“Biji-biji saga ini berasal dari tiga batang pohon di Nibong Tebal. Master sering berkata bahwa kita harus bersatu hati. Karena itulah, kami membuat kerajinan tangan yang membentuk aksara Mandarin ‘bersatu’ sebagai hadiah bagi Master. Terima kasih, Master,” kata Huang Xin-cai relawan Tzu Chi.
Saya sungguh sukacita. Berkat adanya jalinan jodoh, kita dapat berhimpun. Lihatlah butir demi butir biji saga yang dihubungkan satu sama lain hingga membentuk aksara “bersatu”. Sebutir biji saga saja tidak bisa membentuk aksara ini, hanya bisa melambangkan kesatuan hati. Selain kesatuan hati, kita hendaknya juga memiliki kesatuan tekad dan ikrar untuk menghimpun kekuatan. Ini semua membutuhkan “orang”. Lihatlah, bukankah bagian atas aksara ini berarti “orang”? Ya. Jadi, orang-orang harus memiliki kesatuan hati dan tekad untuk mempraktikkan ajaran Buddha.
Buddha datang ke dunia ini dan menunjukkan satu arah pada orang-orang, yaitu menapaki Jalan Bodhisatwa dengan kesatuan hati dan tekad. Jalan Bodhisatwa tidak bisa ditapaki seorang diri. Kita membutuhkan mitra. Kita harus bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa dengan kesatuan hati. Apa yang harus kita lakukan dengan kesatuan hati? Belajar. Apakah yang harus kita pelajari? Jalan menuju kebuddhaan. Namun, sebelum mencapai kebuddhaan Kita harus terlebih dahulu menjalin jodoh baik. Benar, kita harus lebih banyak menjalin jodoh baik.
Saat semua orang memiliki tekad yang sama dan jalinan jodoh baik, akan terbentuk kekuatan untuk membawa manfaat bagi dunia. Dunia ini penuh dengan penderitaan. Kita harus bersumbangsih bersama bagi dunia ini dengan hati Bodhisatwa. Jalan Bodhisatwa ini tidak berujung. Jangan mengira bahwa apa yang kita lakukan sekarang sudah cukup. Jalan Bodhisatwa tidak berujung dan hendaknya ditapaki dari kehidupan ke kehidupan.
Sebagian orang yang telah lama bergabung dengan Tzu Chi, saat mengalami masalah, mereka mungkin berpikir, “Bukankah saya telah melakukan banyak kebaikan? Bukankah saya telah bergabung dengan Tzu Chi? Mengapa saya masih mengalami kesulitan seperti ini?” Mereka mungkin memiliki banyak pertanyaan seperti ini. Jika memiliki pertanyaan seperti ini, kita mungkin harus memulai segalanya dari awal di kehidupan berikutnya. Akan tetapi, di berapa kehidupan kita bisa memiliki jalinan jodoh untuk terlahir sebagai manusia?
Kita harus menuju arah yang benar, yaitu Jalan Bodhisatwa. Siapakah yang bisa memastikan arah kita benar atau tidak? Tanyakanlah pada diri sendiri apakah perbuatan kita benar. Benar itu seperti apa? Tidak benar itu seperti apa? Kita harus lebih sering belajar dari orang lain. Di dunia ini, terdapat banyak orang yang menderita. Sudahkah kita membantu mereka? Jika sudah, kita bisa merasa tenang karena arah kita sudah benar.
Menginventarisasi kehidupan diri sendiri berarti bertanya pada diri sendiri apakah perbuatan kita membawa manfaat bagi dunia. Jika jawabannya ya, kita hendaknya yakin terhadap arah yang kita tuju dan tidak perlu bertanya-tanya lagi. Kita harus yakin bahwa arah kita sudah benar. Hidup di dunia ini, setiap orang bisa mengalami kesulitan. Kita hendaknya mengatasi kesulitan dengan kesabaran. Dalam menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus mempraktikkan kesabaran. Demikianlah pelatihan diri.
“Pada tanggal 20 Juni 2018, saya kembali ke Taiwan dengan gembira untuk mengikuti pelatihan 4 in 1. Hari itu, pada pukul 12 tengah malam, payudara saya tiba-tiba terasa sakit hingga saya tidak bisa tidur. Setelah tiba di IGD dan diperiksa oleh Wakil Kepala RS Chang Yao-jen, saya didiagnosis mengidap kanker payudara stadium 3. Pada tanggal 22 Juni, saya menjalani operasi dan kemoterapi,” kata Huang Xiu-jing relawan Tzu Chi.
“Saya juga sangat beruntung dapat menerima doa dari Master di Griya Jing Si. Master berkata pada saya, ‘Percayakanlah kesehatanmu pada dokter dan jaga diri baik-baik. Setelah sembuh, kamu harus terus menciptakan berkah. Sering-seringlah kembali ke sini karena tempat ini adalah rumahmu’,” lanjut Huang Xiu-jing.
“Doa dari Master telah terukir di dalam hati saya. Master, kini kondisi kesehatan saya cukup baik. Master tidak perlu khawatir. Saya juga tidak lupa untuk terus menciptakan berkah. Saya selalu menggenggam waktu yang ada untuk mengemban misi Tzu Chi,” pungkas Huang Xiu-jing.
Mari kita bersyukur atas berbagai ujian yang telah berlalu seiring waktu. Kita hendaknya menapaki jalan yang mulus ini dengan lebih sungguh-sungguh. Berhubung jalan ini sangat mulus, kita hendaknya berusaha untuk menginspirasi lebih banyak orang. Segala sesuatu yang berjalan lancar hendaknya tidak membuat kita lengah. Sebaliknya, kita hendaknya makin tekun dan menggenggam kesempatan untuk memperkenalkan Tzu Chi kepada orang-orang dan menggalang Bodhisatwa dunia secara luas.
Kita harus tetap tekun, jangan bermalas-malasan. Saat mengalami masalah, kita harus menghadapinya dengan rasa syukur. Hadapilah setiap ujian dengan kesungguhan hati. Perjalanan panjang kita selama ini telah memberi kita banyak pelajaran. Kini, saat menghadapi ujian, kita hendaknya memanfaatkan pengalaman kita dan mengingatkan diri sendiri, “Saya telah mengatasi berbagai kesulitan selama ini. Jangan sampai saya dikalahkan oleh ujian kali ini.”
Kehidupan penuh dengan ketidakkekalan. Karena itu, setiap orang hendaknya tetap waspada. Ketidakselarasan empat unsur alam disebabkan oleh karma buruk kolektif semua orang. Agar dunia damai dan tenteram, kita harus lebih sering menyebarkan Dharma. Kita memilih untuk menjalankan ajaran Buddha dan praktik Bodhisatwa dengan sukarela. Karena itu, kita hendaknya senantiasa merasa sukacita.
Saudara sekalian, mari kita menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan dan terus membangkitkan pikiran baik. Prinsipnya sama dengan butir demi butir biji saga yang membentuk aksara “bersatu”. Semoga kalian bisa tekun menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya mendoakan kalian semua. Yang terpenting, saya berharap kalian dapat selamanya bekerja sama dengan harmonis dan menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Inilah harapan terbesar saya terhadap kalian. Hendaklah kalian senantiasa lebih bersungguh hati.
Membentuk aksara Mandarin “bersatu” dengan biji saga
Memberikan pertolongan setelah mendengar suara penderitaan
Mempraktikkan kesabaran di tengah penderitaan
Tekun melatih diri dengan niat baik berkesinambungan