“Ayah dan ibu saya adalah anggota komite dan Tzu Cheng. Saya bersyukur kepada orang tua saya yang mengajak saya bergabung dengan Tzu Chi. Saat terjadi Gempa 921, saya masih berada di dalam kandungan ibu saya dengan usia sekitar 5 bulan. Saat ibu saya menyalurkan bantuan bencana, saya belajar di dalam kandungannya. Di saat yang sama, ayah saya berpartisipasi dalam Proyek Harapan. Sejak saya memiliki ingatan, mereka selalu menjalankan Tzu Chi dalam keseharian dan saya selalu berharap dapat seperti mereka,” kata Wang Yu-zhen, relawan Tzu Chi Jepang.

“Tahun 2011, karena pekerjaan ayah saya, kami pindah ke Jepang. Di tahun itu juga, Jepang diguncang gempa dahsyat. Saat itu, para paman dan bibi Tzu Chi, orang tua saya, dan alumni Tzu Ching bergerak untuk menyalurkan bantuan. Saya sangat ingin turut membantu, tetapi saat itu saya masih terlalu kecil. Saat itu, saya berharap suatu hari nanti, saya dapat turut bersumbangsih bagi yang membutuhkan. Pascagempa di Semenanjung Noto, saya sangat bersyukur memiliki jalinan jodoh untuk turut membantu sebagai penerjemah dan membagikan dana bantuan,” lanjut Wang Yu-zhen.

“Selama 20 tahun ini, saya bersyukur kepada para paman dan bibi Tzu Chi yang terus membimbing saya dalam menjalankan Tzu Chi. Di masa mendatang, saya berikrar untuk memanfaatkan bahasa yang saya kuasai serta kemampuan dan waktu saya untuk bekerja keras menjalankan Empat Misi dan Delapan Jejak Dharma Tzu Chi,” pungkas Wang Yu-zhen.

Kitab sejarah Tzu Chi berisi kisah perjalanan para insan Tzu Chi, termasuk waktu dan tempat terjadinya suatu peristiwa serta apa yang dilakukan dan dirasakan oleh insan Tzu Chi. Jadi, seiring waktu, kita menulis sejarah. Ruang membuat kita terpisah oleh jarak. Ada relawan yang kembali dari AS, Inggris, Prancis, Malaysia, dan negara lainnya. Meski terpisah oleh jarak, kita hidup di dunia yang sama. Ini berkaitan dengan waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia.

Kalian dan saya adalah murid dan guru. Kalian sama-sama adalah insan Tzu Chi yang memiliki guru, jalan, tekad, dan ikrar yang sama. Inilah peran ruang, waktu, dan hubungan antarmanusia. Kita sama-sama adalah insan Tzu Chi dan menjalankan Tzu Chi secara bersamaan. Asalkan memiliki ikrar, kita dapat melakukan pewarisan dari generasi ke generasi. Arah kita tidak boleh menyimpang. Kini, kalian menyebarkan ajaran saya. Di masa mendatang, saya akan menyebarkan ajaran kalian. Kita harus mewariskan ajaran dari generasi ke generasi.

Hendaklah kita menyebarkan kekuatan cinta kasih hingga selamanya. Cinta kasih Buddha menjangkau seluruh alam semesta. Alam semesta tidak bertepi, ikrar saya pun tidak berujung. Alam semesta tidak bertepi dan ikrar saya yang tidak berujung akan terus bertahan. Jika tidak bisa sepenuhnya mewujudkan ikrar saya di kehidupan sekarang, saya akan meneruskannya di berbagai kehidupan mendatang.

Namun, berjalan sendirian di kehidupan mendatang sangatlah kesepian. Seagung apa pun ikrar saya, saya tidak mungkin menjalankannya seorang diri. Karena itu, saya harus menjalin banyak jodoh baik dengan kalian dari kehidupan ke kehidupan. Saya yakin bahwa kita yang menjalankan Tzu Chi di kehidupan sekarang, pasti akan kembali menjalankan Tzu Chi di kehidupan mendatang.

