Bodhisatwa sekalian, waktu berlalu dengan sangat cepat. Dalam Pemberkahan Akhir Tahun yang diadakan setahun sekali ini, saya kembali membawa doa untuk kalian semua. Kalian yang kini ada di hadapan saya, semuanya menapaki Jalan Bodhisatwa. Ada yang telah bersumbangsih selama bertahun-tahun, baru menjalani pelatihan dan kini dilantik sebagai relawan.
Di depan dada setiap orang yang dilantik hari ini, terdapat sebuah pita. Ingatlah bahwa demi ajaran Buddha, kalian harus menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri dan tekad Guru sebagai tekad sendiri. Benar. Saat saya menyatakan berguru, guru saya memberi saya enam kata.
Tahukah kalian apa enam kata itu? Demi ajaran Buddha, demi semua makhluk. Benar, guru saya hanya memberi saya enam kata ini, yaitu “demi ajaran Buddha, demi semua makhluk”. Saya berpegang pada enam kata ini seumur hidup saya. Selama hampir 60 tahun, saya tidak pernah lupa sekejap pun untuk berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk.
Pada masa-masa awal berdirinya Badan Amal Ke Nan Tzu Chi, kita telah menempuh perjalanan yang sangat sulit. Kini, saya sangat bersyukur insan Tzu Chi sudah banyak. Di mana pun ada orang yang membutuhkan, insan Tzu Chi di wilayah terdekat dapat segera mencurahkan perhatian. Baik warga lansia sebatang kara maupun orang yang didera penyakit, asalkan menerima laporan, kalian selalu segera menjangkau mereka.
Saudara sekalian, kalian telah melakukan semua ini. Saya sungguh bersyukur setiap hari. Demikianlah para relawan senior kita menapaki Jalan Bodhisatwa. Kalian yang dilantik hari ini hendaknya juga menapaki Jalan Bodhisatwa seperti ini. Saya sering berkata bahwa kita harus bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong.
Para insan Tzu Chi terbagi menjadi tim Hexin, Heqi, Hu’ai, dan Xieli. Para relawan senior adalah tim Hexin. Para anggota tim Hexin harus sangat memahami Tzu Chi. Anggota tim Heqi adalah relawan yang telah dilantik dan memikul tanggung jawab. Mereka harus belajar dari relawan senior dengan menanyakan bagaimana relawan senior menjalankan Tzu Chi dahulu. Jadi, tim Heqi hendaknya belajar dari tim Hexin dan berinteraksi dengan harmonis.
Selain itu, mereka juga harus segera mewariskan ajaran kepada tim Hu’ai serta memberikan pendampingan dan bimbingan. Insan Tzu Chi membagi diri ke dalam berbagai tim untuk bersumbangsih secara nyata di komunitas. Di mana pun ada orang yang membutuhkan, insan Tzu Chi di komunitas terdekat akan segera bergerak untuk memberikan bantuan. Inilah kekuatan cinta kasih insan Tzu Chi.
Saudara sekalian, janganlah kita meremehkan diri sendiri karena kita semua mempraktikkan kebajikan dan patut disebut sebagai permata bagi Taiwan. Hampir 60 tahun yang lalu, kita mengimbau orang-orang untuk menyisihkan 50 sen dari uang belanja untuk menolong sesama. Bunyi gemerincing terdengar dari dalam celengan bambu saat uang logam dimasukkan.
Saya juga ingin mengingatkan kalian untuk terus menggalakkan praktik celengan bambu. Tzu Chi berawal dari praktik celengan bambu. Dengan menyebarluaskan semangat celengan bambu, barulah ajaran kebajikan dapat terus diwariskan. Kakek Guru, kami juga akan menjalankan praktik celengan bambu. Saya sangat terharu dan bersyukur. Tidak ada kata-kata yang dapat mengungkapkan rasa haru dan syukur saya.
Bodhisatwa sekalian, kalian telah mewariskan semangat Tzu Chi dan memberikan pendampingan dari generasi ke generasi. Kalian sungguh merupakan Bodhisatwa dunia yang menciptakan tanah suci di dunia. Dengarlah betapa lantangnya bunyi gemerincing dari uang logam yang dimasukkan ke dalam celengan bambu.
Anak-anak menjalankan praktik celengan bambu dari usia dini. Lihatlah, semangat Tzu Chi telah diwariskan dari generasi pertama ke generasi kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Singkat kata, siapakah yang menciptakan tanah suci di dunia? Insan Tzu Chi pada era sekarang.
Para insan Tzu Chi penuh cinta kasih, mewariskan kebajikan dalam keluarga, dan menciptakan berkah dari generasi ke generasi. Kita bisa melihat rupang Buddha yang cemerlang. Para Buddha datang dari sepuluh penjuru karena kita semua berniat untuk menciptakan berkah. Kita juga melihat himpunan tetes demi tetes cinta kasih dari toko-toko cinta kasih. Sungguh, inilah kekuatan cinta kasih.
Sampaikanlah kepada setiap pemilik toko cinta kasih bahwa saya sangat bersyukur pada mereka dan mendoakan mereka. Tentu saja, tanpa kalian yang berperan sebagai jembatan penghubung, bagaimana mungkin begitu banyak orang terinspirasi untuk menapaki Jalan Tzu Chi? Jadi, saya bersyukur kepada Bodhisatwa sekalian. Kisah tentang kekuatan cinta kasih kalian tak habis untuk dibagikan.
Saya sangat bersyukur kita dapat menghimpun begitu banyak kekuatan cinta kasih dalam Pemberkahan Akhir Tahun. Selama puluhan tahun ini, cinta kasih kalian tidak berubah. Semoga cinta kasih ini tetap tidak berubah hingga ratusan tahun mendatang. Semoga Tzu Chi dapat menjadi permata bagi Taiwan dan menciptakan tanah suci di dunia.
Mari kita menjangkau setiap jalan besar dan kecil untuk menginspirasi orang-orang. Saat kuntum demi kuntum teratai hati bermekaran di dunia, dunia ini akan menjadi tanah suci. Hal yang saya syukuri sangatlah banyak. Rasa syukur saya tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Setiap hari, saya berdoa semoga setiap orang aman dan tenteram dan setiap keluarga menciptakan berkah bagi dunia. Saya bersyukur kepada Bodhisatwa sekalian yang bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih dan mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi. Terima kasih.
Mewarisi tekad Guru saat jalinan jodoh matang
Terjun ke tengah masyarakat dengan hati Buddha untuk menolong orang yang kekurangan dan jatuh sakit
Menjangkau setiap jalan besar dan kecil untuk menginspirasi orang-orang
Menciptakan tanah suci di dunia dan mewariskan silsilah Dharma Jing Si