini. Keluarga seperti ini adalah wujud nyata dari pendidikan yang sesungguhnya. Jika nilai-nilai ini terus diajarkan dan diwariskan, ini akan menjadi sejarah di masa depan.
“Pada tahun 2018, tekanan rendah pada 23 Agustus menyebabkan banjir besar di Chiayi. Chiayi menjadi salah satu daerah yang terdampak parah. Setelah hujan deras reda, keesokan harinya, 24 Agustus pukul setengah 9 pagi, kami langsung mendirikan pusat koordinasi bencana dan memulai kegiatan untuk mencurahkan perhatian,” kata Wu Han-wen, relawan Tzu Chi.
“Keluarga besar Tzu Chi, termasuk dari Taichung, Nantou, Changhua, dan Yunlin, bersama-sama datang ke Chiayi untuk membawa bantuan. Di seluruh wilayah terdampak, mereka membangun jaringan Bodhisatwa yang erat. Mereka telah melakukan hampir lebih dari 5 ribu kunjungan,” kata Wang Shou-rong, relawan Tzu Chi.
Jaringan Bodhisatwa ini benar-benar tersusun dengan baik. Semua ini terjalin karena adanya jalinan jodoh. Bodhisatwa sekalian, hendaknya kita menggenggam waktu. Kunjungan saya ke sini akan makin berkurang. Saya sendiri tidak berani menjamin apakah saya masih memiliki kesempatan untuk kembali ke sini. (Ada.) Semoga ada kesempatan itu. Namun, begitulah kehidupan.
Hargailah setiap pertemuan. Bukan hanya pertemuan dengan saya yang harus dihargai, melainkan juga pertemuan kita dengan sesama. Kalian semua adalah orang yang baik. Bukan hanya orang baik, kalian adalah Bodhisatwa. Dalam kebersamaan dengan Bodhisatwa, kita sesungguhnya tengah menciptakan berkah. Kita berkumpul bukan untuk membicarakan hal yang tidak bermanfaat, melainkan untuk bertutur kata yang baik. Lewat kata-kata yang baik, kita menyebarkan Dharma dan membimbing orang lain.
Membangun tekad dan ikrar untuk memiliki welas asih Bodhisatwa
Mewariskan kebajikan di dalam keluarga akan memperpanjang berkah
Menghargai jalinan jodoh dan menginspirasi semua makhluk secara luas
Bertutur kata bajik untuk menyebarkan Dharma dan mengubah kondisi hati