“Berpartisipasi dalam pengiriman alat bantu memberi saya kesempatan untuk melihat berbagai penderitaan, termasuk tua, sakit, mati, dan ketidakkekalan hidup. Saya juga sangat berterima kasih kepada Master yang telah membuka ladang berkah dengan membangun rumah sakit sehingga kami memiliki kesempatan untuk terlibat sebagai relawan rumah sakit,” kata Xiao Ming-yin relawan Tzu Chi.

“Melihat penderitaan yang dialami pasien membuat saya memiliki pemahaman yang lebih mendalam terhadap ketidakkekalan hidup. Saya selalu mengingat perkataan Master, ‘Kita harus percaya bahwa ketidakkekalan ada di sekitar kita. Ketidakkekalan itu sangat dekat. Hendaknya kita segera bersumbangsih dan memanfaatkan potensi kebajikan kita untuk membawa manfaat bagi semua makhluk’,” pungkas Xiao Ming-yin.

Mendengar laporan kalian, saya merasa sangat senang. Saat kalian berbagi laporan, banyak orang mendengarkan Dharma. Saya sering berkata bahwa apa yang kalian bagikan adalah Dharma. Ketika membabarkan Dharma, bukankah saya juga berbagi tentang kondisi kehidupan di tempat tertentu? Ada orang yang diselamatkan, ada pula orang yang menyelamatkan; ada keluarga yang bahagia, ada pula keluarga yang kurang beruntung. Senang, marah, sedih, dan bahagia, semuanya ada di dunia ini. Ini semua juga disebut dengan Dharma.

Bodhisatwa sekalian, semua orang yang hidup di dunia ini tak luput dari prinsip kebenaran. Prinsip kebenaran ini adalah Dharma yang dibabarkan oleh Buddha di dunia ini. Setiap orang memiliki kondisi kehidupan dan kondisi batin yang berbeda-beda.

Bodhisatwa sekalian, setiap keluarga pasti memiliki perbedaan. Ada suami, istri, orang tua, dan anak yang sangat mendukung. Namun, ada juga yang menjadi penghalang. Contoh seperti ini tidak sedikit. Jadi, baik kondisi mendukung maupun tidak, arah dan tindakan kita harus tertuju pada Jalan Bodhisatwa untuk membimbing orang-orang berbuat baik bagi dunia.

Terkadang, kita mendengar kisah seseorang yang dahulu memiliki kebiasaan merokok, minum minuman keras, dan sebagainya. Mereka berkata bahwa itulah kebiasaan mereka yang menyimpang di masa lalu. Namun, orang yang tersesat berpikir bahwa arah hidupnya adalah yang paling membahagiakan. Mereka merasa bahwa dalam hidup ini, mereka akan bahagia dengan bertindak sesuka hati. Inilah pandangan orang yang tersesat. Mereka merasa bahwa kebahagiaan pribadi adalah tujuan hidup mereka. Namun, ketika memiliki jalinan jodoh baik, mereka dapat bertemu dengan orang yang berada di jalan yang benar.

Orang yang berada di jalan yang benar akan berpikir, “Orang ini telah menyimpang. Inilah benih dan buah penderitaan.” Meski kebiasaan buruk sulit diubah, apakah itu berarti mereka tidak bisa berubah selamanya? Saya percaya bahwa di antara insan Tzu Chi, ada juga yang pernah mengalami hal serupa. Namun, begitu bertemu orang yang berjodoh dan merupakan penyelamat dalam hidup mereka, mereka akan bersedia menurut dan berubah.

Saat hampir melakukan kesalahan, sosok orang tersebut akan muncul dalam pikiran mereka. Mereka akan berpikir, “Saya harus berubah.” Mereka bisa berinteraksi dengan orang baik karena memiliki berkah dan berjodoh dengan orang itu. Ketika kebiasaan buruk mereka mulai muncul, mereka akan teringat dengan orang baik ini dan segera kembali ke jalan yang benar. Ini semua membutuhkan jalinan jodoh.

