“Saat menjadi Ayah Tzu Cheng, Tsai Duei sudah memiliki pemikiran seperti ini. Mahasiswa kedokteran selalu belajar dari buku pelajaran. Mereka semua sangat berprestasi. Namun, apakah buku pelajaran mereka mengajarkan bagaimana memperlakukan pasien di rumah sakit? Mereka membutuhkan teladan yang bisa mereka pelajari agar dalam proses ini, mereka dapat menumbuhkan benih cinta kasih dan menjadi dokter humanis,” kata Li Yi-bang Dekan Institut Kedokteran dan Material Gigi Universitas Tzu Chi.

“Tahun 2013, kita mulai membentuk tim relawan untuk pergi ke Filipina. Tahun ini, kita kembali berkesempatan untuk pergi ke sana. Yang terpenting ialah memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk bersumbangsih sebagai relawan,” kata Chen Zong-ying Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tzu Chi.

“Saya memberikan pelayanan medis di Tzu Chi sejak berusia 36 tahun dan kini telah 37 tahun berlalu. Kini, saya telah berusia lebih dari 70 tahun. Namun, melihat pewarisan dari generasi ke generasi, saya sungguh sangat bersyukur,” kata Wang Ben-rong Ketua Badan Misi Pendidikan Tzu Chi.

Ketulusan sangat dibutuhkan dalam misi pendidikan dan kesehatan Tzu Chi. Kita harus sungguh-sungguh menunjukkan ketulusan kita dalam pendidikan. Para dokter tentu menerima pendidikan terlebih dahulu. Begitu pula dengan para perawat. Jadi, pendidikan mahasiswa kedokteran dan keperawatan harus mengandung konsep ketulusan. Kita harus terus mendampingi dan membimbing mereka. Tanpa ketulusan, kita tidak akan bisa melakukannya.

Hal yang terdengar sederhana ini sesungguhnya sangat sulit untuk diterapkan. Namun, saya bersyukur di Tzu Chi, semua orang telah melakukannya. Selain misi pendidikan Tzu Chi, misi amal, budaya humanis, dan kesehatan Tzu Chi juga dijalankan dengan tulus. Intinya, kita harus menjalankan Empat Misi Tzu Chi dengan hati yang tulus. Saya berharap di mana pun insan Tzu Chi berada, semangat misi pendidikan Tzu Chi dapat diterapkan di sana. Kita harus memiliki arah tujuan yang sama. Kita harus memiliki kesadaran untuk membentangkan jalan dan meratakannya agar bisa ditapaki orang-orang.

Saya terus berkata bahwa kita harus belajar menapaki jalan menuju kesadaran atau pencerahan. Perbedaan aksara Mandarin “belajar” dan “sadar” hanya terletak pada bagian “anak” dan “lihat”. Semua orang setara dengan Buddha. Semua orang memiliki hakikat kebuddhaan yang sama. Apa pun agama yang dianut, semua orang memiliki kebajikan yang setara. Tiada kata berhenti untuk belajar. Mengenai Dharma, saya masih dalam tahap belajar. Saya tidak berani berkata bahwa saya telah memahami Dharma secara menyeluruh. Saya masih berusaha untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.

Bodhisatwa adalah makhluk yang terbebas dari delusi dan memiliki cinta kasih berkesadaran. Berbeda dengan makhluk awam, Bodhisatwa telah memahami kebenaran secara jelas. Kita harus mengajari murid-murid kita agar mereka belajar dengan tekun untuk bersumbangsih bagi dunia di masa mendatang. Kita berharap mereka dapat selamanya menapaki Jalan Bodhisatwa. Dari kehidupan ke kehidupan, kita harus memastikan bahwa jalan ini selalu ada. Bagaimana agar jalan ini selalu ada? Kita harus menyimpannya di dalam ingatan kita. Tanyakanlah pada diri sendiri apakah kalian mengingatnya.

Saat guru mengajar, murid-murid harus belajar dengan tulus. Ini berarti belajar dengan tekun. Apa yang diajarkan oleh setiap guru atau dosen, murid-murid harus mempelajarinya dengan tekun. Mereka juga harus belajar untuk berbuat baik dan menapaki jalan kebaikan. Pelajarilah baik-baik semua prinsip kebenaran di dunia ini. Bagaimana hendaknya kita melakukan segala sesuatu dan bagaimana hendaknya kita bersikap? Kita harus bisa memahami kebenaran dan melihat jalan kebenaran.

Saya berharap kalian juga dapat mendalami Jalan Bodhisatwa yang lapang dan rata agar dapat mewariskannya kepada murid-murid kalian. Dengan demikian, mereka dapat melihat jalan ini. Kita harus membimbing murid-murid kita menjadi orang yang baik dan benar serta memiliki hati nurani, potensi kebajikan, dan pandangan yang baik. Ini bergantung pada pengajaran guru. Jadi, guru adalah sumber pencerahan.

Saya sering mengulas tentang penggali sumur. Kita hendaknya menggali mata air batin kita. Setiap orang memiliki sebuah sumur dan sebidang ladang di dalam hati. Ladang membutuhkan air, manusia juga membutuhkan air. Karena itu, galilah mata air batin kita. Berkat adanya jalinan jodoh, kita dapat mengarungi lautan pengetahuan di atas kapal yang sama. Tentu saja, kita pasti menemui ombak. Namun, asalkan semua orang bersatu hati, kapal ini bisa berlayar dengan stabil. Jika orang-orang di atas kapal ini tidak bersatu hati, mereka akan berpencar saat dihantam ombak sehingga kapal menjadi tidak stabil dan tenggelam. Jika orang-orang di atas kapal ini berdiri dengan mantap, kapal pun akan stabil.

Setiap hari, saya bersyukur kepada para dosen, guru, dokter, dan perawat yang bersedia datang dari Taiwan Barat. Setiap hari, saya bersyukur atas hal ini. Saya juga bersyukur atas terciptanya suasana yang damai dan harmonis. Baik bidang pendidikan maupun kesehatan, semuanya merupakan perjalanan yang sangat panjang. Asalkan ada manusia, pasti dibutuhkan pendidikan dan pengobatan. Jadi, misi pendidikan dan kesehatan kita adalah perjalanan yang sangat panjang dan tak berujung.

Kini, kalian semua yang hadir di sini memiliki potensi untuk membina insan berbakat. Karena itu, saya sangat bersyukur pada kalian. Nilai kehidupan kita terus terakumulasi seiring berjalannya waktu. Dengan bersumbangsih, barulah nilai kehidupan kita bisa berkembang. Ajaklah anak-anak kita ke luar agar mereka dapat menyadari berkah setelah melihat penderitaan. Saya berharap semangat misi pendidikan seperti ini dapat terus diwariskan.

Baik guru maupun staf lainnya, semua orang hendaknya saling memotivasi. Tentu saja, kita juga harus mengajari para calon dokter untuk menghormati dan mengasihi kehidupan. Baik mahasiswa keperawatan maupun kedokteran, semuanya harus diajari untuk menghormati dan mengasihi kehidupan.

Mengajarkan pengetahuan dan menjawab keraguan murid-murid
Melihat jalan kebenaran dan memahami kebenaran
Memiliki jalinan jodoh untuk berlayar bersama dengan tenang
Mewariskan semangat bersyukur, menghormati, dan mengasihi