“Ada banyak orang yang berkata bahwa Sanatorium Losheng adalah neraka di dunia ini. Namun, dalam pandangan dan pikiran Master, ini adalah tempat yang melampaui surga. Kami sungguh bersyukur kepada Master yang memberi kami kesempatan untuk memperhatikan para penghuni sanatorium,” kata Shi Lu-cun relawan Tzu Chi.

“Bapak Jin mengajak kami ke area pasien kritis di sanatorium. Ada penghuni di area tersebut yang berkata bahwa dia sudah dua tahun tidak keluar untuk melihat pemandangan di luar. Bapak Jin berkata pada saya, ‘Kakak Cai, Tzu Chi hendaknya melakukan hal yang tidak ingin orang lain lakukan, itu baru bermakna.’ Kami lalu mengajak penghuni di area tersebut berjalan-jalan ke luar dengan kursi roda dan memijat mereka. Mereka sangat senang dan berkata bahwa melihat kami saja, penyakit mereka sudah setengah sembuh,” kata Cai Deng-qi relawan Tzu Chi.

Di zaman sekarang, insan Tzu Chi sungguh telah membuka Jalan Bodhisatwa di dunia. Ini karena kita terus bersumbangsih tanpa pamrih. Saat bersumbangsih, hati kita penuh ketulusan dan rasa syukur. Kita terus membagikan masa lalu bukan demi pamer, melainkan demi memberikan keteladanan agar orang-orang dapat melihat ketulusan kita serta bagaimana kita bekerja sama, saling memuji, dan saling berbagi. Ini disebut membimbing semua makhluk.

Saat mendengar kisah tentang teladan yang baik, orang-orang akan tersentuh dan terus menyebarkannya. Ini disebut menyebarkan ajaran Buddha. Sutra menunjukkan jalan dan jalan harus dipraktikkan. Insan Tzu Chi selalu menapaki Jalan Bodhisatwa.

Kita juga mendengar tentang Sanatorium Losheng. Dahulu, orang-orang menjauhi penghuni sanatorium. Karena itu, saya merasa bahwa kita makin perlu menjangkau mereka. Saya juga mendekati mereka dan berbicara di samping telinga mereka. Inilah yang kita lakukan tanpa rasa takut.

Sanatorium Losheng adalah ladang pelatihan bagi kita. Kita menjangkau mereka dan membebaskan mereka dari rasa rendah diri. Makin kita mendekati mereka, mereka akan merasa makin tenang. Lihatlah Bapak Jin yang telah menginspirasi banyak orang dan Lin Ye yang telah membuka pintu hatinya. Dengan suaranya yang merdu, dia menyanyikan sebuah lagu Tzu Chi. Semua ini telah menjadi sejarah Tzu Chi.

“Bapak Jin terus berpikir untuk menggalang dana demi pembangunan rumah sakit Tzu Chi. Saat itu, kita tengah membangun rumah sakit. Dalam peringatan ultah Sanatorium Losheng yang ke-50, beliau kembali menggalang teratai hati dan berhasil mengumpulkan banyak dana. Di tahun-tahun terakhir dalam hidupnya, beliau tetap mendedikasikan diri untuk Tzu Chi,” kata Luo Mei-zhu relawan Tzu Chi.

“Ada banyak relawan yang mengajak donatur ke sana untuk meminta bimbingan dari Bapak Jin dan Kakak Lin Ye. Kedua Bodhisatwa ini selalu memberikan bimbingan sesuai kondisi dan memotivasi orang-orang dengan Dharma. Mereka juga memotivasi insan Tzu Chi untuk memperteguh tekad pelatihan dan mengikuti langkah Master dengan erat agar tidak sia-sia menjadi insan Tzu Chi,” kata Zeng Qiu-xiang relawan Tzu Chi.

Bukankah kalian yang duduk di sini sekarang telah membuka pintu hati banyak orang? Kalian benar-benar menjangkau Sanatorium Losheng serta memapah dan merangkul para penghuni di sana. Ini membuat mereka merasa tenang. Kita hendaknya bersyukur kepada mereka yang menunjukkan penderitaan akibat penyakit pada kita sehingga kita dapat mempraktikkan Jalan Bodhisatwa.

