“Di 46 sekolah dasar dan sekolah menengah di Hsinchu, disediakan 3 lauk, 1 sup, dan 1 makanan pokok setiap harinya. Satu hari dalam seminggu, kita menyediakan makanan vegetaris. Hari ini dapat disebut juga sebagai hari tanpa daging. Dalam sehari, kami menyediakan sekitar 50.000 porsi makanan. Setelah melakukan pengamatan jangka panjang, kami menyadari bahwa jumlah makanan yang tersisa sangat banyak,” kata Chen Li-ya Ahli Gizi Dinas Pendidikan Kota Hsinchu.

“Pada tanggal 2 Juli, tim kami dari Hsinchu beserta perwakilan dari sebuah asosiasi makanan mendatangi Sekolah Tzu Chi di Hualien. Lalu, di sana kami juga mempelajari budaya humanis dan pendidikan karakter Tzu Chi serta menikmati makanan vegetaris yang disajikan di kantin Sekolah Dasar Tzu Chi. Dari sana, kami pun menyadari bahwa makanan vegetaris bisa sangat variatif dan memiliki rasa yang lezat,” lanjut Chen Li-ya.

“Kami juga mengunjungi Griya Jing Si. Di bawah bimbingan bhiksuni Griya Jing Si, kami juga belajar menghargai berkah dan menyayangi barang melalui kegiatan daur ulang. Jika kita bersungguh hati melakukannya, hasil yang didapat pasti adalah hasil yang terbaik. Sebenarnya, kami telah belajar banyak selama 3 hari ini. Kami akan giat mencari solusi selanjutnya untuk mengurangi sampah makanan,” pungkas Chen Li-ya.

Hal ini sungguh membuat perasaan campur aduk. Tentu saja, untuk mengubah kebiasaan dari mengonsumsi daging menjadi mengonsumsi sayuran adalah hal yang sangat sulit. Mempromosikan pola hidup vegetaris sama beratnya dengan mendorong beban puluhan juta kilogram. Semua makhluk memiliki karma kolektif yang sangat berat. Bukan saya yang berkata demikian, melainkan Buddha.

Tujuan utama Buddha datang ke dunia adalah membimbing semua orang melindungi dan mengasihi kehidupan dengan mengembangkan cinta kasih. Mengenai cinta kasih, kita harus terlebih dahulu membahas kehidupan. Dengan adanya kehidupan, barulah kita bisa mengembangkan cinta kasih.

Sebagai makhluk hidup, bagaimana cara kita mengembangkan cinta kasih? Kebanyakan orang langsung membuka mulut untuk menuruti nafsu mereka memakan daging. Saat mereka memakan daging dan terlihat gembira, mereka tidak tahu rasa sakit hewan yang disembelih. Entah bagaimana mengutarakan akibat dari penyembelihan hewan ini. Yang pasti, ini menciptakan karma kolektif.

Saat ada 500 orang yang mengonsumsi makanan nonvegetaris, berarti mereka sudah menciptakan karma buruk kolektif karena telah membunuh 38 ekor ayam. Selain itu, ada ikan, udang, dan hewan-hewan lain yang juga dibunuh. Meskipun sekarang nafsu makan terpenuhi, tetapi sebenarnya, nafsu makan ini justru mengakumulasi bencana, bukan berkah. Faktanya, memenuhi nafsu makan sesaat malah mengakumulasi karma buruk dari kehidupan ke kehidupan yang mengakibatkan banyak bencana.

Meskipun manusia dianggap sebagai makhluk yang bijaksana, tetapi di sisi lain, mereka juga diliputi ketidaktahuan. Jadi, dibanding mengembangkan kebijaksanaan mereka, mereka memilih untuk hanya menggunakan pengetahuan mereka. Alhasil, mereka pun menuruti nafsu keinginan mereka untuk mencoba rasa manis, asin, pedas, dll.

Orang-orang yang sudah menjadi vegetarian sejak kecil tidak tahu bagaimana rasa daging. Namun, kita sendiri sebenarnya merasa bahwa tidak ada ruginya menjadi vegetarian. Karena terbiasa menjalaninya setiap hari, tidak akan muncul perasaan membeda-bedakan makanan mana yang disukai dan tidak disukai. Dengan menjalani kehidupan seperti ini, hidup kita akan terbebas dari pemikiran untung dan rugi.