Saya sering berkata bahwa Buddha tidak bisa membimbing orang-orang tanpa jalinan jodoh. Ketika orang-orang bertemu orang yang berjodoh, mereka akan mengintrospeksi diri. Tanpa perlu kita berusaha untuk membimbing mereka, mereka akan berintrospeksi dengan sendirinya. Inilah yang disebut jalinan jodoh.

Saya sering memberi tahu kepada semuanya untuk menciptakan berkah bagi dunia. Makin banyak berkah yang kita ciptakan, makin banyak pula manfaat yang kita peroleh. Jika tidak melakukan apa pun, kita pun tidak akan mendapatkan apa-apa. Begitulah kehidupan. Jika kita bersumbangsih, semua kata-kata yang kita ucapkan adalah Dharma.

Ketika relawan dari berbagai negara kembali ke sini, saya akan meminta mereka untuk berbagi dengan saya tentang bagaimana mereka menjalankan Tzu Chi di negara mereka, bagaimana kondisi yang mereka hadapi, dan apa yang telah mereka lakukan bagi warga setempat. Mereka akan membagikannya satu per satu kepada saya.

Setelah mendengarnya, saya akan berkata, “Kalian kembali untuk menyampaikan Dharma kepada saya. Saya merasa sangat senang karena kisah kalian membuat saya dipenuhi oleh sukacita Dharma. Saya menganggap perkataan kalian sebagai Dharma karena kalian menolong orang yang menderita. Kalian selalu mencari cara untuk membebaskan orang-orang dari penderitaan.” Inilah praktik Bodhisatwa.

Kita menapaki Jalan Bodhisatwa dengan terjun ke tengah masyarakat. Di Jalan Bodhisatwa ini, kita pasti akan bertemu dengan orang yang menderita. Jalinan jodoh Bodhisatwa terletak pada makhluk yang menderita. Tidak perlu sengaja dicari, jalinan jodoh akan mempertemukan kita dengan makhluk yang menderita.

Hati Bodhisatwa tidak tega melihat makhluk lain menderita sehingga akan timbul pikiran untuk membantu mereka. Inilah yang disebut hati Bodhisatwa. Hati Bodhisatwa terbentuk dari jalinan jodoh yang terakumulasi dari kehidupan ke kehidupan.

Selama berbagai kehidupan, kita terus bersumbangsih dan menjalin jodoh baik dengan semua makhluk. Di kehidupan sekarang, kita berhimpun karena memiliki jalinan jodoh. Dengan adanya jalinan jodoh, saat Anda berbicara, orang lain akan merasa senang dan ikut bergabung dalam Jalan Bodhisatwa. Hendaknya kita bekerja dalam kesatuan dan keharmonisan demi menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita akan merasa sangat senang. Hendaknya kita bersumbangsih tanpa pamrih dengan kesatuan tekad.

Para relawan kita berkata, “Kasus ini sangat sulit. Beruntung, ada Anda yang mendampingi saya. Saya tidak tahu bahwa kehidupan penuh penderitaan seperti ini. Saya mengira bahwa sudah sewajarnya hidup penuh kenikmatan. Terima kasih telah mendampingi saya mengunjungi penerima bantuan ini. Saya telah tersadarkan dari kesesatan. Saya berterima kasih kepada Anda.”

Begitulah relawan Tzu Chi saling berterima kasih dan menjalankan Tzu Chi dengan sukacita. Oleh karena itu, saya sering berkata bahwa kalian bukan bersumbangsih dengan kata-kata, melainkan dengan tindakan nyata. Saya berterima kasih atas ketekunan dan semangat Bodhisatwa sekalian. Jangan lupa untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya mendoakan kalian semua.

Mendengar, merenungkan, dan mempraktikkan Dharma dengan sukacita
Melenyapkan penderitaan dan membawa kebahagiaan di Jalan Bodhisatwa
Bertemu di jalan yang benar dan mengubah kesesatan menjadi kesadaran
Memupuk kebajikan dan membimbing mereka yang berjodoh