“Saya sungguh merasa bahwa perubahan sosial yang begitu cepat menyebabkan banyak keluarga tidak harmonis sehingga banyak anak kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan mereka. Akibatnya, mereka bergaul dengan teman yang salah dan akhirnya menyimpang dalam perilaku. Setelah melalui proses peradilan remaja, mereka dikirim ke Sekolah Menengah Li Zhi,” kata Qiu Li-ru, relawan Tzu Chi.

“Di sana, selain menerima pendidikan formal pada umumnya, mereka juga mempelajari berbagai keterampilan. Berkat jalinan jodoh, relawan Tzu Chi dapat pergi ke sana. Pekerja sosial di wilayah Tengah dan relawan Tzu Chi membentuk tim pemerhati Sekolah Menengah Li Zhi untuk membantu anak-anak memiliki pemahaman dan pikiran yang benar serta berjalan di arah yang benar,” pungkas Qiu Li-ru.

“Paman Bai-rong mengalami atrofi saraf optik yang menyebabkannya kehilangan penglihatan. Dia telah mengalami kebutaan hingga 20-an tahun. Relawan telah mendampinginya selama 10 tahun. Para relawan Tzu Chi khawatir akan risiko Paman Bai-rong terjatuh di rumah sehingga memasang pegangan tangan untuknya. Relawan juga menemukan bahwa dinding rumahnya rusak akibat lembap. Demi kesehatannya, mereka memutuskan untuk mengecat dan merapikan rumahnya,” kata Shi Qiao-xin, relawan Tzu Chi.

“Meski memiliki keterbatasan, Paman Bai-rong tetap mandiri dan tegar serta berusaha membawa manfaat bagi masyarakat. Selama 16 tahun, beliau telah menjadi donatur Tzu Chi dan bahkan sebelum itu, beliau telah menyumbang untuk lima panti asuhan. Hingga hari ini, telah lebih dari 20 tahun,” pungkas Shi Qiao-xin.

Apakah hidup Anda nyaman?

“Ya,” jawab Xie Bai-rong, penerima bantuan Tzu Chi.

Baik.

Relawan telah membantu Anda melakukan banyak hal, terutama memasang pegangan tangan.

“Saya merasa sangat bagus dan sangat aman,” kata Xie Bai-rong.

Baik.

Anda harus menjaga diri sendiri. Semuanya pasti memedulikan Anda. Tenanglah.

Mendengar hal ini, saya merasa sangat bahagia. Saya berterima kasih kepada semuanya dan memuji kebaikan kalian. Melihat rumah ini, saya merasakan kehangatan yang sangat dalam. Saya paling senang mendengar insan Tzu Chi berbicara karena dalam hati setiap orang tersimpan kisah-kisah penuh kehangatan. Di balik kisah yang menghangatkan hati, ada pula banyak penderitaan. Namun, penderitaan memang bagian dari kehidupan.

Dunia ini penuh dengan penderitaan yang disebabkan oleh ketidakpuasan. Ketika merasa puas, manusia akan menemukan kebahagiaan. Ketika kebutuhan dasar seperti makan tiga kali sehari terpenuhi, memiliki pakaian yang hangat, dan tempat tinggal layak, sudah seharusnya kita merasa puas dan bersyukur. Inilah kehidupan yang kaya dan masih bisa membantu orang lain. Membantu sesama tidak harus dengan jumlah uang yang besar. Sama halnya dengan Tzu Chi, sejak awal berdiri, Tzu Chi berpegang pada semangat 50 sen.

Saya selalu berkata pada insan Tzu Chi untuk tidak melupakan semangat 50 sen selamanya. Kita tidak boleh meremehkan sumbangsih sekecil apa pun. Sumbangsih kecil dari setiap orang di hari ini telah menciptakan hari yang penuh kebajikan. Dengan demikian, kita telah menghimpun berkah dari sedikit hingga banyak seiring berjalannya waktu. Inilah yang disebut memupuk kebajikan di dalam keluarga. Jangan pernah meremehkan hal kecil. Jangan menganggap sebuah perbuatan baik itu kecil sehingga tidak melakukannya. Sekecil apa pun, kebaikan harus terus kita lakukan.

Saya telah mendengar bagaimana tim Tzu Cheng mengasihi dan merawat mereka yang menderita, lanjut usia, dan sakit. Selama puluhan tahun, tekad dan ikrar mereka tidak pernah pudar dan terus terjaga. Bahkan, untuk hal seperti memasang alat bantu, mereka benar-benar melakukannya. Saya sangat memuji mereka. Dari pegunungan Keelung hingga dataran rendah, dan dari pesisir hingga pedesaan, bantuan telah menjangkau semua daerah.

Jadi, berbuat baik tidak berarti harus melakukan hal yang besar. Misalnya, mendaur ulang alat bantu, mencuci, menyikat, dan mensterilkannya. Jika ada sekrup yang hilang, kita harus segera menggantinya hingga menjadi seperti baru kembali. Setiap alat diperbaiki dengan rapi, dibungkus plastik, dan diantarkan ke tempat yang membutuhkan. Melihat cinta kasih yang begitu tulus dan sumbangsih yang begitu saksama, saya sangat mengagumi mereka. Inilah sekelompok Bodhisatwa dunia. Mereka melakukan setiap hal dengan tekad yang sama.

Saya telah melihat bagaimana tim Tzu Cheng bekerja dalam keharmonisan, saling peduli, saling menjaga, dan saling menyemangati. Ke mana pun mereka pergi, selalu ada kebaikan yang dilakukan. Insan Tzu Chi selalu bekerja dengan kesatuan sebagai sahabat yang baik. Ketika ada yang membutuhkan alat bantu, mereka akan segera mengantarkannya. Saat ada barang yang perlu dipindahkan ke atas atau ke bawah, mereka tetap bersedia melakukannya. Saat tugas selesai, semuanya merasa bahagia. Setiap kali melihatnya melalui video, saya merasa tersentuh. Mereka sungguh-sungguh adalah Bodhisatwa di dunia. Ada banyak hal yang patut disyukuri.

Saya berharap semua yang hadir di sini, jika belum begitu mengenal Tzu Chi, bisa mendalaminya. Bagi yang tertarik, bergabunglah. Tidak perlu berpikir harus melakukan hal yang besar. Jika berminat, membantu memindahkan atau mengangkat barang pun sudah merupakan sebuah kontribusi. Jika belum tertarik untuk terlibat, cukup melihat dan mengamati. Jika setelah melihat semua ini membuat hati Anda tersentuh, ungkapkanlah perasaan itu kepada para relawan. Ungkapan itu pun menciptakan sebuah pahala karena pujian Anda memberikan semangat bagi mereka. Begitulah insan Tzu Chi bersumbangsih tanpa pamrih.

Hal terpenting ialah adanya pengakuan dari orang-orang di sekitar. Meski mereka tidak memedulikan pengakuan itu, jika ada banyak orang yang mendukung, itu berarti makin banyak orang baik yang muncul serta makin banyak hati yang tersentuh oleh kebajikan. Ketika seseorang tersentuh, ia akan mempersiapkan diri untuk turut berbuat baik. Oleh karena itu, saya berharap semuanya dapat lebih mengenal Tzu Chi dan ikut terlibat. Ada banyak hal yang patut disyukuri. Saya mendoakan kalian semua.

Memiliki rumah untuk berteduh dan makanan yang cukup adalah berkah
Merasa puas dan bersyukur atas kekayaan yang dimiliki
Menyisihkan sedikit setiap hari dengan hati yang bahagia
Memupuk kebajikan tetes demi tetes hingga menjadi berkah besar