Secara alami, kita akan hidup dengan damai, dapat berkonsentrasi, memiliki pikiran yang jernih, fokus berbuat kebajikan, membawa manfaat bagi sesama, dan berdoa bagi dunia. Namun, sayangnya, meskipun kita mendoakan dunia dengan hati yang tulus, tetapi orang-orang yang hidup di tengah delusi masih menghabiskan berkah dan mendatangkan bencana.

Beberapa hari ini, saya merasa sangat khawatir karena angin yang dibawa oleh Topan Kong-rey sangat kuat. Jika sempat berkunjung ke Griya Jing Si belakangan ini, kalian akan menyadari bahwa kondisinya tidak seperti sebelumnya. Dahulu, saat hendak masuk ke Griya Jing Si, kita akan melihat pepohonan di sekitar yang begitu rimbun. Kini, lingkungan sekitar Griya Jing Si mungkin terasa kosong karena ada sangat banyak pohon yang tumbang.

Saya sempat mendengar bahwa anggota Tzu Cheng telah kembali ke Hualien untuk membantu pembersihan dan perbaikan. Pada saat yang sama, mereka mengangkat pohon-pohon dan berusaha untuk menanamnya kembali. Karena embusan angin kencang, pohon-pohon ini tumbang hanya dalam sekejap. Ini mengingatkan kita untuk tetap waspada.

Kita merasa bahwa topan ini hendaknya tidak berbahaya sehingga agak lengah dalam melakukan antisipasi. Namun, dengan kekuatan topan kali ini, pohon-pohon mungkin akan tetap tumbang meski kita melakukan antisipasi dengan baik. Sungguh, kekuatan topan ini bagaikan tornado. Ada sebuah pemikiran yang selalu ada dalam pikiran saya.

Ketidakselarasan empat unsur alam mengakibatkan terjadinya bencana yang sangat kuat. Tidak ada satu orang pun yang mampu menghentikannya. Bencana ini berasal dari karma buruk kita. Karma buruk sangatlah menakutkan. Meskipun topan ini menciptakan kehancuran hanya dalam sekejap, kita hendaknya bersyukur karena masih berada dalam keadaan aman. Asalkan berada dalam keadaan aman, kita bisa menciptakan sesuatu yang lebih baik dari dahulu. Seperti inilah harapan kita.

Kita hendaknya bersikap optimistis, jangan pesimistis dan jangan khawatir. Seperti inilah cara kita melatih diri, yakni melenyapkan kegelapan dan noda batin, menggenggam waktu sekarang semaksimal mungkin untuk menjadi orang yang baik dengan berbuat baik, dan mulai menggunakan tindakan nyata untuk mewujudkan apa yang belum diwujudkan di masa lalu.

Buddha datang ke dunia untuk mengajarkan hal ini. Saya bersyukur kita memiliki ladang pelatihan seperti ini. Begitu memasukinya, saya dapat melihat banyak insan Tzu Chi. Dengan banyaknya orang yang berbuat baik dan menciptakan berkah bersama-sama, kita dapat menciptakan energi berkah. Saya mendoakan semoga kalian semua hidup bahagia, terus menciptakan berkah, dan dipenuhi berkah. Semoga ruang besar di Hsinchu ini selalu dalam kondisi aman.

Namun, tidak cukup bila hanya mengandalkan orang-orang yang ada di sini. Semua orang di Hsinchu juga harus berdoa dengan tulus untuk kedamaian dunia. Saya sering berkata bahwa kita harus bermawas diri dan berhati tulus. Saya mendoakan semoga kalian semua selalu damai.

Memuaskan nafsu makan mendatangkan bencana
Membangkitkan cinta kasih dengan melindungi hewan dan mengubah kebiasaan memakan daging
Mengucap syukur meski kekuatan karma sulit dihentikan
Menciptakan berkah dan melenyapkan kegelapan batin dengan mempraktikkan kebajikan