Sesungguhnya, mereka juga merupakan Bodhisatwa. Lihatlah bagaimana mereka terjun ke tengah masyarakat untuk membimbing orang-orang. Saat saya hendak membangun rumah sakit, mereka telah mengerahkan potensi yang sangat besar. Jadi, setiap potong bata dan genting di rumah sakit kita mengandung cinta kasih mereka. Saya sungguh bersyukur pada mereka. Intinya, hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan.

Saya bersyukur kepada kalian yang telah mencurahkan cinta kasih dan membantu saya melakukan banyak hal. Kita hendaknya bersyukur satu sama lain. Waktu terus bergulir. Sejarah mengingatkan kita akan ketidakkekalan. Ini adalah pelajaran bagi kita. Bertahun-tahun lalu, terjadi kebakaran besar dan kalian pergi untuk bersumbangsih dan memberi penghiburan.

“Di daerah bencana, kita mencurahkan perhatian dan mengumpulkan daftar nama semua penghuni. Korban luka-luka dilarikan ke rumah sakit dan korban jiwa dibawa ke rumah duka. Saat kerabat dan teman korban datang ke lokasi untuk mencari tahu keberadaan mereka, relawan kita segera memberikan informasi,” kata Chen Xiu-jun relawan Tzu Chi.

“Yang paling saya ingat ialah saat itu pikiran orang-orang sangat tidak tenang. Kakak Luo yang sangat bersungguh hati memperhatikan hingga hal-hal yang sangat kecil. Di setiap kamar penghuni, beliau menaruh sebuah radio kaset agar mereka dapat mendengar ceramah Master dan menenangkan pikiran,” pungkas Chen Xiu-jun.

“Saat itu, seorang pemilik motel berinisiatif untuk menampung para korban bencana. Kita lalu menyajikan makanan secara prasmanan agar mereka dapat makan bersama, mengungkapkan rasa takut, dan melepaskan tekanan batin mereka. Kita juga mengadakan acara doa bagi mereka. Saat itu, lebih dari 900 relawan bergerak untuk membagikan dana solidaritas dan sebagainya. Kami bersyukur kepada Master yang memberi kami kesempatan untuk mengenang peristiwa pada 20-an tahun yang lalu,” kata Luo Mei-zhu relawan Tzu Chi.

Kalian telah bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Saya sungguh sangat bersyukur atas cinta kasih kalian. Kita hendaknya terus membagikan sejarah Tzu Chi karena masyarakat di masa mendatang makin membutuhkannya. Orang-orang terus menciptakan karma baik dan karma buruk kolektif.

Di zaman sekarang, kemajuan teknologi telah membuat banyak orang tersesat. Saat orang-orang tersesat, kita hendaknya tetap sadar dan belajar dengan hati yang murni dan tulus seperti anak-anak. Apakah yang harus kita pelajari? Jalan Bodhisatwa. Dengan mempelajari Jalan Bodhisatwa, kita baru bisa melihat sifat hakiki kita dan benar-benar tercerahkan. Jika tidak menapaki jalan ini, kita akan selamanya diliputi ketidaktahuan.

Sebagai makhluk awam, kita sering kali seperti anak-anak yang tidak memiliki arah. Kita harus tekun mempelajari Dharma dan maju selangkah demi selangkah di Jalan Bodhisatwa sambil menikmati pemandangan sepanjang jalan. Lihatlah betapa banyak orang yang hidup menderita. Dapat melihat penderitaan, menyadari berkah, dan memahami Dharma, kita sangatlah beruntung. Janganlah kita berkeluh kesah. Kita hendaknya lebih banyak menciptakan berkah. Ini disebut menapaki Jalan Bodhisatwa.

Menjadikan diri sendiri sebagai teladan
Tulus berbagi pengalaman demi menginspirasi orang-orang bersumbangsih bersama
Merangkul semua makhluk dan tak gentar bersumbangsih
Melihat sifat hakiki dan menggalang teratai hati