Di kehidupan sekarang, kalian telah menjalin jodoh baik dan membimbing orang untuk bergabung dengan Tzu Chi. Orang yang kalian bimbing di kehidupan sekarang akan berjodoh dengan kalian di kehidupan mendatang. Besarnya jalinan jodoh baik di antara kalian akan menentukan banyaknya orang yang dibimbing mereka di kehidupan mendatang. Jadi, kita hendaknya membimbing orang-orang untuk menyebarkan Dharma dan membimbing lebih banyak orang lagi.

Kita harus mewariskan Dharma hingga 50 generasi mendatang. Jika satu orang bersumbangsih selama 50 tahun … Saya telah menjalankan Tzu Chi selama hampir 60 tahun. Dalam jangka waktu yang sangat panjang, yakni hampir 60 tahun, barulah kita dapat memiliki insan Tzu Chi di mana-mana. Ini berkat para insan Tzu Chi yang bersama-sama menjalankan Tzu Chi dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Semua ini berkaitan dengan saya. Jadi, di kehidupan ini, saya tak hanya menginspirasi 50 orang.

Di berbagai tempat di seluruh dunia, kita dapat menginspirasi orang-orang. Kini, kita mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi. Pewarisan ini bukan hanya dilakukan secara horizontal, tetapi juga secara vertikal. Apakah kalian mengerti? (Mengerti.) Horizontal berarti pewarisan dalam generasi yang sama, sedangkan vertikal berarti pewarisan kepada generasi berikutnya. Pewarisan seperti ini mengandalkan ketulusan. Dengan hati yang tulus, kita mengakui Tzu Chi, memahami Tzu Chi secara mendalam, dan bersungguh hati menjalankan Tzu Chi. Ini disebut menyelami Tzu Chi.

Saya berharap Saudara sekalian dapat menyelami Tzu Chi dengan sepenuh hati dan tekad. Tanpa benih sebab dari masa lampau, kita tidak akan memiliki kondisi atau jalinan jodoh saat ini. Tanpa benih sebab hari ini, tidak akan ada jalinan jodoh untuk momen berikutnya. Jadi, sebab dan kondisi adalah siklus yang terus berputar.

Kita harus melakukan pewarisan dari generasi ke generasi. Hati kalian ada di Tzu Chi. Kalian menapaki Jalan Bodhisatwa dengan tulus dan selalu bersumbangsih tanpa pamrih. Kalian selalu bersumbangsih dengan sukacita. Inilah yang kalian peroleh, rasa sukacita dalam Dharma. Rasa sukacita dalam Dharma ini adalah sebutir benih. Rasa sukacita dalam Dharma ini sering membuat kita merasa bahwa kehidupan kita sangat bernilai. Karena itulah, kita sering berbagi dengan orang-orang, “Saya tengah menjalankan Tzu Chi sekarang. Tzu Chi sedang melakukan ini dan itu.”

Saat jalinan jodoh matang, kita hendaknya terus membimbing orang-orang untuk bergabung dengan Tzu Chi. Saat kita membantu orang yang kesulitan, mereka akan bersyukur dan memperkenalkan Tzu Chi kepada orang lain ataupun bergabung dalam barisan relawan. Inilah yang disebut membimbing orang-orang. Ini membutuhkan jalinan jodoh.

Bodhisatwa sekalian, terdapat banyak jalinan jodoh dan metode terampil untuk membimbing orang-orang. Sumbangsih kita adalah Dharma sejati karena kita bersumbangsih dengan tulus dan nyata. Demikianlah insan Tzu Chi. Kita semua sama-sama memiliki cinta kasih. Cinta kasih ini akan menyatukan kita dari kehidupan ke kehidupan. Apakah kalian mengerti? (Mengerti.) Jika mengerti, kalian hendaknya menciptakan berkah bagi dunia dan mengembangkan kebijaksanaan. Ini disebut membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus.

Guru dan murid yang tersebar di seluruh dunia memiliki ikrar yang sama
Mewariskan Dharma dan menjalin jodoh baik
Mempraktikkan jalan agung demi makhluk yang menderita
Membimbing orang menuju Bodhi dengan sepenuh hati dan tulus